PART 29

28.5K 2.6K 194
                                    

John F. Kennedy International Airport, New York.

Dari balik kacamata hitamnya, mata Fany mencari keberadaan kakaknya, kakaknya. Sesaat setelah landing, kakaknya sudah mengirim pesan kalau dia sudah menunggu Fany di depan pintu arrival. Jadi, kakaknya pasti sudah ada di sini. Hmm.. tapi di mana?

"Fany!"

Sebuah suara yang sangat dikenal Fany membuatnya menoleh ke arah kanan. Ah, kakaknya yang mengenakan jaket abu-abu sudah melambai-lambai heboh padanya. Senyum tipis di bibir Fany tercetak seraya ia berlari ke arah kakaknya.

"Kaaaak.. Aku kangen.." seru Fany seraya memeluk kakaknya erat.

"Kakak juga kangen. Rumah sepi banget nggak ada ocehan kamu," kata Sam lalu melepas pelukan adiknya. Ia menatap Fany dari ujung kepala sampai kaki. Sebuah kerutan bingung tercetak di antara kedua alisnya.

"Kamu pergi dua bulan lebih, tapi kok nggak ada yang berubah?" tanya Sam bingung. "Rambut kamu masih merah. Dulu kamu sebulan sekali ganti cat rambut." Sam menunjuk rambut Fany. Selanjutnya tangannya menatap jemari Fany. "Beneran nggak ada catnya ini kuku?" tangan Sam menarik jemari Fany dan menelitinya.

Fany menarik jemarinya kesal. "Ih, Kakak apaan sih?! Yuk pulang." Fany berjalan menarik kopernya.

"Koper kamu Cuma satu?" tanya Sam tidak yakin.

"Barang-barang aku yang lain akan dikirim Tante Sherly ke rumah di Indonesia," jelas Fany lalu menarik napas dalam. Menghirup udara musim semi yang sangat ia rindukan.

"Kenapa kamu tiba-tiba mau pulang?" tanya Sam sambil mereka berjalan ke pelataran parkir. "Kakak kaget loh waktu kamu WA dua hari lalu minta dijemput."

"Pengen pulang aja. Kangen sama kalian."

"Yakin bukan karena ada masalah lain?"

Fany diam. Mereka berdua selalu menceritakan masalah apapun yang terjadi tanpa menyimpannya. Sam bukan hanya kakaknya, tapi sekaligus sahabatnya. Begitu sebaliknya.

Sam menahan bahu Fany. Ia tahu adiknya sedang tidak baik-baik saja. Ia bahkan sudah tahu apa yang sebenarnya terjadi, tapi ia ingin mendengarnya dari Fany langsung. Ia tidak ingin mendengarnya dari orang lain, meskipun ia sepenuhnya percaya pada orang itu. "Ada apa? Cerita sama kakak."

Fany menarik napas dalam lalu mengangguk. "Nanti aja di rumah."

Sam menarik kacamata hitam Fany, membuat Fany menatapnya kesal. "Kak apaan sih?!"

"Astaga, itu mata habis ditinju apa gimana? Bengkak banget," ejek Sam yang tidak dibalas Fany. Adiknya itu langsung mengambil kacamata hitamnya dan memakainya kembali.

"Padahal tadi kakak cuma mau lihat bulu mata kamu dipanjangin kayak Mbak Diana atau nggak," bohong Sam.

"Nggak ada eyelash extension!" seru Fany sambil berjalan kesal.

"Kayaknya yang berjalan di samping kakak bukan Stefany Aurelia Wibowo deh," goda Sam lagi. "Udah deh, Kak. Aku lagi nggak mood buat bercanda."

***

"Fanyy?!!" pekikkan Diana terdengar begitu Fany melangkah masuk ke dalam rumah.

"Sayang, jangan lari!" seru Sam dari belakang Fany. Mendengar itu Fany tertawa karena Mbak Diana langsung berdiam di tempatnya berdiri. Akhirnya, Fany yang berjalan ke arah Diana dan memeluknya erat. "Ini lahirnya kapan?" tanya Fany menatap perut buncit Diana.

MY LITTLE ****L [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang