Dua hari terlewati, lamanya seperti seakan-akan berada dalam ruangan kedap suara selama setahun. Hanya kata-kata dan bayangan Nada yang mengusiknya hingga sulit terlelap.
Dean memejamkan matanya sekali lagi, lalu tidak sampai lima menit, ia kembali bangun sambil mengumpat pelan.
Kenapa sulit sekali tidur saat perasaan sedang sedih? Padahal dalam waktu-waktu begini tubuh lebih butuh tidur daripada terjaga dan memikirkan hal-hal buruk.
Dean menghela napasnya berat. Tangannya menggapai ponsel di dekat bantal, lalu membuka ruang obrolannya dengan Nada.
Ranada Fazy
Kak, mau ikut ke Kalindafe?
19.56Berangkat bareng?
06.03Kak di ajak Nazam ke kantin
09.45Belajar?
20.38Saya salah apa?
01.56Kenapa saya dijauhin?
03.00Dean tersenyum pahit setelah menyadari betapa menyedihkan dirinya saat ini. Bahkan hari ini ia tidak berani mengirim apapun lagi karena takut Nada akan memblokir kontaknya.
Meskipun semua pesannya tidak dibaca, Dean tahu Nada menerima semua pesan itu dan melihatnya melalui notifikasi.
Namun apa alasan Nada sampai menjauhi dan mengabaikan dirinya? Tidak mungkin karena untuk fokus belajar.
Dean jadi berpikir yang tidak-tidak. Apalagi setelah ia mendapat kabar kalau Revan kecelakaan. Dan yang lebih menyebalkan, laki-laki itu kecelakaan di hari yang sama ketika Nada berkata kalau ia tidak ingin diganggu.
Apakah salah jika Dean berpikir alasan dibalik keputusan Nada adalah Revan?
Dean ingin sekali tidak berpikir seburuk itu. Namun semua pikiran itu tidak bisa ia cegah. Semuanya melintas begitu saja.
"Lo... Masih suka sama dia?" Tanya Dean entah kepada siapa. Namun yang jelas, Dean ingin sekali kalau jawaban dari pertanyaannya adalah tidak.
Karena lebih baik alasan klasik semacam fokus belajar daripada masih menyukai mantan. Karena Dean tahu, perasaannya akan benar-benar terluka jika Nada sejahat itu mempermainkan dirinya.
"Nggak mungkin lah. Dia gak sejahat itu." Dean kembali berargumen dengan pikirannya sendiri. Nada membuka hati untuknya, jadi tidak mungkin ia goyah karena Revan.
Dean memejamkan matanya, meyakinkan diri kalau semua ini tidak ada hubungannya dengan Revan. Laki-laki itu hanya masa lalu. Benar, Dean harus percaya kalau Nada pasti akan kembali.
"Sabar... Sabar.." Gumamnya pelan.
***
Sebetulnya, daripada kesal dengan Abdan yang hanya ia anggap angin lalu saja ketika mulai berbuat usil, Dean lebih malas kepada kakaknya sendiri, Arisma Anya.
Apalagi sejak insiden pasangan gila itu mengirimkan pesan sembarangan kepada Nada— yang sebenarnya menguntungkan juga untuknya, dan membuat ponselnya rusak, Dean jadi lebih sensi saat bertemu Anya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RANADA ☑️
Teen FictionTentang mereka yang ingin bebas namun takut kehilangan. Orang-orang egois yang terus saling menyakiti hanya karena memikirkan perasaan sendiri. Nada dan Revan sudah melewati banyak waktu bersama-sama. Tidak pernah Nada bayangkan kalau mereka akan b...