PART 1

106K 3.7K 146
                                    

"Hwaaaa!!!!" Suara teriakkan Fany langsung meluncur keluar dari mulutnya begitu ia menatap horror tempat tidur di sampingnya.

Hanya ada dua orang yang boleh tidur dengan Fany sebelum ia menikah. Pertama, ayahnya. Kedua, kakaknya. Tapi sekarang, sepertinya sudah menjadi tiga. Karena ia jelas tahu yang ada di sampingnya saat ini bukan Papanya atau kakaknya.

Suara erangan keluar dari mulut pria berambut cokelat gelap yang berbaring di samping Fany. "Bangun! Woi!" seru Fany melempar tangan pria itu yang berada di atas perutnya.

"Heh, kamu siapa?!" tanya pria itu setelah matanya sukses terbuka dan melihat Fany yang sedang menatapnya kesal.

"Kamu yang siapa?!" balas Fany.

"Loh, ini kamar saya. Kamu yang seharusnya beri penjelasan. Kenapa kamu bisa ada di kamar saya?" Pria itu sudah duduk di depan Fany sambil kedua tangannya bersedekap di depan dada bidang yang pagi ini tidak mengenakan penutup apapun.

"Loh.." Fany tidak mampu berkata-kata saat sadar kalau ini memang bukan kamarnya. Tubuhnya semakin mengkeret ke ujung tempat tidur saat pria asing itu memicingkan matanya dan bergerak mendekati Fany. Di tambah mata Fany terus menatap dada bidang yang semakin mendekat ke arahnya.

"Eh.. eh.. mau apa lo.." tanya Fany panik. Ia tidak bisa bergerak mundur lagi sementara ujung hidung pria itu sudah sangat dekat dengan bibirnya. Bahkan kulit wajah Fany bisa merasakan hembusan napas pria itu.

Anehnya lagi, jantungnya sudah berdetak kencang hanya karena merasakan hembusan napas pria ini. Apakah pria ini akan menciumnya? Merebut first kissnya? Langsung saja Fany menutup kedua matanya.

"Eh, jangan berani-"

"Bau alkohol. Kamu pasti mabuk semalam," kata pria itu lalu menarik tubuhnya. Langsung saja Fany membuka kedua matanya dan ingatan Fany berputar pada kejadian semalam. Oh shit! Rupanya dia salah masuk kamar!

***

Deringan ponsel kembali terdengar dari sisi Fany. "Halo!" sapa Fany kesal. Ia sudah tahu apa yang akan dibilang oleh kakaknya. Pasti tidak jauh berbeda dengan kedua orang tuanya.

Intinya, dia tidak bisa menetap di Indonesia.

Menyebalkan!

Ugh!

"Kamu kok kasar gitu jawab telepon dari kakak?" tanya Samuel, kakak satu-satunya Fany yang saat ini sudah menetap di New York bersama istri tercintanya.

"Habisnya kalian semua nggak ada yang ngertiin aku! Keseel!" rengek Fany dengan keras.

"Bukannya nggak ngertiin kamu. Kita semua di sini takut kamu kenapa-napa di sana sendirian. Kamu tuh-"

"Iya aku masih kecil! Kalian nyebelin! Tega banget sama Fany!"

Terdengar helaan napas lelah dari ujung sana. Bagi Sam yang sudah dua puluh lima tahun menjadi kakaknya Fany, menghadapi adiknya ini harus dengan nada tenang, jika tidak, hanya ada perang dunia yang akan terjadi.

Mungkin ini alasan mereka berdua jarang bertengkar selama ini.

"Kakak kan sudah kasih kamu solusinya. Kamu yang bandel."

Fany mengacak rambut panjang sepunggung yang baru saja ia cat red mahogany. Mengapa kakaknya setelah menikah jadi begitu sulit untuk diajak bekerja sama?

"Kaaak... Please, kakak balik ke Indonesia aja. Ya..." mohon Fany.

"Nggak mungkinlah Fan. Mbak kamu lagi hamil besar nggak mungkin dong kita perjalanan jauh ke sana. Lagian perusahaan di sini nggak bisa ditinggal gitu aja."

MY LITTLE ****L [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang