***
Seminggu telah berlalu, tetapi Yuri masih saja mengurung dirinya sendiri bahkan Jiminpun sering kali dia usir untuk menjauh.
Wajah Yuri yang memucat karena dia tidak nafsu memakan apapun, mungkin sekarang berat badannya turun begitu drastis. Tetapi yang menjadi pemikiran Yuri adalah siapa pelakunya, pelaku pembunuhan kedua orang tuanya.
Yuri telah melaporkan semua ini kepada polisi terapi tak menghasilkan apapun, pembunuh itu tak meninggal jejak sedikitpun bahkan di cctvpun tak tertangkap. Yuri benar benar frustasi, dia ingin tahu kenapa orang itu membunuh kedua orang tuanya dengan begitu tragis. Terdapat luka benda tumpul di kepala mereka, belasan tusukan di dada serta perutnya, dan beberapa tulang mereka pun patah.
Pasti kejadian itu begitu mengerikan, padahal Yuri meninggalkan kedua orang tuanya tidak begitu lama tak sampai satu jam karena jarak supermarket dan rumahnya yang dekat.
Jika itu pencuri? Pasti ada sesuatu yang hilang, tetapi ini tidak ada barang yang hilang satupun.
"Yuri aku pergi dulu ya, kamu makan jangan diem terus. Ingat kehidupan ini masih berlanjut tanpa mereka! " ucap Jimin mengusap kepala Yuri.
Yuri mengangguk pelan, akhir akhir ini Jimin begitu sering pergi meninggalkannya memang tak lama tapi bukankah itu mencurigakan?
"Goodbye! " ucap Jimin berjalan melewati tembok.
Sikap Jimin pun berbeda, ya memang dia seperti seseorang yang iba terhadap Yuri tetapi bukan terhadap kedua orang tua Yuri. Jimin sering mengumbar senyuman, ia seperti sangat bahagia tapi entah karena apa.
Yuri bangkit dari duduknya, dia berjalan keluar kamar dengan tersenyum tipis. Setelah kepergian orang tuanya Yuri tinggal di apartemen karena ia ingin mencoba melupakan kejadian itu, "hm? Apakah ada bahan makanan? "
Tangan Yuri membuka lemari pendingin, tetapi di sana hanya ada sekotak susu. Lemari pendingin ini kosong, Yuri menghela nafasnya berat.
"Aku akan belanja! " gumam Yuri berjalan keluar unit apartemennya dengan lesu.
Sepanjang perjalanan menuju supermarket Yuri terus melamun, ia mencoba memikirkan apa yang terjadi sebenarnya meskipun otaknya telah bunti.
"Shopping time! " gumam Yuri memasuki supermarket.
Yuri mengambil semua bahan makanan yang ia perlukan selama sebulan, tubuh Yuri terdiam saat melihat stan daging ayam. Wajah Yuri memucat saat melihat darah ayam tersebut, tetapi tiba tiba ia teringat akan Jungkook. Bukankah dia ada di tempat kejadian? Lalu ada darah di tangannya.
Yuri berlari ke kasir dan membayar semuanya dengan cepat, "Jungkook sialan! "
Kaki Yuri terus berlari menuju apartemennya yang dekat dari supermarket yang ia datangi, ia ingin segera menemui Jungkook.
"Hosh hosh! "
Nafas Yuri terengah engah, ia melihat satpam penjaga apartemen tengah tersenyum lebar menatapnya.
"Pakk!! Nitip ini, saya pergi dulu penting bye!!! " ucap Yuri menyimpan kantung belanjaannya dan kembali berlari mencari kebenaran Jungkook.
"Siap! " jawabnya cukup keras.
***
Yuri berjalan memasuki rumah Jungkook yang berada di daerah Gangnam, dia menatap sekeliling mencari keberadaan Jungkook.
"Mati kau sialan! " ucap Jungkook dengan terkekeh kecil.
Yuri membulatkan matanya, dia bersembunyi di balik tembok dengan mendengarkan perkataan Jungkook.
"Akhirnya dendamku terbalaskan! Masuk neraka kau! "
Tenggorokan Yuri tercekat, dia yakin bahwa Jungkook adalah pelakunya. Dia pelaku pembunuhan kedua orang tua Yuri, tetapi Yuri bingung kenapa Jungkook melakukan hal sekejam ini.
"Bangsat! " teriak Yuri memukul kepala Jungkook mengunakan tangannya.
