"Saya belikan kamu makanan. Kamu belum makan?" tanya Rafa saat Fany sudah berjalan ke arahnya dengan setumpuk berkas di tangannya.
"Hah? Seriusan?" Fany segera meletakkan berkas-berkas itu kembali dan segera membuka plastik putih di tangan Rafa. Tanpa menunggu lama, ia segera memakan satu porsi nasi goreng yang terlihat sangat menggiurkan.
"Lo ngasinya ikhlas kan? Gue nggak perlu ganti kan?" tanya Fany pada suapan kelima.
Rafa hanya menghela napas dan menghembuskannya. "Makannya pelan-pelan," kata Rafa lalu berjalan ke arah dispenser untuk mengambil air. Begitu satu gelas air putih sampai di depan Fany, ia langsung meneguknya.
Setelah makanan Fany habis, Rafa langsung berdiri dan megangkat berkas yang tadi dibawa Fany. "Yuk pulang."
"Tunggu bentar dong, masih kenyang nih.."
"Saya capek," balas Rafa yang langsung berjalan meninggalkan Fany.
"Iya! Iya! Dasar nggak punya perasaan!"
***
"Argg!" Fany meringis begitu Rafa menghentikan mobilnya di garasi rumah.
"Kamu kenapa?" tanya Rafa sambil mematikan mesin mobilnya.
"Sakit.." ringis Fany sambil memegang bagian atas perutnya.
Rafa membuka sabuk pengaman dan mengambil tasnya yang berada di jok belakang. "Ini. Minum obatnya." Rafa menyerahkan sebuah obat dan air putih yang langsung diterima Fany. "Kamu sering sakit seperti ini kalau lupa makan?"
Fany menggeleng. "Selama ini aku nggak pernah lupa makan. Tadi karena sibuk aja jadi lupa," ujar Fany setelah minum obat.
Rafa menggelengkan kepalanya. "Lain kali, kamu jangan lupa makan. Lihat, sekarang kamu sakit kan? Saya tidak suka kamu sakit seperti ini."
Napas Fany tercekat mendengar kalimat terakhir yang diucapkan Rafa. Ia bahkan masih mencerna kata-kata itu hingga Rafa keluar dari mobil dan membuka pintu di samping Fany. "Jangan salah paham. Saya dokter dan saya tidak ingin melihat kamu sakit." Rafa membuka sabuk pengaman Fany lalu berjalan meninggalkan Fany yang sedang merutuki kebodohannya karena sudah berharap lebih.
Tiba di dalam rumah, ponsel Fany bergetar. Sebuah pesan dari Naufal membuat kedua matanya membulat besar. Sampai-sampai rasa sakit di ulu hatinya menghilang hanya karena membaca pesan dari Naufal.
Naufal : Jangan lupa untuk datang di pembukaan café baru aku jam 7 nanti malam. J
Tanpa menunggu lama, Fany segera membalas pesan Naufal. Tentu saja ia akan datang. Tidak peduli apapun. Ia harus datang!
Sekarang sudah hampir pukul lima. Ia masih punya waktu untuk bersiap. Dia harus tampil cantik malam ini demi Naufal.
Hingga akhirnya tepat pukul setengah tujuh malam, Fany sudah tersenyum cantik di depan meja riasnya. Malam ini ia mengenakan dress hitam sepaha yang terlihat sangat elegan. Makeupnya juga dibuat berwarna coral cantik. Sangat sesuai dengan clutch yang ia bawa.
Tok.. Tok..
"Masuk!" seru Fany sambil memakai anting.
"Perut kamu.. " ucapan Rafa terhenti begitu melihat penampilan Fany. Tentu saja ini bukan penampilan untuk pergi tidur. Jelas-jelas gadis ini akan keluar malam ini. Dilihat dari dandannya dia pasti akan pergi ke kelab malam. "Kamu mau ke mana malam-malam begini?" tanya Rafa.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY LITTLE ****L [Complete]
RomanceBagi tuan putri seperti Stefany Aurelia Wibowo, hanya ada dua hal yang tidak bisa bisa ia dapatkan di dunia ini. Pertama, izin dari keluarga untuk tinggal di Indonesia sendiri. Kedua, seorang bartender pemilik club malam bernama Naufal Putra. Demi...