Via mengeryit ketika melihat dua anak laki-laki datang ke rumahnya. Seingatnya Nada pingsan di sekolah karena kecapean saja. Namun yang datang menjenguk sangat banyak. Via jadi khawatir kalau Nada tidak hanya sekedar kecapean.
Sambil tersenyum ramah, Via membuka pintu kamar Nada, membuat anaknya dan beberapa perempuan yang ada di dalam sana menoleh.
"Em... Nada.."
"Iya bunda?"
"Nada beneran cuma kecapean, nak? Di sekolah pingsan karena itu, kan?" Jantung Nada berdegup kencang. Kenapa tiba-tiba bunda bertanya demikian.
"Iya bunda. Ada apa memang?"
Via menggeleng saja, percaya pada jawaban anaknya. "Di bawah ada anak cowok. Dua orang. Kalian semua ke ba—"
"Itu Nazam tuh! Pasti Nazam!" Della langsung memotong, nada suaranya sangat antusias. Via sampai heran melihat perempuan berambut pendek itu.
"Pacar kamu ya Della?" tanya Via dengan nada jahil.
"Belum bunda! Tapi bentar lagi jadi pacar. Doain ya bun!"
Via tertawa renyah, lalu mengangguk saja. "Iya, pasti di doain. Amin paling serius buat Della."
Setelah itu Via kembali ke lantai bawah, disusul oleh Nada, Adiba, Raya dan tentu saja Della yang sudah berlari deluan kesana.
***
Sekuat tenaga Nada berjalan selayaknya orang normal. Pergelangan kaki dan lututnya masih sedikit sakit karena jatuh dari tangga. Namun dia tidak mau terlalu terlihat, takut bunda sadar ada yang cedera dengan tubuhnya.
Adiba dengan sabar membantu Nada berjalan, berdiri di samping cewek itu sambil memegangi lengan Nada. Sedangkan Raya di depan bersama Via, agar wanita itu tidak sadar kalau Nada sedikit pincang.
Sampai di lantai bawah, bunda masuk ke dalam kamarnya, syukurlah. Diruang tamu, Della sudah duduk di sebelah Nazam dengan senyuman lebar. Sedangkan Nada terdiam di tempatnya berdiri, mematung.
Dia tidak tau kalau Dean akan datang.
Seketika bayangan ketika cowok itu menggendongnya yang setengah sadar ke UKS terlintas. Nada mungkin banyak kehilangan kesadarannya, namun dia tau wajah itu.
Dia ingat dengan jelas kalau Dean yang menolongnya.
"Nad, Kenapa?" tanya Adiba khawatir.
Nada mengerjap, mengambil kesadarannya yang sempat melayang. "Gak... Gak papa." ucapnya, lalu menyusul duduk.
Raya dan Adiba yang juga baru saja duduk termangu ketika menyadari ada orang lain yang Nazam bawa. Mereka menatap Dean dengan seksama, familier dengan laki-laki tanpa ekspresi itu.
"Kayaknya kita pernah ketemu, ya?" Gumam Adiba. Raya menoleh, mengangkat alisnya dengan bingung.
"Baru liat gue."
Beberapa saat kemudian, Adiba menepuk paha Raya, membuat cewek itu sedikit tersentak kaget. "Ini yang waktu itu dimarahin sama Revan di UKS."
"Astaga! Jadi ini yang diomongin sama Della di grup waktu itu?"
Nada meringis. Gara-gara ucapan Adiba dan Raya air muka Dean jadi agak sedikit menyeramkan.
"Di marahin kak Revan?" Nazam yang tidak tau apa-apa bertanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RANADA ☑️
Teen FictionTentang mereka yang ingin bebas namun takut kehilangan. Orang-orang egois yang terus saling menyakiti hanya karena memikirkan perasaan sendiri. Nada dan Revan sudah melewati banyak waktu bersama-sama. Tidak pernah Nada bayangkan kalau mereka akan b...