Seperti biasa, tugas membagikan kartu undangan adalah milik Della. Selain karena anak itu tidak berguna dalam hal apapun selain menghabiskan makan dan membuat acara mendadak heboh, alasan lainnya karena Della dekat dengan orang mana saja.
Di SMA Cakrawala, hanya sedikit orang yang masuk dalam daftar tamu undangan ulang tahun Adiba. Bahkan dari kelas dan eskul dance sendiri, ia tidak mengundang siapa-siapa.
"Karin, Angga, Nazam, Reza, Dean, Levanya. Lah anjir Dib makin taun makin dikit banget yang lo undang!" Della mengeryit heran sambil menatap Adiba yang sedang mencatat rangkuman di papan tulis. Sekarang jam istirahat, dan mereka semua tumben-tumbenan mau berkumpul di kelas Adiba.
Nada mengambil kartu undangan di tangan Della, penasaran siapa saja yang sahabatnya undang.
"Lo ngundang Karin sama Angga. Tapi lo gak undang Gilang?" tanya Nada, ikutan heran.
Raya yang mendengar itu langsung ikut menoleh. "Dib, Gilang tuh pacarnya Karin, kembarannya Angga juga. Gak ada adabnya ini anak. Dulu kita juga sekelas kali,"
Adiba tertawa kecil disela kegiatannya menulis. "Yaelah lupa kali. Tinggal kasih aja ntar barengan sama punya Angga. Ditulis Gilang dan Angga. Dah, beres."
Ila mendengus jengah. "Kasih sendiri-sendiri. Jangan kayak orang susah."
"Iya iya."
Della menggeleng pelan. Miris sekali melihat teman-temannya. Mereka semua adalah anak-anak populer, namun tidak memiliki teman. Lingkup pergaulan keempat sahabatnya itu hanya di lingkaran pertemanan mereka saat ini.
Setiap tahun Della hampir tidak bisa berkomentar lebih saat melihat daftar undangan hari ulang tahun mereka masing-masing. Beruntung saja tahun ini betambah tiga orang. Dean, Nazam dan Reza.
Tahun lalu ulang tahun Adiba hanya dihadiri ketua yayasan sekolah, Karin, Gilang, Angga, Levanya, Revan, dirinya, Raya, Ila dan Nada. Selainnya siapa lagi kalau bukan rekan bisnis keluarga dan beberapa kerabat dekat.
Mungkin terdengar sepi, namun ulang tahun Adiba tidak pernah sesepi itu karena semua orang yang menyayanginya selalu hadir.
"Lo yakin cuman mau ngundang segini doang Dib? Ini ulang tahun terakhir lo di SMA. Tahun depan belum tentu kita bisa rayain lagi." Ucap Della, mendadak jadi serius.
"Gue gak masalah kali. Yang penting tahun ini tetap lengkap sama lo semua ya gak papa." Balas Adiba santai. "Temen gue kan lo-lo pada. Gak penting yang lain."
"Ya ya terserah." Della berdiri dari duduknya sambil membawa kartu-kartu undangan tersebut.
"Punya Reza tinggal aja." Ucap Adiba cepat. Della tanpa bertanya lebih langsung menaruh kartu undangan milik Reza. Ketua kelasnya Nada itu memang lumayan kenal dengan Adiba. Namun tetap saja mereka semua agak kaget karena Adiba mengundang Reza.
"Yok siapa yok yang mau nemenin gue anter undangan??" Della berseru heboh.
Dengan cepat keempat temannya menunduk. Mereka semua menghindari tatapan mata Della. Tidak tersinggung sama sekali, Della malah melakukan cap-cip-cup.
"Oke, kalo gak ada yang bersedia, gue milih sendiri."
"Gue gak mau!" Keempatnya langsung menyahut. Della tidak peduli, malah semakin gencar mencari mangsa.
Lalu kemudian matanya stop kepada satu orang yang sejak semalam membuat grup mereka heboh karena fotonya ada di instastory mantan. Della tertawa jahat, lantas menarik tangan orang itu.
"Cus Nada sayang kita jalan-jalan!"
***
Dewi fortuna akhir-akhir ini memang selalu memihak Della. Buktinya sesaat sebelum ia bilang ingin bertemu Nazam, laki-laki itu mendadak muncul dari arah kantin bersama Dean.
KAMU SEDANG MEMBACA
RANADA ☑️
Teen FictionTentang mereka yang ingin bebas namun takut kehilangan. Orang-orang egois yang terus saling menyakiti hanya karena memikirkan perasaan sendiri. Nada dan Revan sudah melewati banyak waktu bersama-sama. Tidak pernah Nada bayangkan kalau mereka akan b...