Sampai bel masuk berbunyi, Nada tetap setia memperhatikan bangku milik Revan yang kosong.
Cewek itu tampak tenang, namun matanya tidak bisa memungkiri kalau ia sedang sangat khawatir.
Dari luar kelas, Aliyah datang sambil membawa amplop. Cewek itu tidak memakai seragam sekolahnya. Ia hanya memakai bawahan rok abu-abu spannya dengan atasan sweater.
Aliyah menghampiri meja Reza, berbincang sebentar dan memberikan amplop yang ia bawa.
Semua orang memperhatikan mereka. Bertanya-tanya apa yang mereka bicarakan dengan wajah serius begitu.
Setelah selesai dengan Reza, tanpa disangka Aliyah menghampiri Nada dengan sorot mata marah.
"Semuanya gara-gara lo. Kalau gak bisa bahagiain dia, seenggaknya jangan nyakitin dia!"
Nada mengeryit bingung dengan ucapan Aliyah. Namun cewek itu tidak mau repot-repot menjelaskan lebih lanjut. Ia berjalan keluar dari kelas setelah mengatakan itu.
"Teman-teman semua, gue mohon perhatiannya semua." Suara Reza mengambil alih seluruh perhatian orang, termasuk Nada.
"Hari ini Revan berhalangan hadir karena kecelakaan semalam. Dia dirawat dirumah sakit, kondisinya sekarang—" Pikiran Nada berputar dengan cepat. Seperti kepingan puzzle yang sedikit demi sedikit menemukan tempatnya.
Cewek itu dengan segera bangkit dari duduknya, lalu berlari keluar dari ruang kelas.
Semua gara-gara lo.
Nada menggeleng, mencoba mengusir dengungan dari suara Aliyah itu. Nada berlari sekuat tenaga, berdoa semoga Aliyah belum pergi jauh.
Suara panggilan dari ponselnya memperlambat langkah kakinya. Nada mengangkat telpon dari Raya, lalu kembali berlari.
"Ray, lo dimana? Mamanya Revan telpon gue, katanya Revan kecelakaan."
"Jadi beneran dia kecelakaan, Ray? Gimana bisa? Dimana?"
Suara nafasnya yang tidak beraturan membuat Raya ikutan cemas disebrang sana. "Semalam Nad. Dia kecelakaan di depan perumahan lo."
Langkah Nada yang semula melambat langsung semakin cepat. Ada ketakutan yang memenuhi pandangan Nada.
"Lo lagi lari Nad? Nad dengarin gue, lo pelan-pelan, kalau lo mau ke rumah sakit—"
Ketika sampai ditangga, Nada berhenti di tempatnya ketika melihat Aliyah sedang menangis sesegukan disana seorang diri.
"Al..." suara Nada membuat Aliyah menoleh. Cewek yang tadinya sedih itu langsung berdiri, menatap Nada dengan murka.
"Mau apa lo?!"
"Revan.. Revan dirumah sakit mana?"
Aliyah mendekat, lalu mendorong bahu Nada hingga cewek itu mundur selangkah. "Kenapa sih Nad lo harus sejahat ini? Seenggaknya kalau lo gak bisa buat dia bahagia, jangan buat dia sengsara kayak gini!"
"Lo gak tau apa-apa, Al. Lo ini siapa sih memangnya? Cuma orang baru."
"Apa lo bilang?!" Aliyah berteriak marah.
"Kemarin ngomong apa aja lo sama dia, hah? Lo pasti buat dia sakit hati kan? Orang terakhir yang sama dia itu lo. Kenapa gak lo aja yang kecelakaan sih?!"
Nada mengepalkan tangannya, menahan sabar. Niatnya mencari cewek itu bukan untuk bertengkar. "Gue kesini cuma mau nanya keadaannya, bukan buat berantem."
Kedua mata Aliyah diselimuti kemarahan. Cewek itu dengan keras mendorong Nada karena emosi, membuat tubuh Nada terjatuh dari tangga.
Nada memejamkan mata ketika tubuhnya menghantam belasan anak tangga yang akhirnya membawa ia ke lantai bawah dengan keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
RANADA ☑️
Teen FictionTentang mereka yang ingin bebas namun takut kehilangan. Orang-orang egois yang terus saling menyakiti hanya karena memikirkan perasaan sendiri. Nada dan Revan sudah melewati banyak waktu bersama-sama. Tidak pernah Nada bayangkan kalau mereka akan b...