24 || Kita kan teman

387 34 1
                                    

Nada berjalan santai di sepanjang koridor sekolah. Pagi ini sangat dingin, sisa-sisa hujan tadi subuh masih ada.

Beberapa orang yang melintas tidak bisa untuk tidak melihat Nada. Cewek yang selalu mengikat rambutnya itu tampak berbeda pagi ini.

Rambut Nada sedikit lebih pendek- atau malah bukan sedikit lagi, karena sekarang panjangnya hanya sampai bawah bahu. Dulu rambut Nada jika digerai bebas bisa menyampai pinggang.

Nada masuk ke dalam kelas yang sudah ramai. Langkahnya melambat ketika melihat Aliyah dan Revan sedang berbicara di samping tempat duduknya.

Malas meladeni keduanya, Nada kembali berjalan menuju bangkunya, membuat Revan dan Aliyah langsung menoleh.

"Misi, gue mau duduk." ujar Nada. Suaranya terdengar biasa, seperti tidak pernah terjadi apa-apa antara mereka bertiga.

Revan lalu menarik Aliyah, mempersilahkan Nada agar lewat.

"Mulai hari ini aku- Gue duduk sama lo ya Nad." Nada yang baru saja menaruh tas dan duduk langsung menoleh. Cewek itu mengeryit, lalu pandangannya bertemu dengan mata Aliyah yang berkaca-kaca.

"Terus Aliyah?"

"Aliyah duduk sama Ridho. Gue tukeran tempat du-"

"Siapa yang bilang gue mau?!" Aliyah berseru marah. "Gue tetep duduk sama Nada!"

Revan menggeram marah, matanya lalu menatap Aliyah dengan kesal. "Lo gak malu setelah apa yang lo lakuin ke dia?"

Aliyah dan Nada membulatkan mata. Ucapan Revan bisa menimbulkan berbagai macam pertanyaan ke teman-teman sekelas. Perihal jatuhnya Nada dari tangga sudah sepakat akan disembunyikan.

Nada tidak mau bunda tahu atau sekolah menjadi gempar serta Aliyah mendapat masalah. Entahlah, Nada hanya malas dengan berbagai resikonya.

"Bilang aja lo yang malu kalo harus duduk sama Ridho, kan?!" tuding Aliyah.

"Iya, gue malu." jawab Revan jujur. "Minggir lo, gue mau duduk sama Nada."

"Gak bisa! Kamu gak boleh duduk sama Nada, Revan!"

Revan menatap Aliyah tajam ketika cewek itu menarik tangannya. "Apa sih lo Al?!"

"Revan, jangan begitu." Nada mengingatkan. Suara Revan sudah meninggi, dia tidak mau Revan membentak wanita.

Karena Nada tahu rasanya diperlakukan begitu oleh Revan. Menyedihkan.

Revan mendengus, lalu menatap Nada dengan seksama, tatapannya melembut. Namun kemudian pupil mata cowok itu membesar ketika tidak sengaja melihat rambut Nada.

Revan baru sadar penampilan cewek itu pagi ini.

"Kamu potong rambut?" tanya Revan kaget- sampai lupa mengganti panggilannya. Revan sudah terbiasa karena bertahun-tahun menggunakan itu dengan Nada.

Aku-kamu.

Nada mengangguk kecil. "Iya, butuh gaya baru."

"Banyak gaya." Cibir Aliyah cepat. Revan dan Nada tidak memperdulikan, keduanya masih saling pandang.

"Bagus." Revan tersenyum kecil. "Tetap cantik,"

Mendengar pujian itu membuat Nada mengerjapkan matanya, lalu mengalihkan pandangan. Tidak sadar kalau mereka sudah bertatapan cukup lama.

Dari luar kelas, Ridho baru saja datang. Cowok itu tidak menatap Aliyah, padahal ia tahu kalau mantannya ada di sana.

Ridho memperhatikan Revan, lalu menepuk pundak cowok itu. "Kenapa lo? Masih pagi ini."

RANADA ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang