PART 6

38.1K 2.5K 44
                                    

Tidur nyenyak Fany terusik saat mendengar ketukan di pintu kamarnya. Perlahan ia mengerjapkan mata lalu membuka matanya. Seingatnya, terakhir ia tertidur di mobil. Pasti sopirnya semalam yang mengangkatnya ke kamar, alias si Rafa.

Tok.. Tok.. Tok..

"Iya, iya.." teriak Fany lalu bergegas membuka pintu kamarnya.

"Non, tadi di suruh Nyonya buat sarapan di bawah sekarang," kata seorang perempuan berusia setengah abad yang baru Fany lihat hari ini.

"Iya. Makasih Bi. Ngomong—ngomong nama Bibi siapa?" Fany menguap lalu mengucek matanya.

"Saya Sarida. Biasa di panggil Bi Ida."

"Oh iya Bi. Makasih ya."

Setelah Bi Ida pergi, Fany segera pergi mencuci muka lalu turun ke ruang makan. Di sana, tante Sherly terlihat sedang menyeruput teh hangat. "Hai tante."

"Hai Fan. Gimana? Sudah siap hari ini?"

Fany mengerutkan dahinya bingung. Ada apa dengan hari ini?

"Hari ini ada apa ya?"

"Loh, hari ini kan hari pertama kamu kerja di perusahaan." Mendengar itu, kedua mata Fany membulat besar. Oh Shit! Dia lupa kalau ada tugas berat menantinya di Indonesia. "Ehm, besok aja ya Tan?" bujuk Fany.

"Nggak bisa. Tadi pagi Mama kamu yang telepon Tante dan bilang pastiin kamu ke perusahaan hari ini, Fan." Sherly menarik napas lalu menghembuskannya. "Kalau kamu terus menunda-nunda, kapan kamu akan mulai terbiasa kerja?"

Akhirnya dengan pasrah Fany mengangguk. "Oke Tante. Fany akan ke kantor mulai hari ini."

Sherly tersenyum lalu mengusap rambut Fany. "Kalau ada yang kamu nggak ngerti tanya-tanya ke Rafa ya. Dia bakalan bantuin kamu kok." Sekali lagi hanya anggukan lemah yang dijawab Fany.

***

Pukul sepuluh pagi Fany sudah tiba di perusahaan keluarganya, Wibowo Group. Tentu saja kehadirannya sanggup menarik perhatian seluruh karyawan yang berada di lantai dasar. Dengan rambut di cat merah serta rok putih hampir setengah paha, Fany terlihat lebih akan pergi ke club malam daripada ke kantor.

"Perhatian ya.." seru Fany di tengah selasar. Semua orang yang ada di sana langsung mendekatinya karena mereka tahu kalau gadis dengan dandanan ke club malam ini adalah anak dari pemilik perusahaan.

"Lima belas menit lagi akan ada rapat semua pimpinan divisi di ruang meeting utama. Sampaikan itu ke pimpinan kalian." Suara Fany yang lembut dan manja langsung mendapat anggukan dari semua orang yang berada di situ. "Sekarang bubar!" seru Fany lalu berjalan menuju lift khusus ke ruangan kakaknya dulu yang sekarang akan menjadi ruangannya.

Begitu lift berdenting dan terbuka, Fany langsung mengambil ponselnya untuk menghubungi Rafa. Dia harus minta bantuan pada pria itu. Jemari Fany mencari nomor telepon asing yang menghubunginya kemarin malam sewaktu di club dan langsung menekan tombol hijau.

Cukup lama Fany menunggu hingga telepon itu di angkat.

"Halo..."

Dahi Fany berkerut saat mendengar suara yang menjawab panggilan teleponnya. Bukan suara berat Rafa. Apakah ia salah nomor telepon? Jangan-jangan sewaktu Rafa menelponnya kemarin pria itu tidak menggunakan nomor ponsel pribadinya?

"Halo?"

"Ehm, Ini bukan nomor teleponnya Rafa?"

"Iya. Ini dengan ponselnya dokter Rafael. Beliau sedang melakukan operasi dan belum bisa di ganggu."

MY LITTLE ****L [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang