Disetiap sudut rumah yang mewah itu tidak luput dari segala sesuatu persiapan untuk acara yang akan diselenggarakan malam ini. Putih dan hitam menjadi tema yang dipilih oleh pemilik acara.
Meskipun acara belum dimulai, para kerabat dekat sudah meramaikan rumah besar keluarga Adiba. Namun tetap, suara para sepupunya lebih mendominasi di taman belakang.
"Matiin rokok lo atau gue matiin lo-nya." Raya mendelik tajam kepada Adit, salah satu sepupu Adiba yang paling menyebalkan. Meski lebih tua, di mata mereka semua Adit tidak ada harga dirinya sebagai kakak karena tingkahnya yang seringkali buat pusing.
Nada memegang lengan Raya, memperingati sahabatnya untuk lebih tenang sedikit. Raya sudah memakai gaun, wajahnya juga sudah dipoles make up. Sayang sekali jika kecantikannya luntur karena amarah.
"Dih, Nada aja nggak sewot gue ngerokok!" Adit membalas tatapan tajam Raya.
"Ya iyalah orang asepnya kena di muka gue bukan muka Nada!"
"Hei.. Udah-udah." Rama melerai keduanya. "Adit, jangan gitu sama perempuan. Matiin dulu rokoknya,"
Adit mendengus, namun meski begitu ia tetap mematikan rokok di tangannya, lalu membuang benda kecil itu ke asbak di atas meja.
Merasa kesal dengan Raya, akhirnya Adit bingkas dari duduknya dan pindah ke sebelah Nada. Sekarang cewek itu berada ditengah-tengah Adit dan Raya.
Melirik ke meja seberang, Ila tampak sedang sibuk dengan ponselnya, duduk berdampingan dengan kakak kandung Adiba, Bang Rama.
"La," Panggil Nada.
Tanpa menoleh, Ila bergumam. "Hmm."
"Della belum ada kabar juga?" Memang hanya Della yang belum kelihatan sejak tadi. Padahal mereka semua sudah janjian akan tiba disana saat sore agar bisa bersiap bersama-sama.
"Belum. Nanti juga datang." Ila menyunggingkan senyuman miring. "Tinggal lo potoin prasmanan di dalem, ga mungkin dia ga datang."
Nada menghela napas pelan sambil menggelengkan kepalanya. Quickla memang selalu menyebalkan.
"Oh iya.. Ada yang lucu nih." Semua perhatian langsung tertuju kepada Ila. Cewek itu menyeringai, terlihat sangat menakutkan.
"Kayaknya Aliyah bakal datang ke sini. Dibawa sama Bokap Nyokapnya Revan."
Perkataan Ila termakan oleh kesunyian. Nada tidak tahu harus bereaksi seperti apa selain terdiam. Begitu juga dengan Raya. Sedangkan Adit dan Rama ikut diam karena tidak tahu apapun.
"Sape tuh Aliyah?" Tanya Adit penasaran. "Revan.. Revan.. Kok kaya ga asing ya? Sape sih?"
"Anaknya Pak Prama bukan? Revan pacarnya Nada kan ya?" Ucap Rama. Dari persahabatan kelima perempuan itu, keluarga Adiba dan Ila memang yang paling dekat dengan mereka semua.
Setiap bermain ke rumah Adiba atau Ila, jika kebetulan ada abang-abang mereka, maka tidak ada lagi rahasia. Semua cerita mengalir begitu saja.
Belum saja datang Ailya, si bungsu keluarga yang berwajah imut, namun memiliki jiwa preman. Namun yang lebih gilanya, anak itu suka dengan bisnis. Sahamnya lebih banyak daripada kakak-kakaknya yang lain di perusahaan.
"Bukan pacar lagi bang. Mereka udah putus." Raya angkat suara.
"Lah anjir hubungan adem anyem gitu bisa kandas juga?!" Balas Adit kaget. "Kok bisa putus?"
Nada segera menggeleng sambil tersenyum canggung saat Adit terus menatapnya penasaran. Merasa tidak puas dan tahu kalau Nada akan tutup mulut, akhirnya Adit menatap Ila.
KAMU SEDANG MEMBACA
RANADA ☑️
Teen FictionTentang mereka yang ingin bebas namun takut kehilangan. Orang-orang egois yang terus saling menyakiti hanya karena memikirkan perasaan sendiri. Nada dan Revan sudah melewati banyak waktu bersama-sama. Tidak pernah Nada bayangkan kalau mereka akan b...