20 || Percaya untuk Memulai

341 34 1
                                    

Selain Nada yang sudah bersamanya semenjak MOS, Revan memiliki satu orang teman lagi. Sagilang Arsha, anggota eskul fotografi yang terkenal cuek. Meskipun jarang sekali tersenyum, Gilang bisa menarik hati anak pemilik sekolah yang ceria, Karin.

Lewat Gilang, ia meminta tolong agar cowok itu membujuk pacarnya— Karin untuk memberikan akses agar ia bisa melihat rekaman cctv SMA Cakrawala.

"Kalau dipikir-pikir, gue juga setuju sama Raya." Gilang bersandar di jendela, menatap datar Revan yang sedang duduk ditepi ranjang rumah sakitnya. Revan baru saja cerita tentang kedatangan Raya tempo hari.

"Gue tau gue salah, Lang."

"Bagus."

"Cuma mau gimana lagi? Nada terlanjur putusin gue, Aliyah juga terlanjur dikenal Mama. Belum lagi masalah Nada jatoh dari tangga."

"Nah! Setelah tau kalo Aliyah yang dorong Nada, lo masih mau sama cewek itu?!" Pintu kamar mandi yang berada didalam ruangan terbuka, seorang cewek muncul dari sana sambil berkacak pinggang. Menatap Revan dengan garang.

"Belum ada bukti Rin." Revan menoleh kepada Karin. Mengagetkan sekali setiap Karin ada di dekatnya. Kalau bukan untuk meminta tolong, Revan pasti sebisa mungkin menghindari cewek itu.

"Ya makanya gue ada disini buat cari bukti itu! Habis dari sini, gue sama Gilang ke sekolah. Gue lempar buktinya ke muka lo kalau udah dapat!"

Gilang tersenyum kecil, tidak bisa menahan diri karena pacarnya terlihat sangat menggemaskan saat ini. Cowok itu menarik kursi yang ada didepannya. "Duduk Karin."

Karin menurut, lalu duduk dikursi. Cewek itu tidak mengalihkan pandangannya barang hanya sebentar dari Revan.

"Lo kenapa jadi jahat banget sih Van? Nada itu udah nemenin lo dari awal masuk SMA Cakrawala. Gak pernah dia ninggalin lo. Seenggaknya kalau lo udah gak ada rasa—"

"Gue masih sayang Nada, Rin. Gue masih ada rasa."

"Ya terus kenapa lo sama Aliyah Aliyah itu? Gue dengar dia mantan Ridho. Gue tau kalian semua satu tongkrongan kan? Cewek apa itu mau digilir?! Dari Ridho, ke lo, awas aja Gilang ikut-ikutan!"

Gilang menghela nafasnya. "Gue gak berminat."

Karin menoleh. "Aku pegang ucapan kamu!" Lalu setelah mengatakan itu, ia kembali menatap Revan.

"Gue saksinya waktu lo usaha mati-matian buat dapatin Nada! Meskipun gak secantik gue, Nada itu cewek baik Van. Gue sebagai cewek ikut sakit waktu tau kelakuan lo kayak bajingan gini!"

"Karin, jangan kasar." Gilang mengingatkan. Sedetik kemudian, Karin mengatupkan mulutnya. Gawat, dia kelepasan.

"Maaf sayang."

"Gue pikir gak papa kalau sesekali gue mau suasana baru. Tapi ternyata gue jadi terbiasa bareng Aliyah. Gue jadi nyaman, gue gak bisa bohong kalau gue juga seneng sama dia. Beberapa kali gue bahkan lupa soal Nada."

"Kenapa lo gak bicarain sih Van sama Nada? Lo bukan anak kecil lagi. Harusnya lo bisa omongin baik-baik daripada harus nyakitin dia terus."

"Gue takut kalo Nada malah ninggalin gue." Revan mengacak rambutnya frustasi. "Nada sama Aliyah gak bisa gue jadiin pilihan."

Karin semakin menatap Revan marah. Dimatanya seperti ada kobaran api yang siap membakar Revan. Cewek itu dengan spontan berdiri, lalu mengangkat tangan untuk memukul Revan.

"Tenang Karin." Belum sempat Karin melangkah, pinggangnya ditarik, Karin dipeluk dari belakang oleh Gilang yang sekarang mengambil alih tempat duduknya. Cewek itu ikut terduduk diatas paha Gilang.

RANADA ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang