PART 9

31.1K 2.3K 92
                                    


Rafa menggeliat saat merasakan sesuatu yang berat menindih tubuhnya. Sejak kapan bantal gulingnya menjadi begitu berat? Mau tidak mau kesadaran Rafa mulai kembali hingga perlahan ia membuka matanya. Hal pertama yang ia lihat adalah kepala seorang manusia yang sedang berada di atas dadanya.

Setelah matanya terbuka lebih lebar, ia mulai mengenali pemilik kepala dengan warna rambut merah ini. Siapa lagi kalau bukan si iblis kecil yang tiada henti mengusik hidupnya.

Seperti pagi ini.

Dengan kuat Rafa mendorong kepala itu dari atas dadanya yang tidak mengenakan apapun. Ia bersyukur gadis itu tidak membiarkan air liurnya membasahi dadanya. Jika itu sampai terjadi, Rafa mungkin akan langsung melempar gadis ini ke kolam renang dari lantai dua rumahnya.

Gadis menyebalkan itu segera melepas pelukannya dari perut Rafa tetapi tidak bergerak menjauh sedikitpun. Dengan kesal Rafa menarik napasnya lalu menghembuskannya dengan keras. Tidur paginya harus terganggu karena wanita menyebalkan ini.

Belum sempat Rafa bergerak untuk mengangkat gadis menyebalkan ini, tangannya sudah kembali memeluk perut Rafa. Benar-benar menyebalkan. Dia pikir tubuh Rafa adalah batal guling?!

Akhirnya sekali lagi Rafa melepaskan pelukan Fany dan kali ini ia langsung bangkit berdiri agar gadis itu tidak memeluknya lagi. Matanya menatap jam dinding yang baru menunjukkan pukul enam. Satu jam lebih cepat dari waktunya bangun dan itu semua karena gadis menyebalkan ini.

Rafa segera menyingkap selimut di tubuh Fany dan ia hanya berdecak kesal setelah melihat pakaian gadis itu masih sama seperti yang kemarin. Tubuhnya jadi terkontaminasi kuman karena gadis jorok ini. Akhirnya, dengan terpaksa Rafa bergerak mendekati Fany untuk menggendong gadis itu dan memindahkannya ke habitat aslinya, yaitu kamarnya.

Setelah kedua tangan Rafa berada di lipatan lutut dan punggung Fany, ia segera mengangkat gadis itu. Dahinya mengernyit ketika bau alcohol masuk ke dalam indra penciumannya. Gadis ini pasti pergi mabuk-mabukan lagi.

"Lepas!"

Belum sempat Rafa melangkah pergi, gadis dalam gendongannya sudah bergerak-gerak dengan mata tertutup. Gerakan itu menjadi lebih liar ketika Rafa lebih memelukya erat. "Lepas! Lepas! Dasar penjahat!" seru Fany dengan mata tertutup.

Kesal karena dirinya dikira penjahat, langsung saja Rafa melempar kembali tubuh Fany ke atas tempat tidur. Hal ini ternyata membuat kedua mata Fany terbuka dan ia meringis.

"Lo lempar gue? Kalau tulang belakang gue patah gimana?" tanya Fany dengan tubuh terlentang menatap Rafa.

"Kamu pikir tempat tidur saya terbuat dari papan?" balas Rafa.

"Tempat tidur lo? Ini kamar-" ucapan Fany terhenti ketika melihat selimut yang ada di bawahnya. Bukan selimut pink miliknya, melainkan selimut cokelat yang pasti bukan miliknya.

"Uhmm.." Fany bergumam. Tidak tahu harus memberi alasan apa. Ditambah kepalanya masih berdenyut nyeri karena semalam banyak minum. Akhirnya, ia memilih mengalah. "Maaf.." kata Fany sambil memijit kepalanya yang berdenyut. "Gue nggak bakalan salah masuk kamar lagi."

Di depannya, Rafa hanya mengangkat sebelah alisnya tidak percaya. Pasti gadis ini akan mengulangi kesalahan yang sama kalau mabuk. "Kalau sampai kejadian yang sama terulang, saya akan lempar kamu langsung ke kolam renang," balas Rafa asal lalu berjalan ke sisi tempat tidur yang lain. "Sekarang keluar dari kamar saya. Saya mau tidur lagi."

Fany mencibir tidak jelas lalu bergerak mengambil ponselnya. Di belakangnya, Rafa sudah berbaring tertidur lagi. Entah mengapa, kali ini Fany tidak seterkejut waktu pertama kali ia terbangun dan Rafa ada di sisinya. Kali ini, rasanya seperti ia bersyukur Rafa yang ada di sampingnya. Bukan pria lain.

MY LITTLE ****L [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang