PART 14

29.2K 2.3K 102
                                    

Maaf guys karena baru update..

Semoga part ini bisa menghapus rasa rindu kalian sama Naufal dan Rafa. Hehehe..

.

.

Dari lantai dua kamarnya, Rafa berdiri sambil memasukkan sebelah tangannya ke dalam saku. Mobil putih yang baru saja berhenti di depan rumahnya terlihat tidak asing. Ia sudah bisa menduga siapa yang akan keluar dari mobil itu. Si iblis kecil manja yang katanya malam ini akan menyelesaikan tugas-tugas kantor, tapi malah keluyuran tidak jelas. Cih..

Seorang pria keluar dari sisi pengemudi, membuat tangannya tanpa sengaja terkepal dan rahangnya mengeras. Kedua matanya sedikit memicing hingga sebelah kakinya maju beberapa centi saat melihat pria itu membuka pintu penumpang dan Fany muncul dari sana. Cukup lama kedua orang itu berbicara hingga si laki-laki itu masuk ke dalam mobil.

Rafa terus menatap mobil putih itu hingga menghilang di gerbang perumahan. Tangan Rafa yang terkepal mengendur. Ia lalu menarik napas dalam dan menutup matanya. Dengan seenaknya dia datang tanpa rasa bersalah sedikit pun.

Terdengar pintu ditutup di lantai bawah. Pasti si iblis kecil itu. Rafa membuka kedua matanya dan menghembuskan napasnya. Untuk pertama kalinya, Rafa akan bermain dengan perasaan seseorang demi impiannya. Meskipun tidak seratus persen yakin, tapi Rafa tahu, dia juga tidak pernah gagal.

"Untuk apa berkas-berkas itu kamu bawa pulang jika hanya buang-buang tempat di mobil saya?" kata Rafa begitu Fany hendak membuka pintu kamar.

"Ehm.. sorry.. Tadi gue ke peresmian café temen gue." Fany memasang senyum selebar mungkin sambil mengacungkan peace di kedua jarinya dengan harapan Rafa akan luluh, meskipun dia tau Rafa tidak segampang itu.

"Peresmian di mana?" Fany bingung. Sejak kapan Rafa peduli. "Kenapa nanya-nanya?" balas Fany.

Sebuah hembusan napas kekesalan keluar dari mulut Rafa. "Cepat bawa berkas-berkas kamu ke kamar saya!" pinta Rafa. Tanpa menunggu Fany, dia sudah berbalik hendak masuk ke kamarnya.

"Buat apa?"

"Kamu bawa pulang berkas itu untuk apa?"

Rafa membuka pintu kamarnya, tapi sebuah tarikan pelan diujung baju tidur hitamya membuat langkahnya terhenti. "Rafa, gue tuh udah capek seharian-"

"Salah kamu sendiri keluyuran tidak jelas dan pulang larut. Saya tidak akan membantu kamu selain malam ini." Rafa berjalan maju hingga ujung bajunya terlepas dari jepitan jemari Fany. "Sepuluh menit saya tunggu kamu."

Bunyi pintu yang tertutup di depan Fany membuatnya semakin kesal. "Rafa nyebelin! Argh!!" serunya kuat. Sengaja agar Rafa mendengarnya. Siapa tahu pria itu berubah pikiran.

Sambil menghentak-hentakkan kakinya, Fany masuk ke dalam kamar. Sepuluh menit? Dasar pria sialan! Dia pikir Fany tidak perlu waktu untuk membersihkan makeupnya?

Namun, walaupun Fany misuh-misuh tidak jelas, dia tetap melakukan semuanya dengan cepat dan segera pergi ke kamar Rafa. Dia tidak mengetok pintu, melainkan menggedornya. Biar tau rasa dia!

"Kamu jadi perempuan kasar sekali," kata Rafa begitu pintu terbuka.

"Lo nggak sadar? Lo jadi cowok kejam banget!" Fany langsung menyelonong masuk dan meletakkan berkas-berkasnya di atas meja kayu panjang yang terletak di sudut kamar Rafa.

"Dih, kutu buku banget. Udah malem belajar," sindir Fany melihat sebuah buku kedokteran terbuka di meja Rafa.

"Saya belajar agar tidak seperti kamu." Rafa menutup buku itu. "Tidak bisa melakukan apapun," tambahnya. Langsung saja Fany naik pitam.

MY LITTLE ****L [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang