Chapter 7

40.2K 1.1K 1
                                    

>> Happy Reading <<

"Astaga badan mu panas sekali. Ini tidak bisa dibiarkan. Mungkin kau terlalu lelah bekerja. Aku akan mengantarmu ke klinik." Luna khawatir melihat Ratu yang terbaring lemah di ranjang. Luna pikir Ratu sudah pergi bekerja sejak pagi namun nyatanya Ratu masih terbaring di kamarnya.

"Tidak... aku tidak mau. Aku bahkan tidak punya uang lebih untuk berobat ke klinik. Cukup minum obat warung saja nanti juga sembuh."

"Terus kalau tidak sembuh bagaimana? Sudah ya, biar aku antar ke klinik dan jangan membantah. Masalah biaya biar menjadi urusanku." Luna pun mengangkat pangkal lengan Ratu dan melingkarkannya ke belakang pundaknya meski Ratu terus-terusan menolak, Luna tidak peduli.

Ratu Andara, teman satu kostan Luna

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ratu Andara, teman satu kostan Luna. Kamarnya tepat berada di sebelah kamar Luna. Dia teman rasa keluarga bagi Luna setelah Mario. Bahkan Ratu lah yang merekomendasikan Luna untuk melamar di kafe tempat Luna bekerja saat ini.

Tadinya Luna dan Ratu sama-sama bekerja di kafe tersebut namun karena Ratu mendapatkan tawaran pekerjaan di restauran bintang lima dan gajinya lebih besar di sana, akhirnya Ratu pun memutuskan resign dari kafe.

Meski gaji di tempat barunya lebih besar tapi tetap saja masih belum mencukupi kebutuhan keluarganya di Bandung. Ratu pun bekerja part time di sebuah klub malam. Belum lama Ratu bekerja di klub tersebut, baru beberapa minggu belakangan ini.

Ratu merupakan tulang punggung keluarga, gaji bulanannya pun selalu ia kirimkan ke keluarganya di Bandung untuk membayar sekolah ke dua adiknya dan juga kebutuhan orang tuanya. Ratu hanya menyisakan sedikit uang gaji tiap bulannya untuk membayar sewa kamar kost dan untuk biaya kebutuhan sehari-hari.

***

Sepulang dari klinik, Luna merebahkan tubuh Ratu di ranjang.

"Kamu makan dulu ya, setelah itu minum obat. Dokter bilang ini hanya demam biasa karena faktor kelelahan dan kurang beristirahat. Aku yakin secepatnya kamu pasti akan sembuh." Luna menyemangati Ratu sambil menyuapinya makanan.

"Terima kasih Luna karena sudah mau repot-repot mengantarku ke klinik. Aku berhutang budi padamu."

"Ssttt! tidak merepotkan sama sekali. Bahkan kamu juga pernah melakukan hal yang sama padaku saat aku sakit. Kita saling membantu karena kita jauh dari keluarga."

Ratu tersenyum.

"Tapi kau masih beruntung masih memiliki keluarga utuh, kalau kau merindukan mereka kau bisa mengunjunginya, memeluk mereka dan berbincang- bincang dengan mereka. Sementara aku... kalau aku merindukan mereka, aku hanya bisa memeluk batu nisannya saja," ucap Luna dengan mata yang berkaca-kaca. Luna mencoba tersenyum meratapi jalan hidupnya yang malang.

"Lun... jangan bersedih. Suatu saat nanti kebahagiaan akan datang pada orang baik sepertimu. Sudah takdir dari Tuhan mereka pergi meninggalkanmu. Doakan mereka agar mereka bahagia di surga."

My Beautiful Laluna [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang