PART 3

43.7K 3.1K 78
                                    

Fany duduk di depan pintu masuk Evans Hospital sambil memikirkan nasibnya. Kurang sial apalagi dia. Lupa bawa hp dan dompet, tadi diusir, sekarang dia harus menunggu si bule sialan itu untuk memberikan berkas.

Fany baru sadar kalau berkas itu penting saat melihat isi di dalamnya. Rupanya tentang rencana ketenagakerjaan yang akan dipaparkan siang ini sekaligus sebuah berkas yang berisi daftar karyawan yang akan dipecat karena diduga menggelapkan dana perusahaan.

Melihatnya saja Fany sudah merinding.

Fany mengetuk-ngetukkan kakinya di lantai. Beruntung ada tiga buah kursi di depan pintu rumah sakit jadi dia bisa duduk di sini dan mengamati siapa tahu, si bule itu keluar lewat sini.

Sudah hampir pukul dua belas siang. Itu artinya sudah hampir satu jam dia menunggu. Sekarang, ia jadi bimbang, antara pulang atau lanjut menunggu. Mana udara panas lagi! Huft..

Akhirnya, Fany mulai menentukan pilihan lewat kancing bajunya.

"Pulang, Nggak. Pulang, Nggak. Pulang-"

"Ehem!" suara dehaman seseorang yang berdiri di depannya membuat Fany menghentikan aktivitas menghitung kancingnya.

"Nah, muncul juga lo!" seru Fany begitu ia mendongak dan mendapati si bule brengsek yang sudah membuatnya menunggu kepanasan.

Tanpa banyak bicara, pria menyebalkan itu langsung mengambil map di samping Fany dan berbalik pergi. Melihat itu, darah Fany kembali mendidih. Enak saja! Dia sudah menunggu hampir satu jam. Belum makan siang. Kepanasan. Sekarang pria itu hanya pergi tanpa berterima kasih?! Sialan memang!

"Dasar cowok brengsek nggak tahu terima kasih!" teriak Fany keras. Beberapa orang yang sedang keluar dari rumah sakit akhirnya berhenti sejenak untuk menatap Fany. Begitu juga dengan orang yang diteriaki Fany. Dia hanya berhenti lalu menghembuskan napas keras.

"Terima kasih. Ayo, makan siang."

Hanya itu?

Bahkan tanpa berpaling menatap Fany.

Merasa kesal, Fany balas meneriakinya. "Lo ngajakin gue atau pintu?!"

Sayangnya, pria itu memilih terus berjalan mengabaikan Fany. Sedangkan Fany sudah berlari mengejarnya karena setelah dipikir-pikir, dia tidak punya uang untuk makan siang saat ini. Selain itu, perutnya juga sudah keroncongan.

"Nama lo siapa?!" tanya Fany tepat saat pintu lift tertutup.

Pria berkemeja hitam menyebalkan itu memilih menutup mulutnya sambil menatap angka di lift yang terus bertambah. Solah-olah ingin momen berdua dengan Fany di lift segera berakhir.

Merasa kesal diabaikan, Fany memilih maju mendekat lalu berjinjit dan memengapit wajah pria itu dengan kedua telapak tangannya. Setelah itu, ia menariknya mendekat. "Bisa nggak sih lo liatin gue kalau lagi bicara sama gue?!" tanya Fany.

Pria yang kini hanya berjarak beberapa senti dari depan wajahnya memilih tersenyum miring lalu menggelengkan kepalanya. "Sayangnya, kamu tidak semenarik itu untuk membuat saya menatap kamu."

Kedua mulut Fany terbuka lebar mendengarnya. Selama ini belum pernah ada pria yang mengatakan kalau dirinya tidak menarik. Pria ini benar-benar gila. Dia gay mungkin!

Dengan perlahan, pria itu menurunkan kedua tangan Fany dari wajahnya. Setelah itu, pintu di belakang Fany terbuka dan pria itu segera berjalan keluar, membiarkan Fany bersama perasaan dongkolnya. Namun, itu tidak berlangsung lama karena Fany segera mengejar pria itu.

MY LITTLE ****L [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang