Rasanya sudah lama sekali Revan tidak pergi kesana. Pojok Senja yang berada di dalam Kalindafe. Sudut kafe dengan banyak memo yang menempel rapi di dinding.
Di paling atas, memo berwarna biru. Revan pernah menulis sesuatu dan menempelnya di sana, setahun yang lalu ketika Kalindafe baru buka.
Waktu itu hari spesial, hari ketika Nada resmi menjadi pacarnya. Mereka berdua berdiri di Pojok Senja dengan senyuman bahagia.
Memo kita jadi yang pertama di sini.
Semoga gak ilang ya.
Kok gitu?
Pasti bakal ketutupan sama memo yang lain. Aku yakin Kalindafe bakal rame banget nanti.
Gak bakal. Memo kita gak boleh ketutupan.
Kok gitu?
Biar kita gak susah nyarinya setiap kesini.
Revan ingat waktu itu, sangat ingat. Memo biru yang ia tempel adalah memo pertama di Pojok Senja— hingga sekarang pun memo itu masih ada, meskipun sudah sedikit tertutup oleh ratusan memo lain.
Revan tidak menepati omongannya.
"Persis begitu." Revan tersentak kaget, lalu menoleh. Seorang cewek berdiri di sebelahnya sambil memegang nampan.
"Posisi lo tadi, persis kayak yang Nada lakuin setiap habis nyanyi disini."
Revan mengangguk, dia tau itu. Siapapun tau hal itu. Harusnya Revan menemani Nada untuk datang, namun dia tidak pernah menepati omongannya.
Revan termenung. Rupanya baru sadar kalau ia sudah begitu sering meninggalkan Nada.
"Lo sendiri aja? Gak bareng Nada?" tanya Dian.
"Iya.. Sendiri aja."
"Oh— tumben."
"Gue sudah putus."
Dian terhenyak sebentar. Tidak ada kata apapun yang melintas di kepalanya. Kabar ini terlalu tiba-tiba.
Setelah melihat memo birunya sekali lagi, Revan menoleh dan menyunggingkan senyuman singkat kepada Dian sebelum pamit.
"Gue deluan kak,"
Dian hanya diam menatap punggung Revan menjauh. Ini memang bukan urusannya, namun Dian tidak menyangka jika hubungan keduanya sudah kandas.
Karena sampai sekarang pun, Dian masih bisa melihat Nada di mata Revan.
***
Aset Negara (5)
Fredella Anisa : Ilaaa bagi jawaban kimia doooong.
Latiefa Airaya : Jangan mau Laaa.
Fredella Anisa : Lo diam ya Ray. Tolong diam.
Adiba Wijaya : Gue kick lo berdua kalo ribut lagi.
Ranada Fazy : Numpang lewat..
Fredella Anisa : HEH GAK ADA AKHLAK LO RANADA!
Fredella Anisa : KEMANA AJA LO GAK MASUK SEKOLAH NADA?!
Adiba Wijaya : Gak usah capslock kali Dell.
Quickla Megan : Lebay.
KAMU SEDANG MEMBACA
RANADA ☑️
JugendliteraturTentang mereka yang ingin bebas namun takut kehilangan. Orang-orang egois yang terus saling menyakiti hanya karena memikirkan perasaan sendiri. Nada dan Revan sudah melewati banyak waktu bersama-sama. Tidak pernah Nada bayangkan kalau mereka akan b...