Kamu di mana? Kenapa belum pulang?
Sebuah pesan dari Rafa masuk ke ponsel Fany. Ia menatap sekilas isi pesan itu dari apple watch nya dan menghembuskan napas. Bukankah Rafa tidak peduli ya padanya? Tadi siang pria itu hanya pergi tanpa menanyakan keadaannya.
Fany merapikan barang-barangnya. Sudah pukul tujuh malam. Ia sengaja menghabiskan waktunya di kantor. Menyibukkan diri agar dia bisa melupakan masalah tadi siang. Great! Dia sudah seperti ayah dan kakakknya yang workaholic.
Di kantor. Baru mau pulang
Fany membalas pesan Rafa dan langsung turun ke parkiran. Kantornya sudah sepi karena jam pulang sudah dari dua jam yang lalu. Ponselnya kembali berdenting memunculkan notifikasi dari Rafa.
Kenapa belum pulang jam segini?
Hati-hati di jalan.
Fany memajukan bibirnya karena kesal membaca pesan dari Rafa.
Banyak kerjaan.
Keluar dari lift dan masih tidak ada balasan dari Rafa padahal pesannya sudah di read. Itu artinya, Rafa tidak akan membalas pesannya. Seperti itu Rafa. Dia malas membalas pesan hanya dengan 'oke' atau 'sip atau 'siap' atau minimal emoticon. Entahlah, mungkin jarinya akan lelah jika menulis itu.
"Nia, kok belum pulang?" tanya Fany saat melihat sekretarisnya masih duduk menunggu di lobby.
"Ini lagi nunggu ojek online, Fan." Nia segera berdiri menyambut Fany yang datang mendekatinya. "Udah, duduk aja." Fany menatap sekeliling lalu akhirnya memutuskan untuk duduk di samping Nia. "Gue temenin deh. Lo juga lembur karena nungguin gue kan? Next nggak papa kok kalo lo mau balik duluan." Nia tersenyum mengangguk pada Fany. "Makasih. Kamu baik banget."
Suasana lobby sudah mulai sepi. Ada seorang satpam berjaga di dekat pintu masuk, mungkin baru saja bergantian shift. Meja resepsionis sudah kosong, di tengah ruangan, air mancur dari sebuah taman kecil sudah dimatikan. Masih ada dua tiga orang yang lalu lalang, tapi Fany tahu sebagian besar memilih lift untuk langsung turun ke basement.
"Pacar kamu nggak jemput?" tanya Fany pada Nia yang menatap aplikasi ojek online di ponselnya. Sedari tadi layar aplikasi hijau itu belum berubah. Masih mencari driver.
Nia tampak terkejut dengan pertanyaan itu. "Saya belum punya pacar," jawab Nia dengan seulas senyum tipis.
"Baru putus?" tanya Fany lagi. Well, sejujurnya dia butuh teman curhat perempuan untuk kisah cintanya. Itu sebabnya Fany ingin mencari tahu pengalaman Nia dalam hal asmara. Siapa tahu dia expert dalam bidang itu dan bisa memberi saran pada Fany.
"Sudah lama," jawab Nia pendek.
"Putus kenapa?"
Nia tampak menerawang. Ia mengingat cinta pertama dan mungkin terakhirnya karena meskipun sudah lebih dari lima tahun berlalu, perasaan itu masih tetap sama.
"Kami berbeda."
"Berbeda keyakinan?"
Nia menggeleng. Dia baru tahu kalau bosnya ini memiliki sifat yang sangat kepo. "Berbeda latar belakang. Orang tuanya punya segalanya sedangkan saya hampir tidak memiliki segalanya selain Mama saya yang juga sudah tua."
"Terus orangtuanya nggak setuju sama hubungan kalian?"
Nia mengangguk. "Mereka ingin dia memilih, tapi bagi saya tidak ada pilihan. Restu orang tua adalah yang paling penting. Kami akhirnya berpisah secara baik-baik."
KAMU SEDANG MEMBACA
MY LITTLE ****L [Complete]
RomanceBagi tuan putri seperti Stefany Aurelia Wibowo, hanya ada dua hal yang tidak bisa bisa ia dapatkan di dunia ini. Pertama, izin dari keluarga untuk tinggal di Indonesia sendiri. Kedua, seorang bartender pemilik club malam bernama Naufal Putra. Demi...