Jungkook membalikan tubuhnya, "Yuri? "
"Sialan kau!! " teriak Yuri memukul Jungkook sekuat tenaga, tetapi Jungkook memiliki tenaga lebih besar dari Yuri sehingga tangan Jungkook menahan semua pukulan itu.
"Kau kenapa? " tanya Jungkook menatap Yuri lekat.
Yuri menangis dengan kencang, "kau membunuh kedua orang tuaku! "
Jungkook terdiam, "kata siapa? "
"Barusan!! Kau mengakui perbuatanmu! "
Jungkook menggelengkan kepalanya pelan, "kau salah paham, aku tidak membunuh kedua orang tuamu! "
"Pembohong! "
"Aku tidak berbohong Yuri, waktu itu aku pergi ke rumah mu karena chat darimu itu tapi saat di sana aku hanya berdiri di depan gerbang coba saja kau cek cctv aku tidak masuk karena aku takut kau marah jadi aku berdiam saja! "
Yuri terdiam menatap Jungkook yang tengah menjelaskan semuanya, ia mencoba menatap mata Jungkook. Yuri yakin Jungkook pelakunya, tetapi Yuri belum memiliki bukti apapun.
"Lalu saat di sana aku melihat seorang laki laki keluar dari rumahmu dengan menggunakan pakaian serba hitam, aku bertanya soal kedua orang tuamu tetapi dia tak menjawab dia malah mengusap tanganku dengan cairan merah seperti darah, eh jangan jangan itu darah kedua orang tuamu? " tanya Jungkook baru tersadar dengan apa yang terjadi waktu itu.
"Apakah kau jujur? " tanya Yuri yang hanya di angguki oleh Jungkook.
Yuri tidak percaya begitu saja dengan ucapan Jungkook, "lalu apa maksud ucapanmu tadi? "
"Tadi? Aku mencaci tikus itu! Dari kemarin dia terus mengangguku tadi aku membunuhnya dan aku bahagia! " jelas Jungkook tersenyum lebar menunjukan bangkai tikus yang di penuhi darah.
"Kau apakan dia? "
"Hanya di tembak oleh senapanku! "
"Oh ngomong ngomong bagaimana ciri cirinya? " tanya Yuri yang mulai sedikit mempercayai ucapan Jungkook.
"Dia putih, berambut hitam pekat, senyumannya begitu manis, dan eh iya dia juga tidak setinggi ku dia di bawahku! " jelas Jungkook mencoba mengingat laki laki waktu itu yang ia temui di depan rumah Yuri.
"Jimin? " tebak Yuri.
"Jimin siapa? Tapi itu bisa jadi, yang penting apakah kalian memiliki musuh? " tanya Jungkook.
Yuri menggeleng, "jimin itu temanku, kau tahu keluargaku damai kita tak memiliki musuh satupun. "
Yuri kembali menangis teringat akan kedua orang tuanya, Jungkook menariknya kedalam dekapan hangatnya.
"Kook bagaimana dengan Jessy? " tanya Yuri yang masih berada di dada Jungkook.
"Tidak peduli! " jawab Jungkook pelan.
Yuri mendorong Jungkook untuk menjauh, "kau tetap brengsek! "
Yuri berlari meninggalkan Jungkook sendirian, ingin rasanya Jungkook menahannya dan kembali membawa Yuri ke dalam dekapannya tetapi itu tidak mungkin karena Yuri telah salah paham dan membencinya.
"Apakah Jimin pelakunya? Tetapi dia bersamaku! " gumam Yuri berjalan keluar rumah keluarga Jungkook dengan keadaan kebingungan, "aku belum bisa mempercayai Jungkook! "
Secara tiba tiba Jimin muncul di hadapan Yuri dengan senyuman lebarnya, "mencariku? "
Yuri terlonjak kaget, "hantu sialan! Kau mengagetkanku! "
Jimin mengerucutkan bibirnya, "aku bukan hantu. "
"Terserah, tapi bagaimana kau tahu aku di sini? "
"Karena hati kita berkaitan! "
"Bohong! "
"Iya iya, karena baumu aku tau baumu dan entahlah insting mungkin! "
Yuri terdiam, dia menatap Jimin tidak mungkin Jimin melukai seseorang hantu itu begitu menggemaskan dan terlihat baik.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
The Devil
Fantasy"Sebenarnya kau itu apa? Iblis? Hantu? Atau mungkin malaikat pencabut nyawa? " "Kastaku lebih tinggi daripada iblis dan hantu, aku akan membuat mulutmu sobek jika terus bertanya! " ©prkxxrara (Please don't copy my story)