~Laluna Dermawan~
Luna, begitulah panggilannya. Gadis cantik berusia 19 tahun. Polos dan bahkan belum pernah mengenal cinta. Setelah kecelakaan yang merenggut orang-orang tercintanya, hidupnya kini sebatang kara. Luna harus berjuang sendirian, beker...
"Om, Tante eehh... maaf... Hmm, Kakak maksudku. Apa aku masih lama disini? di rias seperti ini?" tanya Luna pada seorang pria gemulai yang tengah sibuk merias wajah dan juga rambutnya dibantu dengan salah satu asistennya.
Dia pria namun memakai aksesoris wanita dan juga memakai polesan make up walau tidak terlalu tebal. Oleh karena itu Luna bingung harus memanggilnya dengan sebutan apa.
"Merry, panggil saja aku Merry," ucap Pria itu penuh penekanan.
Luna mengangguk mengerti. Ia kini tengah berada di salon langganan keluarga Sam terutama Mommy-nya. Sudah dua jam lamanya ia berada di sini. Sam tidak menemaninya karena masih ada pekerjaan yang tidak bisa ia tinggal. Sam hanya mengantarnya saja dan berjanji akan menjemputnya pukul tujuh malam nanti.
Luna sudah bosan. Ia sudah bermain game, membuka semua sosial media miliknya tapi tetap saja Merry masih belum selesai meriasnya. Ia sudah sangat malas dan bahkan hampir saja ketiduran.
"Nah, untuk rambut dan make up mu sudah selesa. Kini saatnya kau memakai gaun yang sudah Tuan Samuel pilihkan untuk kau kenakan malam ini." Merry menyerahkan gaun indah itu pada Luna dan memerintah asistennya itu agar membimbing Luna menuju fitting room.
"Cepat pakailah, Tuan Samuel sebentar lagi akan datang menjemputmu. Tadi dia sudah meneleponku," seru Merry agar Luna mendengarnya.
Luna hanya mengangguk dan kemudian ia masuk ke dalam fitting room mengenakan gaun yang diberikan Mery padanya.
Beberapa menit kemudian Luna telah selesai dengan gaunnya dibantu asisten Merry dan tentu saja asistennya itu adalah seorang wanita.
"Apa ini aku? Ahh... ini pasti karena make up dan gaun mahal ini maka dari itu wajahku terlihat sangat jauh berbeda," gumam Luna menatap pantulan dirinya di cermin setelah mengenakan gaun yang sangat pas di tubuhnya itu.
Asisten wanita itu tersenyum dan memuji betapa cantiknya Luna dan beruntungnya Sam memiliki Luna. Dia bahkan mendoakan agar Sam dan Luna berjodoh dan langgeng.
Hingga sebuah suara seseorang yang ia kenal membuat Luna terkesiap dan ia pun melangkah keluar dari fitting room.
"Apa kekasih ku sudah siap?" tanya Sam yang baru saja tiba pada Merry.
"Tentu saja sudah. Tunggu lah dulu sebentar lagi dia akan segera ke sini," jawab Merry sambil mengulum senyum.
Sam menganggukkan kepalanya dan mengabaikan senyuman aneh Merry padanya. Sam melirik jam pergelangan tangannya. Sebelumnya ia sudah memberitahu orang tuanya bahwa malam ini ia akan memperkenalkan kekasihnya pada mereka dan tentu saja mereka membuka pintu selebar-lebarnya untuk Luna. Mereka sangat bahagia mendengar kabar tersebut karena pada akhirnya Sam memiliki kekasih. Itu tandanya Sam sudah move on dan melupakan masa lalu pahitnya.
Luna pun keluar dari fitting room, melangkah menghampiri Sam yang sudah menunggunya.
Sam terdiam beberapa saat. Ia terkesima akan kecantikan Luna yang terpampang nyata dihadapannya dan memang pada dasarnya meski tanpa sentuhan make up sekalipun kekasihnya itu sudah cantik.
Sam menelan kasar saliva nya, memperhatikan dan menilai penampilan Luna dari atas ke bawah. Gaun yang ia beli benar-benar sangat pas di tubuh indahnya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.