"Gue gak bakal lama." Aliyah yang tadinya tersenyum senang tidak jadi membuka pagar rumahnya lebih lebar.
"Kenapa?"
Cowok yang masih berdiri di sebelah motor besarnya itu menarik sedikit lengan sweater panjang yang ia pakai— hingga bekas luka lecet terlihat dari sana.
Melihat Aliyah yang mulai kebingungan, Revan melangkah mendekat dan menyisakan dua langkah di antara mereka.
"Gue cuma mau nanya dua hal, habis itu pergi."
"Nanya apa Van?"
"Bener lo yang dorong Nada dari tangga?"
Napas Aliyah tercekat saat mendengarnya. Kalau tahu Revan datang untuk menanyakan ini, lebih baik tadi meminta tolong orang rumah mengatakan kalau ia sedang tidak ada.
"Kata siapa?"
"Gue nanya. Bener lo yang dorong Nada dari tangga?"
Aliyah mengerjapkan matanya beberapa kali. "Emang Nada jatoh dari tangga? Aku kan di rumah sakit hari kamis. Aku—"
"Gue gak ada bilang Nada jatuh dari tangga hari kamis."
Revan terkekeh melihat wajah Aliyah yang pucat pasi. Cowok itu lantas mengambil ponselnya di dalam kantong celana dan menunjukkan sesuatu kepada Aliyah.
Rekaman video ketika Aliyah mendorong Nada dari tangga.
"Van, ini—"
"Kalo dari awal lo jujur waktu gue tanya, mungkin gue masih bisa sedikit toleransi Al." Revan menghela napas berat, lalu kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku celana.
"Pertanyaan kedua. Kenapa lo dorong dia?"
Mata Aliyah sudah di penuhi ketakutan. Lapisan bening menyelimuti bola matanya. Cewek itu akan menangis sebentar lagi dan sayangnya ia telah kehilangan respect Revan sejak satu menit yang lalu.
"Dia jahat Van." Segelintir air mata turun dengan lancar di pipi Aliyah.
Revan melayangkan tatapan datar, tidak terganggu sama sekali. "Gue butuh alasan yang lebih logis Al."
"Gue kesel Van. Dia kan yang buat lo kecelakaan?!"
"Kenapa lo nyimpulin begitu?"
"Orang terakhir yang sama lo itu Nada. Lo juga kecelakaan di dekat rumahnya. Dan waktu paginya gue ke sekolah buat ngasih surat izin lo, dia malah datangin gue, pura-pura gak tau—"
"Nada memang gak tau. Gue kecelakaan bukan karena dia juga." Revan mundur satu langkah, dekat dengan Aliyah membuatnya muak.
"Gue.. Gue gak sengaja dorong dia Van. Gue gak sengaja,"
"Kalo gak sengaja harusnya lo bantu dia, bukannya malah pergi setelah nengok kanan-kiri buat mastiin gak ada yang liat."
Aliyah menunduk. Cewek itu terisak-isak, air matanya tidak bisa berhenti keluar. Tidak pernah Aliyah bayangkan kalau Revan akan tahu.
"SMA Cakrawala punya cctv dimana-mana Al."
"Van.. Gue minta maaf. Maafin gue Van,"
Revan masih menatap cewek di depannya. Tidak menyangka gadis manis dan baik seperti Aliyah akan melakukan hal seperti ini.
Kembali, Revan menghela napasnya perlahan.
"Gue ngulang videonya berkali-kali Al." Suara Revan mengecil. "Berkali-kali juga kepala sama dada gue sakit."
Aliyah mengangkat kepalanya, memberanikan diri melihat mata Revan yang saat ini sedang menatapnya dengan pandangan kosong.
"Van.."
KAMU SEDANG MEMBACA
RANADA ☑️
Teen FictionTentang mereka yang ingin bebas namun takut kehilangan. Orang-orang egois yang terus saling menyakiti hanya karena memikirkan perasaan sendiri. Nada dan Revan sudah melewati banyak waktu bersama-sama. Tidak pernah Nada bayangkan kalau mereka akan b...