Fragile

281 27 19
                                    

Digit jam yang melingkar ditangan menunjuk pukul 8:07 p.m KST saat aku tiba disana.

Sejujurnya aku bukan tipe orang yang menyukai untuk memakai benda hitam yang melingkar di pergelangan tangan dan membuatku risih itu kecuali terpaksa.

Aku kembali merapatkan tudung jaket dan masker yang kukenakan sebelum turun dan masuk ke dalam.

Stasiun tampak tidak begitu ramai. Tepat seperti malam biasanya saat aku pulang diam-diam tanpa takut dilihat banyak orang.

Aku berjalan tenang dikoridor yang sedikit lenggang meskipun mataku tetap berjaga-jaga. Sampai akhirnya aku memutuskan untuk berhenti di halte pemberangkatan.

Langit tampak cerah dengan awan samar yang menggores sekitar cahaya bulan. Angin malam yang membawa embun-embun tipis membuatku menarik zipper jaket lebih rapat lagi.

Aku mengedarkan pandang ke sekelilingku. Mereka terlihat sibuk dengan aktivitas masing-masing dengan gurat wajah yang menunjukkan kelelahan.

Beberapa orang yang terlihat mengantuk di depan koran yang entah dibacanya atau tidak, suara samar orang mengobrol, suara anak kecil yang terlihat asyik dengan gadget miliknya, atau orang yang bersandar pada bangku dengan mata terpejam dan mulut menganga.

Hingga kemudian, atensiku berhenti pada sosok gadis bersurai pekat yang menunduk di salah satu bangku samping berjarak sekitar 10 meter dari tempatku berdiri.

Ia terasa tidak asing bagiku. Atau, kami memang pernah bertemu sebelumnya?

Gadis itu memakai sebuah jaket yang tidak asing pula untukku. Ya. Sepertinya aku memang mengenalinya. Tapi untuk apa dia disini?

Aku kembali mengamati sekelilingku. Sepertinya dia benar-benar sendiri dan terlihat menyedihkan.

Rasa penasaran itupun akhirnya mendorong kaki panjangku untuk melangkah menghampirinya.

Hingga akhirnya kakiku berhenti tepat dihadapannya.

"Apa yang kau lakukan disini?" tanyaku sembari menatapnya dalam, membuat gadis itu terkejut karena kedatanganku yang tiba-tiba.

"Kau?" ujar gadis itu singkat. Tatapan kami bertemu sesaat sebelum akhirnya kami memutuskan untuk mengalihkan pandang.

Entahlah apa yang sedang ia pikirkan,
Gadis itu terlihat menunduk. Meskipun kami jarang sekali bertemu dan bahkan bisa dihitung dengan jari berapa kali kami bertemu namun sekilas, aku bisa melihat kesedihan menumpuk di sudut iris teduh yang biasa kulihat selalu berbinar itu.

Suara panjang klakson kereta yang baru saja tiba memecahkan hening. Akhirnya, aku memutuskan untuk mengajaknya bergegas.

"Kereta Busan akan berangkat 5 menit lagi. Kajja! " ajakku.

Gadis itu tersenyum sekilas dan berdiri sebelum akhirnya mengambil langkah. Entah mengapa aku jadi tertarik untuk mengikutinya.

'she makes me interested every time we meet, sometimes'
-

Author's POV
Gadis itu lebih memilih diam dan melihat pemandangan luar yang gelap dan dingin melalui tirai yang sengaja ia singkapkan.

Sama seperti hatinya yang dingin dan gelap. Rasanya ia benar-benar berharap agar cepat sampai saat itu juga.

Bahkan saking asyiknya dengan dunia miliknya yang jauh dari kata asyik, ia melupakan fakta ada sepasang mata bulat yang selalu mengamati setiap inchi gerakannya dari kursi seberang.

Pemuda itu menimang-nimang sebuah kaleng soda dan hendak membukanya namun ia segera mengurungkan niat itu.

Jungkook, pemuda itu mengangkat bokongnya dan menghampiri pria paruh baya yang asyik menatap berita di koran itu.

HEAL || BTS Jungkook FF || Completed ✔ || Telah Terbit Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang