TD - 20

525 29 5
                                    


***

Jimin terus mengusap ngusap kepala Yuri, ia begitu menyukai wajah polos Yuri. Ya, meskipun banyak jejak jejak air mata Yuri.

"Aku ingin kita menikah! " ucap Jimin memainkan rambut panjang milik Yuri.

Yuri hanya terdiam menatap Jimin tajam, rasanya Yuri ingin membunuh Jimin dan mencabik-cabik tubuhnya.

"Kenapa tak menjawabnya? "

"I hate you! Asshole! "

"Jaga ucapanmu gadis manis! "

Jimin menarik rambut Yuri dengan kuat, sang gadis menangis kesakitan. Ia merasa rambutnya akan terlepas dari akar akarnya, sebegitu kencang Jimin menariknya.

"Sakit? " tanya Jimin semakin kuat menariknya.

"Damn it! " teriak Yuri di sela sela tangisannya.

Hati Jimin rasanya memilu, ia tak bisa melihat ini semua.

Jimin melepaskan tarikkannya terhadap rambut Yuri, ia merasa iba kepada gadisnya yang telah mengisi hatinya sejak beberapa tahun lalu.

"Kenapa berhenti? Ayo lanjutkan!! "

Jimin tak menjawabnya, ia berjalan keluar meninggalkan Yuri sendirian di dalam gudang.

Pria itu berlari menjauhi gudang, ia bingung dengan dirinya sendiri. Jimin harus membunuh gadis itu, tetapi melihatnya kesakitan saja Jimin merasa iba.

"Brengsek!! " teriak Jimin di sebuah tebing dengan penuh amarah.

Jimin berjalan mendekati ujung tebing, air mata keluar dari pelupuk matanya. Pria itu berlari, menjatuhkan dirinya ke dalam lautan yang dalam keadaan pasang.

"Sebenernya aku kenapa? " gumam Jimin menatap air laut yang menerjang tubuhnya.

Jimin tak menolak, tubuhnya terjatuh ke dasar laut. Ia benar benar bingung dengan keadaan tubuhnya sekarang, Jimin hanya ingin terdiam di sini dengan menutup matanya.

Tubuh Jimin terbawa oleh gelombang air di dasar laut, matanya tertutup ia mencoba menikmati semuanya.

Tetapi tiba tiba wajah Yuri muncul di pikirannya, senyuman Yuri, keluguan Yuri, amarah Yuri. Jimin membuka matanya secara paksa, "shit. "

Jimin terbatuk, air masuk ke dalam paru parunya. Jimin tak bisa mengendalikan kekuatannya lagi, ia mencoba berenang ke daratan dengan sekuat tenaga.

"Uhukk uhukk! Ada apa dengan semuanya? Aku ini pengendali air tetapi aku tenggelam di dalam air? Ini sungguh tidak bisa di percaya! " gumam Jimin menarik rambutnya dengan kuat.

Jimin merasa frustasi dengan semuanya, pikirannya kacau.

"Aku harus segera membunuhnya! Sebelum dia menguasai tubuhku! " ucap Jimin mengeluarkan sebuah foto yang selalu Jimin bawa kemanapun dia pergi.

Itu adalah potret seorang anak perempuan dengan tangan memeluk boneka beruang warna putih bersih, foto yang sudah usang karena Jimin telah menyimpannya belasan tahun.

Yuri, itu adalah potret Yuri kecil yang Jimin curi dulu waktu ia menemui Park Chanyeol. Kakek Yuri.

"Tapi aku tak bisa! " teriak Jimin kesal.

***

"Taehyung! " teriak Jimin berjalan memasuki gudang tempat penyekapan Yuri.

Tidak ada jawaban, Jimin berlari mencari keberadaan mereka berdua. Tetapi Jimin tak menemukannya yang Jimin temukan hanya bercak darah, Jimin mengusap darah tersebut.

"Darah Yuri! " gumam Jimin menjilat darah yang ada di tangannya.

Jimin mengusap hidungnya menggunakan punggung tangannya, ia mencoba menajamkan penciumannya.

Kekhawatiran menguasai tubuh Jimin, ia berjalan mencari keberadaan Yuri dan Taehyung.

"Kau mencariku? " tanya Taehyung berdiri di belakang Jimin dengan tersenyum lebar.

"Dimana Yuri?? " teriak Jimin mulai tersulut amarah.

"Aku pindahkan! "

"Kenapa? "

"Tadi ada Jungkook! Jadi aku memindahkannya! "

"Oh. "

"Aku menunggumu berterimakasih kepadaku! "

"Iya iya baik, terimakasih. Lalu sekarang dimana dia? "

"Tengah hutan. "

Jimin menganggukkan kepalanya pelan, ia mulai berteleportasi menuju tempat Yuri berada.

Rumah kumuh, di tengah hutan. Jimin menelan salivanya kasar, "kau memilih tempat seperti ini? "

Taehyung hanya menganggukkan kepalanya pelan, "masuk lah dia ada di dalam! "

Jimin masuk dengan perlahan, mata Jimin membelak saat melihat tubuh Yuri yang di penuhi luka goresan bahkan darahnya masih mengalir.

"Dia melukainya lagi! " ucap Jimin mengusap luka luka di tangan Yuri.

Yuri terdiam, sepertinya ia pingsan karena tak kuat menahan rasa sakit yang Taehyung berikan kepadanya.

"Apakah aku harus meminum darahmu ini? Hm-tidak aku tidak sudi! " ucap Jimin mengeluarkan kekuatannya dan mulai menyembuhkan luka luka di tubuh Yuri.

"Tetapi di bibirmu aku mau! " lanjut Jimin mengusap bibir Yuri yang merah karena darah.

Jimin mencium bibir Yuri dengan kasar, ia menumbahkan rasa frustasinya kepada ciuman itu. Meskipun Yuri tak membalasnya, Jimin merasa lega dan bahagia.

"Darahmu manis! "

Jimin mengecup dahi Yuri lembut, "aku pergi dulu, aku akan mencari makanan untukmu! "

Pria itu meninggalkan gadisnya sendirian, ia meliriknya sesekali rasanya ia tak ingin meninggalkannya terutama meninggal Yuri bersama psychopath seperti Taehyung.

"Jaga dia! Jangan sakiti dia! " ucap Jimin menatap Taehyung tajam.

Taehyung mendengus dingin, "ya. "

Beberapa saat kemudian Yuri membuka matanya, sedari tadi sejujurnya Yuri tidak pingsan hanya saja ia lelah karena terus di siksa oleh Taehyung.

"Jika kau merasa iba terhadapku, lalu mengapa kau terus melukaiku! "

"Kau menghilang bagaikan angin, kau dingin bagaikan air es. Tetapi kau begitu pintar membuatku terus jatuh cinta kepadamu! Padahal aku telah mencoba membencimu tetapi tak bisa! " ucap Yuri menutup matanya perlahan.

***

The Devil Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang