***
Yuri memukul dada Jimin dengan kuat, karena Yuri benar benar merasakan kesakitan dengan apa yang Jimin lakukan kepadanya.
"Diamlah kau nih!! " teriak Jimin menatap wajah Yuri penuh kemarahan.
Tubuh Yuri membeku, air matanya mulai mengalir deras setelah mendengar bentakan Jimin yang begitu kencang.
Jimin kembali mencium Yuri dengan kasar, bahkan sampai ujung bibir Yuri sobek dan mengeluarkan darah segar. Jimin tau itu, tapi ia malah semakin semangat melakukannya.
Tangan Yuri terus memukul dada Jimin, meskipun pukulannya semakin melemah karena dia lelah dan takut kepada Jimin.
Jimin melepaskan tautannya, dia menatap wajah Yuri yang berantakan. Darah di bibirnya dan jangan lupakan air mata yang mengalir deras, Jimin benar benar menyukai ini.
"Maaf, " ucap Jimin bangkit dari kasur dan berjalan menjauhi Yuri.
Yuri berlari ke kamar mandi, dia menangis di sana dengan kencang.
Jimin menyunggingkan senyumannya, "manis. "
***
Seminggu telah berlalu, tetapi Yuri masih takut dengan Jimin.
Yuri berjalan sendirian karena telah membeli beberapa barang di supermarket yang bundanya suruh, mata Yuri menajam saat melihat laki laki yang begitu mirip dengan hantu tampan yang sudah beberapa hari Yuri diamkan karena kejadian itu.
"Yuri maaf, " ucap Jimin mengerucutkan bibirnya.
"Tidak. "
"Maaf, waktu itu aku sedang frustasi dan melampiaskannya kepadamu! "
"Lalu? "
"Maaf, aku begitu ingin kembali ke tubuhku tetapi sulit! "
"Hm. "
"Baiklah jika kau tak ingin memaafkanku, aku akan pergi! " ucap Jimin tersenyum lebar.
Jimin yakin dengan ucapannya, Yuri akan memaafkan dan kembali kedalam pelukannya.
Yuri terdiam, ia menatap Jimin tajam. Gadis itu mendorong bahu Jimin pelan, "Pergilah! "
Ternyata dugaan Jimin salah, Yuri malah mengusirnya. Bahkan senyuman yang selalu Yuri tunjukkan kepada Jimin telah hilang, Jimin rindu senyuman itu.
"Baik, aku tak akan kembali! " jawab Jimin tersenyum sedih.
Tetapi sebelum Jimin menghilang, Yuri meraih tangan Jimin dan menggenggamnya erat.
"Jangan pergi. "
Jimin tersenyum lebar, "baik princess! Yuri aku ingin mengungkapkan sesuatu! "
"Apa? " tanya Yuri menatap Jimin lekat.
"Aku mencintaimu. "
"Aku tahu. "
"Maksudku bagaimana perasaanmu, apakah kau sama denganku? Aku tak ingin cintaku bertepuk sebelah tangan! " ucap Jimin menatap Yuri lekat.
Yuri tersenyum, ia pun bingung dengan perasaannya sendiri. Ia tak ingin Jimin pergi darinya, tetapi Yuri pun tak bisa menerima Jimin karena Jimin bukan manusia dan banyak hal yang Jimin tutupi dari Yuri.
"Jawablah! "
Yuri menganggukkan kepalanya, "aku mencintaimu! "
Jimin membulatkan matanya, "benarkah? Astaga!!! Aku bahagia! "
Yuri tersenyum lebar, "sudah ayo pulang! "
"Baik sayang! " jawab Jimin memeluk pinggang Yuru posesif.
Yuri berjalan berdampingan bersama Jimin menuju rumahnya, mereka berdua berbincang Yuri tidak peduli dengan pandangan orang yang mengganggapnya gila atau kurang waras.
Mata Yuri menyipit, dia melihat Jungkook tengah berdiri di gerbang rumahnya dengan memakai pakaian serba hitam.
"Jungkook! "
Jungkook membalikan tubuhnya, "kau dari mana saja, ini pesanan mu! "
Dahi Yuri berkerut, pesanan apa Yuri tak memesan apapun kepada Jungkook. Lagipula Yuri sudah tak menyimpan nomer Jungkook, untuk menghubunginya saja Yuri malas.
"Sorry, saya tak memesan apapun! " jawab Yuri menatap Jungkook tajam.
Jungkook menunjukan ponselnya kepada Yuri, "Lihat ini nomermu bukan? "
Yuri menggelengkan kepalanya, itu bukan nomernya.
"Hey, ponselku mati batrenya low! " ucap Yuri menunjuk ponselnya dan meraih kantung plastik yang Jungkook bawa, "ini bukan milik saya, kau tahu saya tidak suka memakan udang. "
"Aku kira ini kamu, lalu kita akan baikkan! " jawab Jungkook sendu.
Yuri mendorong lengan Jungkook untuk menjauh, tetapi mata Yuri melihat sebuah noda di jari Jungkook. Noda merah menyala, seperti darah.
"Pergi!!! " usir Yuri kepada Jungkook.
Yuri berjalan memasuki rumahnya, tetapi Yuri bingung kenapa pintu rumahnya terbuka dengan lebar.
"BUNDA!!! AYAH!!! " teriak Yuri berlari mendekati kedua orang tuanya yang tergeletak di lantai dengan bersimbah darah.
Kepala mereka mengeluarkan darah begitu pula dengan dada dan perutnya, mereka tidak terlihat seperti kecelakaan tetapi di bunuh.
"Ini ada apa? " teriak Yuri menangis kencang dan memeluk tubuh kedua orang tuanya yang di penuhi darah.
Tangis Yuri pecah, ia menundukkan kepalanya. Tangannya menggenggam tangan kedua orang tuanya, "ayah bunda!! "
"Ayah bunda, kita ke rumah sakit. Kalian harus bertahan! " ucap Yuri menggenggam tangan keduanya dengan erat.
Yuri menelpon ambulans menggunakan telpon rumah dengan cepat, dia begitu ketakutan kehilangan kedua orang tuanya memang mereka jarang menemani Yuri terapi Yuri menyayangi mereka.
"Kalian harus bertahan! " ucap Yuri menangis di samping tubuh kedua orang tuanya.
"Ayah, bunda! " teriak Yuri di tengah tengah tangisnya.
Tangisan Yuri terdengar begitu pilu, ia menatap telapak tangannya yang di penuhi darah kedua orang tuanya.
Sedari tadi Jimin hanya terdiam, bahkan ada senyuman tipis di bibirnya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
The Devil
Fantasy"Sebenarnya kau itu apa? Iblis? Hantu? Atau mungkin malaikat pencabut nyawa? " "Kastaku lebih tinggi daripada iblis dan hantu, aku akan membuat mulutmu sobek jika terus bertanya! " ©prkxxrara (Please don't copy my story)