PART 22

29.5K 2.4K 126
                                    

Part ini khusus untuk teman aku, Bige, yang selalu replay story ig minta cepat-cepat update. Hahaha.. 

.

"Makasih ya Fan. Bubur buatan kamu enak. Sama kayak yang pernah aku makan dulu," kata Naufal sambil tersenyum menatap Fany. Tangan Naufal bergerak mengambil obat yang berada dia atas nakas lalu menelannya bersama dengan air yang diberikan Fany.

Terlalu lama hidup sendiri membuat Naufal terbiasa mengurus dirinya secara mandiri jika sakit. Bahkan kotak obat Naufal begitu lengkap. Fany sampai kagum saat diminta Naufal mengambil obat tadi.

"Orangtua kamu tinggal di mana?" tanya Fany sambil melihat sekeliling kamar Naufal yang bernuansa putih gading. Sedari tadi Fany tidak menemukan satu pun foto keluarga di apartemen pria ini.

"Di Jakarta."

"Kok nggak tinggal bareng?"

"Ehm, aku mau hidup mandiri," jawab Naufal pelan. "Sebenarnya, ada yang mau aku bilang ke kamu."

"Tentang apa?"

"Ehm, Rafa. Dia pasti belum bilang-"

TING TONG!

"Ada tamu. Biar aku bukain," kata Fany lalu segera berlari ke pintu.

"Ayo pulang." Langkah kaki Fany mundur selangkah begitu melihat siapa yang berada di balik pintu itu. Mulutnya sampai terbuka lebar tanpa bisa berkata-kata. "Ra.. Rafa?" tanya Fany memastikan penglihatannya.

"Ayo pulang." Rafa menarik pergelangan tangan Fany, tapi Fany malah menghempaskannya. "Nggak mau. Naufal sakit. Gue harus ngerawat dia."

"Sudah cukup. Dia akan baik-baik saja. Saya akan kirim suster untuk merawat dia. Kamu pulang sekarang."

"Nggak mau," bantah Fany.

"Pulang sekarang atau saya lapor ke kakak kamu." Rafa akhirnya menggunakan cara terakhirnya. Dia sebenarnya tidak ingin melakukan ini tapi dia tidak punya cara lain selain memberi ancaman ini.

"Oke. Tapi gue pamit dulu."

"Tiga menit," ujar Rafa sambil menatap jam tangannya. Sekalipun wajahnya tidak menunjukkan kelembutan.

Tidak sampai tiga menit, Fany sudah kembali ke hadapan Rafa sambil membawa tasnya. "Naufal udah tidur." Fany langsung berjalan keluar melewati Rafa. "Dia sakit apa?" tanya Rafa begitu mereka tiba di dalam lift.

"Memangnya kamu peduli dia sakit apa."

Rafa memilih diam. Dia tahu Fany sedang marah dan membalas argumen Fany hanya akan memperkeruh semuanya. Jadilah Rafa memilih diam sepanjang perjalanan.

"Kenapa sih lo larang gue deket sama Naufal?" tanya Fany begitu mereka tiba di garasi rumah. "Lo sendiri bilang dia baik. Dia pantas buat gue."

"Saya malas berdebat tentang ini lagi." Rafa meraih tasnya di jok belakang dan langsung keluar dari mobil.

"Ya udah kalo gitu jangan larang-larang gue buat deket sama Naufal kalo alasannya nggak jelas!" Fany mengejar Rafa hingga ke ruang tamu. Langkah Rafa terhenti mendengar omelan Fany. Belum sempat ia berbalik, Fany sudah menyerangnya lagi. "Kalo lo larang gue buat deket sama Naufal dengan alasan yang jelas, oke, gue akan terima. Tapi kalau absurd kayak gini, jangan harap gue bakalan dengerin lo."

Fany berjalan melewati Rafa. "Lo bukan siapa-siapa gue. Lo nggak berhak ngelarang gue buat deket sama orang yang gue suka."

Kaki Rafa maju selangkah, jemarinya menahan pergelangan tangan Fany. Ia sadar, sikapnya sangat tidak jelas pada gadis ini. "Saya tidak suka melihat kamu dekat dengan pria itu."

MY LITTLE ****L [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang