TD - 18

444 18 5
                                    

***

Yuri menggosok matanya kasar, ia sudah membulatkan tekadnya untuk mengungkapkan siapa pelaku atas meninggalnya kedua orang tuanya. Pertama Yuri akan menyelidiki Jimin, ya hantu tampan itu. Entahlah, Yuri merasa Jimin begitu mencurigakan meskipun kecurigaannya itu tak mendasar.

"Jimin jangan ganggu aku, aku lelah ingin beristirahat. Pokoknya jika kau membangunkanku, aku akan marah! Marah besar! " perintah Yuri kepada Jimin yang tengah duduk di karpet.

Jimin menganggukkan kepalanya patuh akan ucapan Yuri.

Yuri berjalan masuk ke dalam kamarnya, ia segera memakai pakaian ala pria yang ia beli di sosial media. Gadis itu terdiam, ia langsung berlari ke kasur dan menyelimuti dirinya dengan selimut. Yuri menutup matanya dengan rapat seolah olah dia benar benar tengah tertidur, gadis ini ingin membohongi Jimin yang beberapa detik lagi akan mengeceknya lalu pergi.

Benar dugaan Yuri, Jimin masuk ke kamar. Tapi dia hanya tersenyum dan mengacu pucuk kepala Yuri, "nice dream honey! Aku pergi dulu bentar ya! "

Jimin membenarkan selimut yang menutupi tubuh Yuri sampai dada, hal itu membuat detak jantung Yuri berdetak kencang karena takut Jimin membuka selimutnya dan semua rencananya akan gagal. Terdengar suara langkah kaki yang menjauh, Yuri yakin Jimin sudah pergi keluar.

Yuri bangkit dari kasur dan langsung menyemprotkan parfum pria ke seluruh tubuhnya, ia berpikir dengan ini Jimin tak akan mengenalinya lagi.

Yuri memakai topinya dan langsung berlari mengejar Jimin yang mungkin sudah menghilang, tangan Yuri menekan nekan tombol lift tetapi lift itu berada di lantai bawah sedang Yuri berada di lantai tigapuluh itu cukup lama. Yuri tidak ingin kehilangan jejak Jimin, ia berlari menuruni tangga darurat dengan cepat.

Beberapa lantai sudah Yuri lalui dengan semangat, tetapi bagaimanapun ia itu adalah wanita yang membuatnya tidak memiliki tenaga sekuat pria.

Di lantai duapuluh lima Yuri menyerah, dia berjalan gontai menuju lift.

"Cepet sialan! "

Pintu lift terbuka, Yuri bersorak gembira. Ia langsung masuk, "heuh lelet! "

Yuri menelan salivanya kasar, ia takut telah kehilangan Jimin. Yuri telah sampai di lantai satu, mata Yuri membelak saat tak menemukan Jimin di manapun.

"Bodoh! Dia hantu, mana pake lift! " caci Yuri akan kebodohan dirinya sendiri.

Mata Yuri menyipit saat melihat pria yang sedari tadi dia cari tengah berjalan di trotoar dengan sedikit bersenandung, "makasih ayah bunda! "

Yuri berjalan mengikuti Jimin dengan hati hati, mungkin Jimin sudah merasakan bahwa dirinya di ikuti sehingga membuatnya beberapa kali menatap ke belakang dengan ragu.

"Jika dia hantu, lantas mengapa dia berjalan kaki? Bukankah ia memiliki kekuatan untuk menghilang? Tetapi ini bagus untuk penyelidikan ku! " ucap Yuri tersenyum menatap punggung Jimin.

"Aku seperti mendengar suara Yuri! YURI! " teriak Jimin menatap sekeliling.

Tubuh Yuri membeku, dia takut akan kepergok tengah mengikuti Jimin secara diam diam.

"Ah mungkin hanya perasaanku saja! " lanjut Jimin berjalan memasuki sebuah gedung usang dan terlihat kotor.

Yuri merasa Jijik dengan gedung itu, tetapi ia harus masuk dan mencari tahu kebenarannya. Kaki Yuri memasuki gudang itu, tetapi yang Yuri tahu gudang ini begitu kotor dan menjijikkan.

Bruk

Tiba tiba ada yang memukul kelapa Yuri dengan kuat, sehingga membuatnya terjungkal dan pingsan tak sadarkan diri.

"Kau bodoh atau apa? Lihat dia mengikutimu! " ucap seorang gadis melempar balok itu kepada Jimin.

Jimin menatapnya malas, "ya sudah bunuh saja, apa susahnya? "

Gadis itu menendang Yuri sehingga tubuh Yuri membalik, "ini Yuri sialan! "

"Apa? Bagaimana bisa dia mengikutiku? " tanya Jimin bingung, "sudahlah ikat saja aku lelah! "

"Kau bodoh! Berakting sebagai hantu tetapi ke mari berjalan kaki lalu apakah ada hantu menggunakan lift? " tanyanya menaikkan nada bicara nya yang kesal akan kelakuan Jimin.

"Diam! " jawab Jimin menatap gadis itu tajam.

Gadis itu mengikat Yuri di sebuah kursi dengan kuat, "manisnya. "

***

Yuri tersadar, ia membuka matanya dengan perlahan.

"Ini dimana? " gumam Yuri menatap tempat yang begitu kotor dan sunyi ini, seketika Yuri ingat dia tengah mengikuti Jimin tiba tiba ada yang memukulnya dengan kencang.

"Kau sudah bangun? " tanya Jimin duduk di sebuah kursi dengan mata menatap Yuri tajam.

"Jimin? " tanya Yuri membulatkan matanya.

Jimin menganggukan kepalanya pelan, "Ya, aku Jimin. Ada masalah? "

"Sebenarnya siapa kau? " tanya Yuri menatap Jimin lirih.

Jimin tersenyum miring, dia bahagia saat melihat gadisnya itu tersiksa apalagi ikatan buatan teman Jimin begitu kuat dan akan sulit dilepaskan karena sudah di berikan kekuatan untuk tak terlepas. Jika terlepas, itu hanya perintah Jimin atau gadis yang mengikatnya.

"Aku orang yang kau cintai! "

***

The Devil Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang