PART 8

31.6K 2.4K 92
                                    

Malam ini, Fany memilih pergi sendiri ke Bounce daripada bersama teman-temannya. Ia masih tidak tahu harus memasang topeng senyum seperti apa jika harus bertemu dengan mereka sekarang. Jujur saja, perkataan Rafa tadi siang membuatnya malas untuk mengajak teman-temannya itu hangout lagi.

Ia lelah harus berpura-pura bahagia bersama mereka. Padahal, kenyataannya tidak. Bagaimana ia bisa bahagia jika teman-temannya itu memasang senyum palsu. Memang benar, sahabat sejati sangat sulit di dapatkan jika memiliki latar belakang keluarga seperti dirinya.

Begitu masuk ke dalam Bounce, mata Fany langsung menangkap pemandangan indah berupa seorang Naufal Putra yang sedang duduk memainkan ponselnya di belakang meja bar. Ini masih pukul Sembilan dan karena bukan malam minggu jadi keadaan club tidak begitu ramai.

Tanpa menunggu lama lagi, ia langsung berjalan mendakati pria berkemeja navy itu. "Hai Fan," sapa Naufal begitu Fany duduk di depannya. Di sapa seperti itu membuat Fany senang, karena itu artinya, Naufal masih mengingat namanya.

Mereka berdua hanya pernah bertemu sebanyak tiga kali dan tempatnya selalu di dalam club ini. Tapi, Naufal adalah pria yang ramah terhadap semua orang, ia juga tidak mudah lupa dengan orang yang pernah bertegur sapa dengannya. Intinya, dari segi pergaulan sosial, Naufal sangat sempurna.

Dan kesempurnaan Naufal tidak hanya itu saja.

"Sendirian?" tanya Naufal dan Fany mengangguk riang. Hanya orang buta mungkin yang tidak dapat melihat binar cinta di mata Fany saat menatap Naufal yang malam ini rambut hitamnya di buat sedikit acak-acakkan.

"Teman-teman kamu mana?" tanya Naufal lagi. Kali ini pria itu sudah memasukkan ponselnya ke dalam saku. Itu artiya, ia akan fokus berbicara dengan Fany.

Senang rasanya.

"Hmm,, aku lagi nggak janjian bareng mereka. Ini kebetulan aja dari kantor langsung ke sini," jelas Fany dengan senyum mempesonanya.

"Kantor? Kamu sudah bekerja di sini?"

"Iya. Aku akan menetap di Indonesia."

"Kerjanya di perusahaan papa kamu pasti?"

"Iya. Bantu-bantu lah."

"Sibuk banget pasti ya sampai-sampai lembur baru pulang jam segini. Kamu mau minum apa?"

"Ehm, iya sibuk," bohong Fany. Sibuk apanya? Sejak tadi siang ia hanya menggunakan komputer untuk browsing toko online dan semua berkas yang harus di tanda tangani sudah ia lakukan saat Rafa datang tadi. Bahkan sejak pukul enam sore sampai tadi jam delapan, ia hanya tertidur di kamar yang ada di dalam ruang kerjanya.

"Kamu mau minum apa?" tanya Naufal lagi dengan nada lembut.

"Ehm.. apa ya? Ada rekomendasi nggak?" tanya Fany.

"Aku punya minuman baru. Tapi kamu nggak bisa minum alkohol ya? Kamu bawa mobil sendiri kan?"

Apapun demi Naufal. Itulah yang ada di pikiran Fany sejak ia memutuskan untuk tinggal di Indonesia.

"Aku bawa mobil sendiri, tapi nanti bisa kok di jemput sopir," jawab Fany. Setelah ini ia akan menelpon sopir keluarga Rafa untuk menjemputnya. Beruntung ia sudah memita nomor telepon bapak itu tadi pagi.

"Yakin kamu bisa minum alkohol? Minuman yang ini kadar alkoholnya tinggi loh Fan. Aku nggak mau kamu kenapa-napa. Besok kamu harus ke kantor kan?"

Oke, Fany rasanya ingin melayang saat ini. Tanpa minum minuman itu pun Fany sudah dibuat mabuk kepayang dengan perhatian yang diberikan Naufal.

MY LITTLE ****L [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang