Epilogue

709 15 7
                                    

Dua Tahun Kemudian...

Gadis itu menatap langit yang terlihat membiru pekat.

Beberapa gumpal awan disana telah berubah menjadi jingga keemasan oleh sinar matahari yang mulai tenggelam keperaduannya diufuk barat.

Angin hangat dari pulau seberang meniup-niup surai pekatnya. Membuat gadis itu berkali-kali menyibakkan anak rambut yang mengganggunya.

Pasir pantai yang putih terasa dingin dan lembut secara bersamaan, menggelitik tatkala mengenai permukaan kulit kakinya yang ia biarkan telanjang.

Bibir gadis itu tertarik keatas seiring senja yang mulai beranjak hilang.

Ia tidak sedang sendiri.

Diam-diam, seorang pemuda dengan obsidian pekat itu menatap gadis yang selama ini membuat perasaannya lebih baik. Meski sangat sulit untuk diakui jika pemuda itu benar-benar menaruh perasaan yang besar pada gadis itu.

Tapi, ia harus berhenti mengagumi gadis yang tengah tersenyum itu demi melihatnya tersenyum lebih lama lagi atau akan mendapat pukulan keras di lengannya seperti tempo-tempo lalu.

Lagi, Pemuda itu tidak boleh egois.

"Terimakasih telah datang kemari" Ucap pemuda itu akhirnya.

Gadis itu menoleh kearahnya dengan senyum yang masih terlukis dibibir merah jambunya lantas mengangguk kecil.

"Aku rasa setelah kejadian itu kita jarang sekali berbicara. Kau benar dengan ucapanmu waktu itu"

Pemuda itu mengerutkan dahi.

"Soal apa?"

"Tiket konser yang kau berikan cuma-cuma. Aku lihat kau disini hidup dengan baik. Melakukan semua hal dengan baik dan kuharap seperti itu seterusnya" ujar gadis itu.

Pemuda itu terkekeh pelan. Lalu jemarinya mengacak surai pekat gadis itu yang setaunya terlihat lebih pendek sekitar 5 sentimeter di bawah bahu.

"Tentu saja, hanya terlihat seperti itu perkara yang mudah. Kau ingat aku aktor yang profesional?" tanya pemuda itu.

Ya, pemuda itu memang pernah mengatakan hal seperti itu waktu dulu sekali di awal-awal perkenalan mereka.

"Kau pikir bertahan hidup tanpa udara itu tidak sulit? Kau bahkan telah melewati hari-hari melelahkan dengan baik sendirian"

Gadis itu terseyum lagi.

"Tentu saja. Aku sudah terbiasa hidup sendirian. Bukankah aku hanya perlu bersyukur. Dengan sendiri aku tidak perlu pusing memikirkan pendapat orang lain"

"Dan menyesal akhirnya jika salah mengambil keputusan?" cibir pemuda itu.

"Yak! Diamlah" Kesal gadis itu.

Ia tahu pemuda itu hanya berusaha meggodanya. Dan ia hanya perlu pura-pura marah agar sang pemuda menghiburnya.

Gadis itu mengalihkan pandangnya untuk kembali menatap lurus kedepan, hingga kemudian memilih untuk duduk diatas pasir pantai yang lembut berkilau itu.

Benar saja,

Pemuda dengan obsidian pekat dan senyum lembut itu mendekati sang gadis, duduk bersebelahan dengannya lalu menyandarkan kepalanya di bahu kecil gadis itu.

Sebelum gadis itu mengoceh pemuda itu justru memejamkan matanya.

"Biarkan seperti ini. Aku sangat lelah menjalani hari-hari tanpamu. Meskipun banyak cinta yang kudapatkan tapi tanpa melihat senyummu aku sangat tersiksa. Apa kah kau tidak sadar kau menyakitiku selama ini?"

HEAL || BTS Jungkook FF || Completed ✔ || Telah Terbit Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang