PART 30

29.5K 2.9K 280
                                    

Fany menggeliat karena tidurnya diganggu oleh suara ketukan pintu. Ketukan itu terdengar lebih keras karena tidak ada sahutan. Kesal, sambil menutup matanya Fany berteriak. "Masuk! Nggak di kunci!!"

"Sarapannya sudah siap. Ayo bangun!"

"Duh, Rafa gue masih ngantuk!"

"Ini Kakak kamu, bukan Rafa." Mata Fany terbuka lebar mendengarnya. Sialan! Kenapa bisa salah ngomong?! "Sorry. Aku pikir masih di Jakarta."

"Belum bisa lupain Rafa kan?" goda Sam.

"Nggak tuh, aku nggak peduli sama dia."

"Halah. Bilang kangen aja susah." Sam lalu menutup pintu kamar Fany. Setelah kakaknya pergi, Fany memilih duduk dan menepuk jidatnya. Bego banget, ngapain dia masih ingat-ingat Rafa.

Sudah sebulan dia di New York. Akun WA Rafa dan Naufal sengaja ia blokir. Ia hanya ingin melupakan mereka berdua. Masih banyak pertanyaan dalam benaknya tentang mereka. Namun, ia sudah memutuskan, lebih baik ia tidak mengetahui jawaban dari pertanyaan-pertanyaan itu. Melupakan kakak beradik itu lebih baik.

Sebuah tangisan bayi terdengar nyaring dari lantai satu. Tanpa menunggu lama, Fany langsung bangkit dan pergi mencuci muka. Setelah itu, ia bergegas menemui Bradley, keponakannya yang baru lahir tiga minggu yang lalu.

Mainan barunya.

Fany masih ingat saat dia bilang itu, kakaknya langsung menjitak kepalanya. "Kamu kira anak kakak mainan?" begitu kata kakaknya.

Tapi, Bradley begitu menggemaskan. Dia suka menangis keras, membuat kedua orang tuanya bingung, tapi Fany senang karena keadaan rumah jadi lebih ramai. Bradley juga sering tertawa jika diajak bermain. Itu membuatnya terlihat sangat lucu.

"Aduh, ponakan aunty udah nangis pagi-pagi gini," seru Fany begitu melihat Bradley yang berada dalam gendongan Diana.

"Dia tuh udah haus, tapi kakak kamu nggak peka dan bilang ke Mbak," kata Mbak Diana yang mulai menyusui Bradley.

"Haduh bapaknya payah kalau masalah beginian," seru Fany. Sengaja mengeraskan suaranya saat Sam berjalan ke arah mereka.

"Yang belum move on, jangan cari masalah deh," sindir Sam yang berjalan ke arah mereka dengan pakaian rapi siap ke kantor.

"Sudah, jangan ribut. Nih Bradley nangis lagi nanti," kata Diana sebelum adu mulut kakak beradik ini dimulai.

"Sayang, aku berangkat kantor dulu ya." Sam bergerak mencium kening Diana lalu berjongkok dan mencium pipi Bradley yang sudah tertidur pulas. "Pulang mau dibeliin apa?" tanya Sam dan Diana menggeleng. "Cepat pulang aja."

"Pastinya, sayang," kata Sam lalu kembali mencium pipi istrinya.

"Oh iya, mulai besok kamu gantiin Mbak Diana jadi sekretaris kakak ya." Sam berdiri dan mengacak rambut adiknya.

"Hah?"

"Loh, kamu nggak mau dapat uang jajan?"

Dengan muka bete Fany mengangguk. "Iya deh."

***

Fany menatap ponselnya. Apakah seharusnya dia tidak memblokir Naufal dan Rafa? Tapi jika tidak, ia pasti tidak bisa melupakan mereka berdua. Ia sudah memutuskan untuk memulai semuanya dari awal. Ia tidak ingin berhubungan dengan mereka berdua lagi.

Sebuah pesan WA dari Nia masuk ke ponsel Fany. Selama ini mereka berdua masih berhubungan karena Nia sering mengirim informasi perusahaan pada Fany. Perusahaan Wibowo Group sudah dijalankan oleh tim manajemen yang ditunjuk oleh Sam. Meskipun, Fany diminta untuk teteap mengecek perusahaan itu.

MY LITTLE ****L [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang