33 || Perasaan Aneh

294 28 2
                                    

Double Update ya.

•••

"Yan, gue balik sama Revan aja. Ada yang mau gue omongin. Gak papa ya?"

Sebetulnya mata Dean tadinya sudah membulat karena kaget Nada lebih memilih Revan ketimbang dirinya. Maksud Dean, ia deluan yang datang, jadi harusnya Nada lebih memilih pulang bersamanya kan?

Namun sedetik kemudian Dean dengan cepat menormalkan ekspresi wajahnya seperti biasa. "Oke."

Tidak menunggu waktu lama Nada segera pergi menghampiri Revan. Bisa Dean lihat dengan jelas senyuman lebar terpatri di wajah Revan. Cowok itu berdecih, menurutnya Revan berlebihan.

Beberapa saat kemudian Nada naik ke belakang motor Revan. Keduanya pergi dan menghilang di padatnya jalan raya.

Dean mengambil ponselnya di kantong celana, lalu dengan cepat menekan panggilan ke seseorang. Tidak butuh waktu lama agar panggilan terhubung. Namun tidak sempat orang di seberang sana menyahut, Dean lebih dulu berteriak.

"GAK USAH LO YA NYURUH-NYURUH GUE JEMPUT DIA LAGI! LO PIKIR GUE SUPIR, HAH?!"

***

"Tumben Bang Toyib udah di rumah jam segini?" Anya menyipitkan matanya saat sosok Dean melintas begitu saja menuju dapur. Cewek itu meletakkan majalahnya ke sembarang tempat, lalu mengikuti kemana adiknya pergi.

Dean yang sadar kalau Anya mengikutinya lantas mendengus jengah. "Jangan cari masalah lo."

Anya tidak membalas. Perempuan itu malah sibuk menatap setiap inci tubuh Dean dari atas ke bawah. Siapa tahu saja kalau yang sedang membuka kulkas ini bukan adiknya, melainkan orang yang kebetulan mirip.

"Lo siapa?"

Disela kegiatannya minum Dean mengeryit. Ingin menyembur Anya dengan air dingin saja agar cewek itu sadar.

"Lo mabuk lagi kak?" Balas Dean balik bertanya. "Udah tua ingat dosa sana. Capek malaikat yang nyatet dosa lo. Bosen dia,"

"Oh, kalo kayak tai gini berarti lo beneran Dean." Anya mengangguk puas. "Tapi kok tumben udah pulang?"

"Terserah gue lah!"

"Gue pikir lo gak pulang. Soalnya Bokap kepilih."

Dean mengedikkan bahunya malas. "Maunya gitu."

"Ya terus kenapa lo pulang?" Anya masih bertanya. "Apa jangan-jangan lo udah mau berubah jadi anak penurut ya?"

"Kurang nurut apa gue?"

"Mana ada lo tuh nurut-nurutnya!"

Dean berdecak, lantas menutup pintu kulkas dengan keras. Anak itu meninggalkan kakaknya begitu saja. Lebih baik ia pergi ke kamar dan tidur.

Entah kenapa mood Dean mendadak makin turun. Banyak sekali hal yang membuat dirinya kesal hari ini. Terpilihnya Papa sebagai petinggi DPR, Nazam yang tidak mau menemaninya dan sibuk bersama pacarnya, lalu Nada yang—

Tunggu. Dean mengerjapkan matanya berkali-kali. Apa yang sedang ia pikirkan? Kenapa juga ia harus kesal kepada Nada?

"Sadar lo bego." Dean menampar dirinya sendiri. Benar-benar tidak habis pikir dengan isi kepalanya yang kacau.

RANADA ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang