Fany menutup pintu kamar dari si pria menyebalkan yang tidak ia ketahui namanya tadi. Baru saja dua langkah ke kanan, ia sudah berbalik lagi ke depan pintu itu dan membukanya.
"Kenapa kamu masuk lagi ke sini?!" tanya pria itu dengan nada kesal.
"Di mana kamar gue?" tanya Fany.
Pria bule menyebalkan itu hanya mengendikkan bahunya. "Saya tidak tahu kamu siapa, jadi saya tidak tahu kamu harus tidur di kamar tamu atau kamar pembantu," balasnya sambil bersedekap.
"Gue bukan pembantu!" seru Fany lalu keluar dari kamar dan kembali menutup pintu dengan kasar. Akhirnya ia memutuskan untuk turun ke lantai dasar dan mencari Mrs. Evans.
"Hai, Stefany. Maaf tante belum sempat ketemu kamu semalam." Seorang wanita usia lima puluhan berambut pendek sepundak berjalan menaiki tangga menghampiri Fany.
"Hai Aunt Sherly," sapa Fany lalu langsung berlari turun dari tangga dan memeluk Mrs. Evans.
"Kamu makin cantik saja. Tante jadi nggak bisa ngenalin kamu waktu di acara pernikahan kakak kamu." Fany hanya tersenyum simpul mendengar pujian itu. Sudah biasa dia menerima pujian cantik dari banyak orang.
Well, dia memang cantik, kaya, punya segalanya, meskipun otaknya tidak sepintar kakaknya tapi dia tidak bodoh. Intinya, Stefany Aurelia Wibowo, terlahir untuk memiliki segalanya di dunia ini.
"Ayo, tante antar ke kamar kamu," ajak Sherly. Ia menggandeng lengan Fany ke sisi kiri dari kamar pria menyebalkan tadi. "Ini kamar kamu, sayang. Anggap saja rumah sendiri selama di sini ya," kata Sherly lalu membuka pintu kamar.
Fany menatap sekilas kamarnya yang luas. Tidak jauh berbeda dengan kamarnya yang dulu yang mewah. Mungkin hanya dekorasinya yang kurang pink. Kamarnya yang ini lebih di dominasi warna putih dan abu-abu. Mungkin setelah ia meletakkan barang-barangnya, kamar ini akan berubah menjadi sangat girly seperti kamarnya yang dulu.
"Kamu sarapan dulu ya. Setelah itu baru mandi. Tante sudah buatin bubur ayam. Nggak enak nanti kalau sudah dingin." Mendengar kata makanan Fany langsung mengangguk mengiyakan.
Fany jarang makan bubur ayam. Bukan karena tidak suka, tapi dia terlalu lama tinggal di New York dan hampir setiap hari sarapannya hanya sandwich atau secangkir kopi dan croissant. Sekarang, saat di hadapannya ada bubur ayam, dia tentu saja langsung melahapnya. Bahkan sepiring saja tidak cukup.
"Enak?" tanya Sherly dan Fany langsung mengangguk. "Enak banget tan- eh.. Dia siapa?" jawaban Fany langsung teralihkan begitu melihat pria menyebalkan yang sempat tidur dengannya tadi pagi.
Sherly langsung berpaling ke balakangnya dan melihat anaknya yang sudah mengenakan kemeja hitam berjalan mendekati mereka.
"Kamu yang siapa? Ini rumah saya," balas pria itu sambil menarik kursi di hadapan Fany.
"Jadi kalian sudah ketemu?" tanya Sherly yang dijawab Fany dengan anggukan pelan sedangkan si pria bule menyebalkan hanya sibuk mengambil roti tawar dan mengolesinya dengan selai.
"Dia ini anak tante," jawab Sherly. Fany hanya mengangguk santai seolah sudah bisa menebak. "Nah, Fany ini bakalan tinggal di sini. Dia anak dari Om Markus sama Tante Yuanita."
"Oh..." hanya itu jawaban yang keluar dari mulut pria yang sedang melahap potongan terakhir dari roti tawar berisi selai kacang. Fany pikir, pria itu akan tecengang, atau menyesal telah menghinanya. Nyatanya tanggapan pria itu hanya biasa saja?!
"Nyesel kan lo nganggap gue pembantu?!"
"Kamu bilang Fany pembantu?!" tanya Sherly terkejut.
Alih-alih menjawab, pria itu memilih berdiri dari kursi. "Aku pergi dulu Mom," katanya lalu menyalami Sherly yang ikut berdiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY LITTLE ****L [Complete]
RomanceBagi tuan putri seperti Stefany Aurelia Wibowo, hanya ada dua hal yang tidak bisa bisa ia dapatkan di dunia ini. Pertama, izin dari keluarga untuk tinggal di Indonesia sendiri. Kedua, seorang bartender pemilik club malam bernama Naufal Putra. Demi...