PART 10

32K 2.3K 54
                                    

Fany meletakkan dagunya ke atas meja sambil menatap jam yang terasa berjalan begitu lambat. Sangat amat lambat tepatnya. Dia sudah tidak sabar akan maka siang degan Naufal!!

Sejak tadi yang dilakukan Fany hanya luntang-lantung tidak jelas di daam ruangannya. Bukan salahnya jika tidak ada yang bisa ia pahami. Satu lagi prinsip Fany. Lebih baik dia tidak melakukan apapun daripada dia salah melakukan sesuatu dan membuat perusahaan rugi.

Pintar bukan?

Itu sebabnya sekarang dia hanya membuka toko online dan mencari-cari baju yang menurutnya cantik. Hidup memang begitu mudah bagi seorang Stefany Wibowo. Tidak ada kata susah atau sedih dalam hidupnya.

Fany memilih untuk mendownload drama korea saja di komputer agar ia bisa membunuh rasa bosan yang selalu melanda di saat ia duduk di kursi kantornya. Beberapa menit menunggu dan akhirnya episode pertama dari sebuah drama yang sedang hitz sekarang selesai terunduh.

Drrtt.. drrtt..

Ponsel Fany berdering. Nama Rafa yang tertera di sana membuat Fany memutar matanya bosan. "Ya halo!" sapa Fany kasar.

"Papa saya sudah pulang dan ada yang harus beliau bicarakan denganmu. Saya jemput pukul empat. Atau kamu bisa pulang dengan transportasi online?"

"Nggak, gue harus dijemput."

"Kenapa? Kamu nggak tahu caranya pesan transportasi online?" tanya Rafa meremehkan.

"Tau lah. Lo pikir gue gaptek!" seru Fany lalu segera mematikan panggilan ponselnya.

Fany bosan. Ia memilih memanggil seorang nail art terkenal Jakarta untuk datang ke kantornya. Beberapa detik yang lalu ia baru menyadari keadaan kukunya yang sangat berantakan. Bisa-bisa Naufal illfeel melihat jari-jarinya.

"Mbak, pokoknya kuku saya harus cantik sebelum jam dua belas siang," kata Fay di telepon dan hanya menunggu setengah jam sampai seorang nail art perempuan berseragam merah mudah dari salah satu nail art terkenal di Jakarta masuk ke dalam ruangannya.

Well, apapun selalu mudah dengan uang.

Dan Fany sangat beruntung karena memilikinya.

***

Pukul sebelas lebih empat puluh lima menit ponsel Fany berdering. Kedua mata Fay langsung membulat besar begitu melihat nama Naufal di sana. "Ehem.. ehem.." Fany berdeham singkat sebelum menjawab panggilan telepon itu.

"Halo," sapa Fany begitu lembut.

"Hai Fan. Kamu udah nggak sibuk? Gak papa kalau aku ajak kamu makan siang?" tanya Naufal dari ujung sana.

"Oh, gak papa kok. Kebetulan pekerjaan aku sudah selesai. Ini udah mau otw." Fany segera membereskan barang-barangnya yang berhamburan di atas meja.

"Kamu ke sana bawa mobil? Kalau nggak aku bisa jemput." Kedua mata Fany membulat bahagia mendengarnya. Bibirnya juga sudah tersenyum lebar.

"Ehm.. kebetulan mobil aku lagi dipinjam. Ini udah mau pesan taksi online. Nggak perlu repot-repot, Fal," kata Fany pura-pura menolak.

"Nggak ngerepotin sama sekali. Kebetulan aku lagi di dekat kantor kamu. Aku jemput ya." Fany mengepalkan tangannya lalu beryes-yes ria tanpa menimbulkan suara apapun. "Oke. Aku tunggu di lobby yah."

Selesai panggilan telepon dimatikan, Fany segera meloncat-loncat bahagia. Tapi gerekannya segera terhenti ketika sadar rambutnya akan terbongkar. Tanpa menunggu lama lagi ia segera pergi ke kamar mandi dan berdandan secepat dan secantik mungkin. Ia tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan untuk bersama dengan Naufal-nya.

MY LITTLE ****L [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang