38 || Jarak Kita

241 31 2
                                    

Pada bulan-bulan pertama mereka bersama, Nada pernah membayangkan akan seperti apa rasanya berkenalan dengan orang tua Revan.

Namun setelah rasanya cukup membosankan karena bayangannya terus menjadi hal yang tidak nyata, akhirnya Nada berhenti berharap.

Banyak tanda tanya memenuhi pikirannya. Dan salah satunya adalah alasan kenapa Revan tidak pernah mau mengenalkannya kepada Meirose dan Prama.

Namun hari ini, ia duduk berhadapan dengan Meirose. Meski tidak ada Prama, tetap saja rasanya benar-benar canggung melebihi apapun.

Wanita itu terus menatap Nada dari ujung kepala hingga ujung kaki. Nada bahkan tidak berani menatap wajah Mei yang entah kenapa agak berbeda dari yang tadi pagi— ketika wanita itu menjemputnya.

"Kita pernah ketemu di acara natal keluarga Raya tahun lalu kan?" Setelah sekian lama, Meirose angkat bicara. Suaranya membuat Nada agak tersentak kaget.

"I-iya.."

"Tadi Revan sempat sadar. Dia... Nyuruh saya panggil Ranada. Itu kenapa saya jemput kamu." Nada menautkan jari-jarinya yang berkeringat dingin. Kepalanya terus menunduk.

"Kamu tau dimana Revan kecelakaan?" Tanya Meirose yang kemudian dijawab Nada dengan gelengan.

"Di persimpangan dekat perumahan kamu." Meirose tergelak dengan perkataannya sendiri. "Kamu tau apa yang aneh? Kecelakaan yang sebelumnya... Dia juga ditemuin di sana."

Kepala yang semula menunduk itu kini dengan cepat terangkat, Nada mampu melihat kedua tatapan tak enak Meirose.

"Saya dengar dari Aliyah kamu mantan pacarnya. Dan yang lebih bikin kaget... Ternyata kalian udah dekat hampir tiga tahun. Anehnya... Saya gak tau apa-apa tentang kamu."

Nada ingin sekali bilang kalau ia juga merasa aneh kenapa posisinya sangat disembunyikan oleh Revan. Namun ia tidak bisa apa-apa. Nada bahkan merasa kalau badannya seperti membeku, tidak dapat bereaksi apapun.

"Tapi kemudian Nada... Saya akhirnya tau kenapa Revan lakuin itu." Ada setitik air yang turun dari mata Meirose. Wanita itu nampak sangat terpukul. "Karena kamu. Alasannya ada di kamu."

"Sa-saya?"

"Karena kamu tidak tinggi, tidak memakai dress, tidak merias diri... Dan penyanyi."

Kedua bola mata Nada mengabur, dipenuhi genangan air matanya sendiri. Namun sebisa mungkin, Nada tidak mau menangis meski tidak bisa ia pungkiri sebetapa teganya Meirose berkata begitu.

"Revan.. Dia gak mau kehilangan kamu. Makanya dia gak pernah mengenalkan kamu ke saya." Meirose mengusap air matanya. "Karena dia tau.. Perempuan seperti kamu bukan tipe kesukaan saya."

Meirose nampak menarik napasnya dengan dalam-dalam. Suaranya serak karena kebanyakan menangis.

"Gak perlu dijelaskan.. Pasti kamu tau kan kenapa Revan kecelakaan?"

Nada tercengang, tentu saja. Bagaimana bisa ia tahu alasan dibalik hal buruk yang menimpa Revan jika mereka saja tidak ada bertemu sejak kemarin?

"Saya gak tau Tan." Balas Nada. Jawabannya mengundang tatapan sinis Meirose.

"Waktu kecelakaan sebelumnya, itu karena kamu putusin dia. Lalu kecelakaan kali ini ya pasti karena kamu buat hatinya sakit lagi! Gak tahu malu ya kamu?"

Nada menggeleng cepat. Sepertinya Meirose sudah salah paham.

"Saya bawa kamu kesini cuman karena saya penasaran cewek kayak apa sih yang buat Revan sebegini gak jelasnya. Rasanya saya makin marah karena ternyata, pilihannya kayak begini."

RANADA ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang