PART 28

28.7K 2.8K 252
                                    

Fany duduk di atas tempat tidur sambil menatap kopernya yang tergeletak di samping lemari. Ingin rasanya kembali ke New York. Dia rindu dengan keluarganya. Mamanya, Papanya dan kak Sam serta Mbak Diana.

Bertemu dengan Tante Sonya, Mamanya Nia, kemarin membuat Fany rindu dengan Mamanya. Tante Sonya begitu baik sampai rela tidur berdua dengan Nia agar Fany bisa tidur nyaman di kamarnya.

Tadi pagi, Tante Sonya juga memberinya kue bolu yang sangat lezat. Fany jadi ingat, Mamanya sering mengirim kue buatannya ke apartemen Fany selama ia masih kuliah. Mamanya juga setiap minggu selalu mengunjunginya dan membawa persediaan makanan.

Mungkin ini waktu terlama ia tidak bertemu dengan Mamanya.

Fany membaringkan dirinya ke atas ranjang. Ini hari minggu dan dia memutuskan untuk menyelesaikan pekerjaannya yang belum selesai. Nanti malam pasti ia tidak bisa menyelesaikannya. Apalagi setelah makan malam yang dibilang Rafa.

Ah, Rafa..

Pria itu benar-benar menjaga jarak darinya. Sejak tadi pagi Fany tidak bertemu dengannya. Padahal mobil pria itu terparkir di garasi. Itu berarti dia ada di rumah.

Kamar di sebelahnya sama sekali tidak ada suara. Baik pintu yang ditutup pun tidak terdengar. Meskipun Fany tidak menaruh perhatian pada kamar di sebelahnya. Tapi biasanya akan terdengar bunyi pintu di tutup dari pintu kamar Rafa. Itu yang membuat Fany tahu Rafa baru masuk kamar atau keluar kamar.

Fany berguling dan turun dari ranjangnya. Mungkin ia akan jalan-jalan sebentar di dalam rumah sebelum mengerjakan tugas kantornya. Moodnya belum bagus untuk mengerjakan tugas kantor.

Dari ruang keluarga di lantai atas, ruang buku lalu kamar tamu, Fany memutuskan untuk turun ke lantai satu. Ia berjalan ke teras belakang, ke arah kolam renang. Perlahan ia menyusuri tepi kolam renang hingga matanya menatap ke dalam ruang gym.

Di dalam sana, orang yang sedang ia hindari sedang berlari di atas treadmill. Dan dia juga sedang menatap Fany, tapi itu tidak bertahan lama sampai Rafa segaja mengalihkan tatapannya ke bawah.

Sudahlah, lebih baik ia kembali ke kamar dan mengerjakan pekerjaannya yang menumpuk. Satu langkah.. dua langkah.. entah mengapa Fany berharap Rafa menahan lengannya seperti biasa. Fany mendesah.

Pengakuan Rafa sukses membuat hubungan mereka berdua berubah.

***

Andai saja ada momen yang harus diskip Fany dalam hidupnya, Fany pasti akan memilih momen malam ini. Suasana makan malam ini pasti akan canggung. Ini akan menjadi pertama kalinya Fany makan malam keluarga dengan hawa mencekam.

Fany menatap layar laptopnya sebentar lalu menutup benda persegi panjang itu. Dari atas kamarnya, ia melihat mobil Naufal baru saja terparkir di depan rumah. Apakah dia harus turun sekarang? Atau tunggu di panggil?

Fany menghembuskan napasnya. Memangnya Rafa masih mau naik ke atas dan memanggilnya makan seperti sebelumnya?

Sudahlah. Lebih baik ia turun dan bertemu Naufal. Bagaimana pun pria itu sudah menghubunginya sampai puluhan kali dan tidak ada satupun yang ia balas.

Fany membuka pintu kamarnya. Bersamaan dengan itu, pintu kamar di sampingnya juga terbuka.

Aduh! Kok bisa samaan?!

Rafa keluar dari kamarnya. Tatapan keduanya langsung terkunci satu sama lain sampai Rafa menghembuskan napas dan berjalan meninggalkan Fany. Dia jelas-jelas menghindari Fany.

MY LITTLE ****L [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang