Fany tersenyum lebar saat melihat Naufal melambai padanya. Rapat dengan beberapa tenant yang bekerja sama dengan Wibowo Grup tidak diadakan di perusahaan. Kali ini mereka mengadakannya di sebuah hotel berbintang. Tentu saja hal ini disetujui Fany karena dia bisa makan makanan hotel berbintang dengan biaya perusahaan.
Curang? Tentu saja tidak. Perusahaannya selalu membuat anggaran khusus untuk rapat seperti ini.
"Maaf ya kamu nunggunya lama." Fany tersenyum lebar saat berdiri di hadapan Naufal. Senyumnya selalu merekah lebar jika melihat Naufal. Entahlah, dia senang melihat kehadiran Naufal.
"Nggak papa. Aku yang datangnya terlalu cepat." Naufal balas tersenyum menatap Fany. "Mobil kamu gimana?"
"Oh, sudah di ambil supir tadi." Pagi tadi Fany berangkat ke kantor sendiri karena Rafa sudah meninggalkannya. Heran juga pria itu sudah ke rumah sakit pagi-pagi. Padahal semalam pria itu pulang sangat larut.
Fany tidak tahu kapan tepatnya Rafa pulang, karena dia sudah tertidur di ruang tamu. Kesadarannya hanya kembali sebentar saat merasa tubuhnya melayang. Ia tidak perlu menebak lagi, Rafa pasti yang memindahkannya ke kamar. Walaupun sekilas wajah pria itu terlihat sangat lelah.
Sebuah dentingan halus dirasakan Fany setelah pintu di sampingnya tertutup dan Naufal beralih ke sisi kemudi. Sebuah hembusan nafas keluar dari mulut Fany begitu melihat nama pengirimnya. Entahlah, kejadian tadi pagi saat pria itu meninggalkannya membuat dia kesal.
Pulang bareng?
Fany mengangkat sebelah alisnya. Seharusnya Rafa tahu Fany ke kantor sendiri tadi pagi. Itu artinya, Fany bawa mobil sendiri. Memangnya dia berharap Fany naik angkutan umum?
"Kita ke kantor kamu dulu?" tanya Naufal setelah mobil keluar dari parkiran hotel. "Iya, ada barang yang perlu aku ambil. Makasih ya," jawab Fany sambil menatap Naufal.
"Anything for you." Naufal mengacak rambut Fany, membuat dada Fany membuncah bahagia.
Fany menatap ponselnya. Ia belum membalas pesan pria menyebalkan itu. Tangannya dengan cepat mengetik beberapa huruf.
Nggak perlu!
Sent!
"Badan kamu kurusan. Sibuk banget ya akhir-akhir ini?" Tentu saja semua perempuan akan merasa senang jika dipuji kurus dibandingkan gendut. Ya kan?
Hal ini juga berlaku pada Fany. Meskipun badannya sudah bodygoals tetap saja dia senang dipuji seperti itu.
"Kamu jangan senang dulu. Aku lebih suka badan kamu yang sebelumnya." Naufal menatap Fany dengan senyum jailnya, membuat Fany mengerucutkan bibir. "Aku serius. Aku nggak mau kamu lupa makan dan sakit."
"Iya, aku nggak bakalan lupa makan."
"Aku akan ingetin kamu makan kalau gitu. Pagi, siang dan malam."
Mata Fany berbinar senang mendengarnya. Naufal benar-benar pengertian. Tidak salah Fany menyukainya sampai rela tinggal di Indonesia. Pilihan Fany tidak salah!
"Makasih ya. Tapi nggak ngerepotin, kan?" tanya Fany dan Naufal tersenyum lalu menggeleng. "Nggak sama sekali."
Sebuah dentingan halus kembali masuk ke ponsel Fany. Suasana hatinya yang semula senang langsung berubah jadi kesal karena dia tahu itu pasti dari Rafa. Siapa lagi?
Ada hal penting yang harus aku bilang ke kamu. Kamu masih meeting? Aku jemput ya.
Tangan Fany mengetik balasan dengan cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY LITTLE ****L [Complete]
RomantizmBagi tuan putri seperti Stefany Aurelia Wibowo, hanya ada dua hal yang tidak bisa bisa ia dapatkan di dunia ini. Pertama, izin dari keluarga untuk tinggal di Indonesia sendiri. Kedua, seorang bartender pemilik club malam bernama Naufal Putra. Demi...