TD - 8

608 23 4
                                    

***

Hari telah berganti, sudah seminggu Yuri selalu di ikuti oleh hantu tampan itu. Seperti sekarang, Yuri tengah mengerjakan tugasnya dengan hantu itu terus menatapnya tajam.

Yuri membalikkan tubuhnya menghadap hantu itu, ia menatap hantu itu dengan tajam. Hantu itu memiliki kaki dan dia sangat tampan, berbeda dengan hantu yang pernah Yuri lihat di televisi.

"Lu siapa sih sebenernya? "

"Panggil aku Jimin, Park Jimin. "

"Untuk hantu namamu cukup bagus. "

"Sudah berapa kali ku jelaskan, aku bukan hantu. "

"Lalu? " tanya Yuri menautkan kedua alisnya.

Hantu iti terkekeh kecil, "Bagaimana kalau kita membuat sebuah perjanjian? "

Yuri mengerutkan dahinya, ia tidak mengerti dengan arah pembicaraan hantu itu.

"Gini satu pertanyaan satu ronde? " tawarnya dengan senyuman lebarnya.

Yuri membulatkan matanya begitu banyak pertanyaan yang Yuri ingin tanyakan kepada sosok di hadapannya itu, tetapi penawarannya begitu tidak masuk akal.

"WHAT? SETAN SIALAN! " teriak Yuri tidak terima dengan tawaran yang hantu itu ajukan.

Jimin berjalan menutup pintunya dengan rapat, bahkan ia menguncinya.

"Bagaimana? " tanyanya kembali duduk di tepi kasur dengan tersenyum percaya diri.

"Gak! " tolak Yuri dengan menggelengkan kepalanya, tetapi Yuri ingin tahu tentang hantu itu.

"Apakah aku harus melakukannya? Bersama hantu? " batin Yuru kesal.

"Sepuluh pertanyaan, untuk satu ronde! " ucap Yuri tak yakin dengan jawabannya.

"Sebenarnya aku tidak suka bernegosiasi, tapi tiga untuk satu ronde. Itu terakhir! "

Jimin membuka kancing kemeja atasnya dengan senyuman lebarnya, dia begitu percaya diri bahwa Yuri akan menerima ajakannya.

"Hm. "

Jimin menatap Yuri dengan tatapan seksinya, "Ya sudah kalau tidak mau! "

Yuri mengerucutkan bibirnya, "baiklah! Tapi jangan kasar! "

"Baik. "

Yuri mendudukan dirinya di tepi kasur, tentu dengan Jimin di sampingnya. Hantu tampan itu terus menatap Yuri, ia begitu menyukai gadisnya itu.

Jimin menggeser posisi duduknya, dia mulai memeluk pinggang Yuri dari belakang. Sang gadis hanya menutup matanya, dia mencoba menikmati sentuhan sentuhan yang Jimin berikan.

Jimin meniup leher jenjang Yuri, "ayolah aku sudah tidak tahan! "

"Setan mesu-mhhp. "

Jimin melumat bibir Yuri dengan lembut dan menuntut, Yuri yang kaget hanya membuka mulutnya tetapi beberapa menit kemudian dia langsung membalas ciuman itu.

Jimin melepaskan tautannya, ia mulai menciumi leher jenjang Yuri.

Yuri membuka matanya, "Jim-in."

"Tanyakanlah! " jawabnya Jimin tanpa memberhentikan kegiatannya yang tengah menciumi leher Yuri.

Jimin terus mencium leher Yuri, bahkan dia membuat beberapa jejak kebiruan di sana.

"Kenapa kau bisa menjadi hantu? "

"Secara teknik aku bukan hantu, tubuhku masih bernafas hanya setiap aku ingin masuk ke tubuhku itu aku selalu terpental seperti tubuhku tak menerima ku lagi. Kau tau spirit, ya seperti ini! " jelasnya tersenyum tipis.

Yuri mendorong tubuh Jimin, ia menangkup pipi Jimin. Hangat itulah yang Yuri rasakan, bahkan pelipis Jiminpun di penuhi oleh keringat.

"Pantas saja kau hangat, berkeringat, dan mesum. "

Jimin membuka pakaian yang Yuri kenakan, dia sibuk menjelajahi tubuh bagian atas Yuri.

"Tubuhmu koma? " tanya Yuri menatap Jimin yang tengah sibuk dengan kegiatannya.

Jimin hanya mengangguk pelan sebagai jawaban yang Yuri ajukan.

"Shhh, " desah Yuri menutup matanya rapat, "jangan lakukan dulu aku masih ingin bertanya. "

Jimin memberhentikan kegiatan yang tengah menciumi nipple Yuri, "Hm? "

"Bagaimana kau bisa koma? "

"Aku tak tahu pasti tapi aku kecelakaan menabrak truk. "

"Lalu kenapa kau ada di sini? "

"You're so beautiful, waktu itu aku melihatmu lalu aku mengikutimu dan menetap. "

Yuri menelan salivanya kasar, dia menatap Jimin lekat.

"Sejak kapan? " tanya Yuri yang mulai gugup.

"Empat tahun lalu! " jawab Jimin tersenyum lebar.

Yuri terdiam ia menatap Jimin tidak percaya, jadi selama ini dia selalu di awasi oleh Jimin. Rasanya Yuri sekarang mulai takut dengan Jimin, "aku takut. "

Jimin mengembangkan senyumannya, ia kembali melanjutkan aktivitasnya yang tertunda.

"Apa tujuanmu? "

"Aku mencintaimu. "

Jimin mengucapkannya dengan tatapan yang begitu sulit di artikan, dan hembusan nafas yang begitu berat.

Yuri terdiam dia menatap Jimin dengan menggunakan mata bulatnya, dia mencari kebohongan di sana tetapi yang yuri temukan hanya ketenangan.

"Dua ronde! " ucap Jimin tersenyum lebar.

"Aku takut, " cicit Yuri mengingat Jimin adalah arwah, bagaimanapun mereka berbeda dunia. Yuri takut dia jatuh kepada pesona Jimin, "apakah ini tidak salah? "

Jimin tersenyum, "kau tak perlu takut, aku tak akan melukaimu. "

"Percayalah padaku! " ucap Jimin menatap Yuri teduh, "tapi jika kau takut, aku tak akan memaksa. "

Yuri menarik Jimin dan mulai mencium bibirnya lembut, senyuman mengambang di bibir Jimin saat Yuri melakukannya.

"Lakukan dengan lembut! " bisik Yuri dengan sesekali mengecup telinga Jimin.

"Mulai nakal ya? "

***

The Devil Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang