PART 34

30.2K 2.6K 156
                                    

Fany menggeliat dalam tidurnya karena merasa ada yang memperhatikan. Saat matanya terbuka, ada Rafa yang sedang duduk di atas ranjang sambil menatapnya. "Kenapa lo pagi-pagi liatin gue?" tanya Fany lalu langsung duduk dan menatap Rafa kesal.

Tidak ada lagi rasa malu jika Rafa melihatnya bangun dengan kondisi berantakan setiap pagi. Karena pria itu sudah sering membangunkannya dulu. Sekarang, melihat Rafa tertawa menatapnya, pasti ada sesuatu yang aneh dengan diri Fany.

"Kenapa?" tanya Fany. Lalu seperti tersadar, dia langsung membuat tanda silang di dadanya. Sialan! Dia tidak pakai bra! Kalau di Indonesia dia selalu memakainya, tapi kalau di sini dia malas menggunakannya. Membuat tidurnya tidak nyaman saja!

"Dasar mesum!" seru Fany lalu menimpuk Rafa dengan bantal.

"Salah kamu sendiri nggak pakai," jawab Rafa cuek.

"Kenapa lo pagi-pagi udah di sini?!" tanya Fany sambil menarik selimutnya untuk menutupi dadanya.

"Bangunin kamu sekaligus ngajak sarapan." Usai Rafa berkata demikian, ponsel yang ada di samping Fany berdering. Ia menatapnya dengan alis berkerut. Ini bukan hapenya. Panggilan masuk dari WA itu juga bukan orang yang dikenalnya.

"Sorry aku pinjam charger kamu. Lupa bawa soalnya dari Indonesia." Rafa mengambil ponselnya dan keluar dari kamar Fany untuk menjawab panggilan telepon itu.

Fany terus menatap Rafa yang berjalan keluar dari kamarnya sampai pintu tertutup. Memangnya apa yang dibicarakan Rafa dengan si penelpon bernama Suster Lany itu sampai harus keluar kamar segala? Kalau dilihat-lihat tadi, foto suster itu cantik. Rambutnya pirang panjang, bahkan matanya bulat besar cantik.

"Dari Rumah Sakit?" tanya Fany saat Rafa kembali masuk ke kamar. "Iya. Mau ingetin soal jadwal operasi nanti."

"Oh.. susternya cantik," kata Fany.

"Iya. Makanya aku bingung kenapa dia belum punya pacar," jawab Rafa sambil kembali mencolok ponselnya. "Aku tunggu kamu di bawah. Cepat mandi dan turun sarapan. Lima belas menit. Oke?" Rafa mengacak rambut Fany lalu segera keluar dari kamarnya.

"Makanya aku bingung kenapa dia belum punya pacar," cibir Fany dengan suara aneh setelah Rafa menutup pintu kamar. "Yah dia mau godain lo, ogeb!" gemas Fany sambil melempar bantalnya.

Fany segera bergegas mandi dan bersiap-siap untuk ke kantor kakaknya. Rafa pulang jam berapa ya hari ini? Apakah Fany bisa bolos bekerja?

Selesai mandi, Fany segera bermakeup singkat agar terlihat cantik. Biasanya, dia tidak memakai eyeshadow, tapi kali ini ia sampai memakai eyeliner. Gerakkan Fany menyemprot setting spray terhenti saat mendengar bunyi ponsel yang bukan miliknya. Oh, pasti punya Rafa. Pria itu meninggalkannya untuk dicharge tadi.

Fany berjalan ke nakas di samping tempat tidurnya dan melihat siapa yang menelpon. Wajahnya langsung berubah masam saat melihat siapa yang menelpon. Si dokter cantik bernama Dea yang waktu itu pernah bertemu dengan mereka di parkiran Mall.

Fany memilih melanjutkan acara siap-siapnya sampai panggilan itu berhenti. Sebelum keluar dari kamarnya, Fany membawa ponsel itu ke bawah untuk diberikan ke Rafa sekaligus melihat bagaimana ekspresi pria itu saat tahu si Dea menelponnya.

"Nih, hape lo. Ada telepon tadi dari si Dea." Fany menyodorkan ponsel Rafa ketika tiba di meja makan.

"Oh, nanti aku telepon balik. Palingan cuma ngejekin minta oleh-oleh," kata Rafa lalu memberikan sepiring roti bakar kepada Fany.

MY LITTLE ****L [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang