Extra Part 3

233 27 5
                                    

Waktu Nada ditanya apakah ia ingin ikut ke Balikpapan, hal pertama yang ia tanya kepada lima orang itu adalah, "Apa yang ada di Balikpapan?"

Kata mereka, "Balikpapan punya semuanya."

Nada tidak percaya sebab perkiraannya hanyalah, Balikpapan pasti tidak jauh berbeda dengan Samarinda. Banyak daerah macet, siang yang panas dengan banyak polusi, persis seperti kota-kota lain.

Namun ternyata tidak. Waktu dalam peristirahatan mereka di sebuah masjid pinggir jalan tadi ketika mereka masih setengah jalan ke Balikpapan, Putri berkata Balikpapan mungkin punya sesuatu yang akan Nada senangi.

Dan ternyata... mungkin ini.

Setelah memakan waktu kurang lebih dua jam perjalanan, bukannya pulang ke rumah masing-masing atau pergi mencari penginapan untuk Nada, ke-enam orang itu malah pergi ke.....

"Ini namanya Lapangan Merdeka. Orang Balikpapan kalau ada event-event besar atau cfd, seringnya di sini." Eci mengambil duduk ke sebelah Nada. Mereka berdua sedang menunggu yang lainnya mencari parkiran.

"Rame ya..."

Eci mengangguk. "Kan hari sabtu."

Keduanya lalu sama-sama menatap ke arah depan, memperhatikan Angel dan Apip yang kini sedang adu mulut. Jarak mereka gak begitu jauh, namun tidak begitu dekat juga. Namun karena suara mereka yang saling ngotot-ngototan begitu nyaring, kedua orang itu seperti berada di sebelah mereka.

Seperti tahu apa yang sedang Nada pikirkan, Eci menarik seulas senyum. Biasanya dia tidak begitu peduli dengan orang-orang baru, namun entah kenapa Nada membuatnya agak tertarik.

"Hari ini.... ulang tahun Sarah."

Nada menoleh. "Sarah?"

"Iya... satu temen kita yang gak ikut. Makanya kita semua pulang hari ini."

Nada mengangguk saja, tidak tahu harus merespon bagaimana. Sebab ia tidak mengenal siapa itu Sarah, dan bingung harus mengatakan apa.

"Mau ikut, Nad?"

"Hah?"

"Kenapa?" Tiba-tiba, Putri datang bersama Dika. Mereka ikut duduk di sana sembari memperhatikan Angel dan Apip yang kini pergi ke tempat orang-orang menjual minuman. Ternyata keduanya tadi sempat bertengkar karena tidak mau disuruh membeli minum. Padahal yang haus ya mereka.

"Nada ajak aja ke rumah Sarah ntar malem." Eci memberitahu. Nada di sebelahnya menoleh dengan tampang tidak enak. Apakah tidak apa-apa mengikuti mereka terus?

"Kalau Nada mau, ya ayo aja."

"Tapi aku nyusul loh ya. Mau bantu Bapakku," Dika menyela. "Beeh bisa kena amuk kalo main jalan aja. Udah kemarin ke Samarinda modal nekat doang."

Eci berdecak, dari wajahnya yang Nada lihat sekarang hanya ingin mencibir. "Gak kaget Dik."

"Kalian ini... buat gue heran." Tiga orang di sebelahnya lantas menoleh. Nada hanya menanggapi dengan cengiran lebar. "Gue gak tau apa orang Balikpapan emang seramah ini, tapi makasih udah mau nerima gue."

Putri orang pertama yang menepuk pundak Nada disaat yang lain hanya menatapnya dengan berbagai macam pandangan. Katanya, "Gak ada orang yang suka sendirian, Nada."

Perempuan bermata sipit itu seakan-akan tahu kalau perginya Nada dari Jakarta dan melangkah sejauh ini bukan hanya untuk liburan. 

"Oh iya, masukkin aja Nada ke grup kita buat ngasih tau besok dan seterusnya kita bakal ke mana aja." Dika memecah jeda yang sempat terbentuk. Laki-laki itu lantas mengeluarkan ponselnya, lalu memberikan benda pipih itu kepada Nada.

RANADA ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang