PART 4

42.1K 2.9K 77
                                    

Fany terbangun saat hidungnya mencium bau makanan lezat. Perlahan ia membuka mata dan melihat sebuah piring menutupi pandangannya. "Ahkk!" ringis Fany saat ia mencoba menegakkan punggungnya. Rupanya ia tidur terlalu lama hingga punggung dan lehernya terasa nyeri.

Begitu mengangkat kepalanya, mata Fany langsung bertatapan dengan kedua mata tajam Rafa yang sedang mengawasinya. "Loh, bukannya kita mau makan siang di mall?!" rengek Fany sambil mengepalkan tangannya.

"Kamu belum makan sejak tadi siang dan saya yakin kamu pasti sudah kelaparan kalau harus ke mall dulu," balas Rafa masih bersedekap.

Fany melirik jam dinding yang tergantung di ruangan kerja Rafa. "Hah? Sudah jam tiga?"

"Maaf karena operasinya lebih lama dari yang saya janjikan ke kamu," jawab Rafa pendek.

Mendengar itu, alis Fany berkerut. Setelah itu ia tersenyum miring. "Kalau gitu, sebagai permintaan maafnya, lo harus anterin gue ke mall." Belum sempat Rafa menjawab, Fany sudah menambahkan. "Nggak, lo harus temenin gue belanja di mall!"

Rafa hanya menutup matanya sebentar lalu menghembuskan napas pasrah. "Saya sudah janji akan menemani kamu ke mall dan saya tetap akan menepatinya. Jadi nggak perlu bawa-bawa tentang permintaan maaf."

Mendengar itu Fany tersenyum senang. Tanpa menunggu lama lagi, ia segera memakan dua porsi pasta di depannya. Setelah satu porsi di depannya habis, ia segera melahap porsi yang kedua hingga pada suapan ke dua ia sadar. "Lo nggak makan?"

"Kamu sepertinya lebih lapar dari saya sampai-sampai punya saya di makan juga," jawab Rafa yang langsung membuat Fany malu setengah mati. "Eh, salah lo sendiri kenapa nggak makan dari tadi?"

Rafa memilih berdiri dan membereskan barang-barangnya. "Makan saja. Jangan banyak bicara."

Fany akhirnya makan dalam diam. Setelah selesai, tatapannya terarah pada Rafa yang sedang duduk di sofa sambil mengetikkan sesuatu di laptopnya.

Heran deh tuh cowok. Kayak nggak ada lelahnya.

"Ehem, kita perginya kapan?" tanya Fany dari tempat duduknya. Rafa meliriknya sekilas lalu pria itu bergerak menutup laptopnya. "Ayo," katanya lalu berdiri dan berjalan meninggalkan Fany.

"Aduh!" seru Fany begitu berjalan beberapa langkah.

"Kenapa lagi?" tanya Rafa saat ia berbalik dan melihat Fany sedang meremas betisnya.

"Kaki gue kesemutan."

Mau tidak mau Rafa berjalan mendekati Fany dan segera menggendong gadis itu. "Eh, lo mau ngapain?! Jangan modus ya."

Mendengar itu Rafa segera berjalan ke arah sofa dan menjatuhkan Fany di sana. "Akh! Sakit!!" seru Fany

"Saya tidak akan tertarik pada bocah kecil seperti kamu. Sekalipun kamu pakai rok pendek seperti itu," kata Rafa disertai wajah kesalnya.

"Enak aja. Gue bukan bocah kecil!"

Rafa hanya mendesah keras. Mengapa gadis pengganggu seperti ini harus muncul dalam hidupnya?

Dengan kesal, Rafa berjalan mengambil jas putih dokternya lalu melempar benda itu ke paha Fany. "Saya gendong kamu sampai ke lantai dasar. Tutup paha kamu pakai ini."

"Katanya lo nggak bakalan-"

"Saya memang tidak akan tertarik, tapi tidak dengan orang-orang yang ada di lantai dasar." Rafa langsung bergerak mendekati Fany dan langsung menggendong gadis itu.

MY LITTLE ****L [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang