Sejujurnya, hubungan antara dirinya dan perempuan itu memang diawali dari kesalahan. Bagaimana pun, mereka bersama dengan patahnya hati banyak orang.
Sekeras apapun Revan mencoba untuk memperbaiki diri atas kesalahannya kemarin, ia tetap akan terpaku dengan sekelebat bayangan perempuan itu.
Harusnya ia sudah beranjak pergi menuju kamar untuk beristirahat setelah pergi menemani Gilang keliling kota untuk mencari objek baru fotografi sahabatnya itu.
Namun yang ia lakukan malah berdiri diam di dekat tangga tanpa bergerak sedikit pun hanya untuk melihat kalau Mamanya, si wanita kaku itu, sedang tertawa bahagia bersama Aliyah di ruang keluarga.
"Duh, sering-sering dong kamu tuh kesini Al. Tante bosen tau di rumah sendirian. Punya anak cuman satu, itu juga hobinya keluyuran."
Seingat Revan, selain kaku Mama juga tipekal orang yang tidak mudah terbuka pada siapa saja. Mungkin hanya Raya yang dapat mengundang senyuman tulus Mama, namun sekarang, wanita itu menggenggam tangan Aliyah seperti mereka sudah kenal sangat lama.
Keduanya sibuk bercengkrama sambil melihat sesuatu di layar Ipad. Dari tempatnya, Revan dapat melihat beberapa gambar desain baju.
Mama dan Aliyah, keduanya sama. Setelah Revan ingat-ingat lagi, keduanya memiliki banyak persamaan.
Mama dan Aliyah, mereka sama-sama ambisius, menyukai fashion, memiliki selera humor tinggi, dan..
"Ah, pengennya sih jadi model. Al udah masuk eskul model di sekolah kok, sama ikut kelasnya juga di luar jam sekolah. Doain ya Tan!"
"Pasti, Al. Kamu tau gak sih? Dulu tante juga pengen jadi model. Cuman gak bisa, karena Kakeknya Revan larang."
...memiliki cita-cita yang sama.
Cita-cita yang tidak pernah Mama bicarakan selama beberapa tahun terakhir, karena itu hanya akan membuka luka lama di hatinya.
Namun hari ini, Revan mendengar lagi kata itu dari mulut Mama.
Pengen jadi model.
Namun bukan dengan raut sedih yang dulu suka Mama tunjukkan tiap kali bercerita soal impiannya, kini Mama membicarakan itu dengan wajah berseri-seri.
"Liat kamu buat tante ngerasa lagi berkaca. Semangat terus ya Al, tante bakal dukung kamu."
Mama dan Aliyah, mereka sama.
Dan sore itu.. entah mengapa Revan tidak lagi merasa kalau keputusannya untuk mengenalkan Aliyah kepada Mama, bukan sesuatu yang salah.
Karena ya begitu. Mama dan Aliyah, mereka sama. Dan hanya dengan saling bercengkrama, Revan bisa ikut tersenyum saat Mama kembali ceria sewaktu bersama Aliyah.
Pertanyaannya, jika dulu Revan mengenalkan Nada kepada Mama terlebih dulu, apakah situasinya akan sama?
"Kamu beneran cuma temenan sama Revan, Al?"
"Iya Tante.."
"Ah, sayang banget. Padahal kamu udah cocok banget. Pas gitu deh! Tipe menantu tante banget!"
Revan tersenyum miris. Sepertinya ia mendapat jawaban dari pertanyaan-nya tadi.
Situasi tidak akan begini jika ia membawa Nada lebih dulu kepada Mama, sama seperti bayangannya setahun yang lalu- alasan kenapa ia tidak juga mengenalkan Nada kepada Mama.
Karena Mama dan Nada berbeda. Dan dengan perbedaan dan sifat Mama yang sudah ada dalam bayangannya dulu, Revan tidak bisa mempertemukan mereka.
Karena Mama akan melarang Revan bersama perempuan yang hanya suka memakai hoodie, minum susu pisang kemasan, dan makan di pinggir jalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
RANADA ☑️
Teen FictionTentang mereka yang ingin bebas namun takut kehilangan. Orang-orang egois yang terus saling menyakiti hanya karena memikirkan perasaan sendiri. Nada dan Revan sudah melewati banyak waktu bersama-sama. Tidak pernah Nada bayangkan kalau mereka akan b...