DUA

6K 324 2
                                    

Dipagi hari yang cerah, Alaika mendumel dikos-kosannya. Ia sudah seperti SPG yang siap bekerja. Baju kemeja putih dan rok hitam panjang dengan rambut dikuncir kuda. Lah SPG enak kerja dapat gaji nah dia? Datang cuma buat dianiyaya.

"Ala cepetan, nanti kita terlambat" teriak teman sekos Alaika yang kebetulan sekelas dengan Alaika.

"Iya Nis bentar" teriak Alaika dari kamarnya. Alaika memoleskan liptint berwarna pink tipis-tipis yang penting bibirnya tidak terlihat pucat namun juga tidak terlihat menor, bisa habis digilas senior perempuan jika ia berani berdandan menor-menor. Wong nggak menor aja kadang ada aja yang sensi.

Setelah dirasa cukup, Alaika keluar dari kamarnya. Ia mengunci pintu kamarnya dan dengan tergesa-gesa mengenakan sepatunya dan menuruni tangga.

"Gonceng ya" ucap Alaika sambil melemparkan kunci motornya pada Nisrina.

"Tas kamu mana?" tanya Nisrina yang heran dengan sepinya punggung Alaika.

"Ya Allah...Lupa. Tunggu Nis, tunggu" ucap Alaika cepat-cepat, wanita itu kembali menaiki tangga dan menuju kamarnya yang terletak di ujung lorong.

"Duh" umpat Alaika, ia tidak pernah merasa bahwa kamarnya sejauh ini. Alasannya mengambil kamar dipaling ujung begini agar ia tidak bising mendengar suara-suara penghuni kos yang hobi menggosip di teras kos.

Alaika membuka kembali kamarnya yang tadi sudah ia gembok, dengan segera ia mengambil tasnya dan kembali menggembok pintu kamarnya dan dengan terburu-buru Alaika berlari menuju tangga dan menuruni tangga itu dengan tergesa-gesa. Di Sabtu pagi yang tenang ini ketika penghuni kos lain mungkin masih tertidur, Alaika membuat kehebohan dengan langkah kakinya yang berderap dengan tergesa-gesa. Dengan buru-buru Alaika menaiki motor dibangku belakang sebagai orang yang dibonceng.

"Cepatan Nis. Sebelum aku diomel sama penghuni kos lain gara-gara bikin keributan di Sabtu pagi mereka yang syahdu" ucap Alaika sambil menepuk-nepuk pundak Nisrina.

Nisrina tertawa namun kemudian mengikuti kata-kata Alaika. Tidak sampai 5 menit, Alaika dan Nisrina sudah sampai diparkiran kampus mereka karena jarak antara kos dan kampus mereka memang dekat bahkan dengan berjalan kaki dari kos ke kampus mereka saja bisa ditempuh dalam kurun waktu kurang lebih 15 menit.

"Duh Ala...itu udah pada baris. Habis deh kita. Pasti dihukum deh nih" ucap Nisrina khawatir.

Alaika menelan ludahnya sendiri. Ia takut dan juga merasa bersalah pada Nisrina.

"Maaf" ucap Alaika pada akhirnya.

Nisrina yang mendengar permintaan Alaika jadi sedikit tidak enak karena telah membuat teman sekelas sekaligus sekosnya itu merasa bersalah.

"Ya udahlah. Nggak apa-apa kok. Kita juga pasti nggak dihukum mati kok" ucap Nisrina berusaha mendinginkan keadaan.

"Ayo, La" ajak Nisrina. Alaika mengekor dibelakang Nisrina.

"La, kok yang jaga mukanya sangar-sangar dan galak-galak gitu sih" bisik Nisrina. Langkah mereka yang seharusnya dipercepat kini kian melambat seiring dengan wajah-wajah sangar yang mondar mandir kesana kemari.

"Bolos aja kali ya sehari ini" ucap Alaika sambil meringis menatap senior-senior yang mondar-mandir tanpa senyuman. Meskipun Alaika yakin bahwa meskipun wajah-wajah itu tersenyum tetap saja tidak akan ada yang namanya keramahan yang terpancar walau setitikpun.

"Mana boleh. Ntar kita nggak dapat sertifikatnya. Lalu nggak bisa skripsi kalau nggak bisa skripsi artinya kita nggak bisa wisuda. Nggak mau ah. Masa kita harus ikut lagi tahun depan untuk sertifikat kegiatan ini. Ogah ah" ucap Nisrina.

"Iya betul juga. Maju Nis. Maju tak gentar" balas Alaika.

"Duh, La...serasa lagi maju dimedan perang nih" balas Nisrina. Alaika hanya nyengir.

"Kalian darimana?" bentak salah satu senior yang bertubuh gempal dan tinggi.

"Dari kos bang" ucap Ala refleks. Nisrina melotot diam-diam pada Ala. Sementara salah seorang dari mereka yang sedari tadi memperhatikan dalam diam kini harus mengulum senyumnya untuk menjaga martabatnya selama OSPEK prodi ini berlangsung.

"Yang bilang kamu dari sini siapa?!"

Alaika dan Nisrina menunduk dalam-dalam dan dengan kompak mengucapkan kata "Nggak ada bang" dengan lirih.

"Karena kalian berdua terlambat, keliling lapangan 10 kali dan push up 20 kali"

Kepala Nisrina dan Alaika yang tadi menunduk dalam-dalam kian menengadah menatap senior yang tinggi menjulang didepan mereka.

"Kenapa bengong? Laksanakan sekarang sebelum saya tambah hukuman kalian" teriak pria tak berprikemanusiaan dan tidak berprikewanitaan itu. Alaika dan Nisrina sontak melepas tas mereka dan dengan segera berlari mengitari lapangan sepak bola yang maha dahsyat besarnya bagi wanita seperti mereka yang tidak pernah memasuki apalagi berlari mengitari lapangan sepak bola. Jangankan lapangan sepak bola, jalan kaki dari kos ke kampus aja mereka nggak pernah.

Baru 2 kali putaran saja jiwa Alaika rasanya sudah mau lepas dari raganya, sementara Nisrina yang dulunya anak basket terlihat masih baik-baik saja.

"Ya Allah....mau pingsan tapi malu. Nggak pingsan aja udah malu-maluin begini" desah Alaika diantara deru nafasnya.

"Aku bisa menghentikan hukuman kamu jika kamu bisa menyebutkan siapa aku"

Langkah Alaika terhenti. Ditatapnya sosok yang berdiri angkuh didepannya.

"Saya nggak tau siapa kamu" ucap Alaika lalu kembali berlari meninggalkan senior tersebut yang sekarang mematung mendengar jawaban Alaika. Pria tersebut tersenyum mendengar reaksi Alaika.

Ia berbalik agar bisa menatap wanita yang sedang menjalankan hukumannya dari yang awalnya lari keliling lapangan sekarang menjadi jalan cepat mengelilingi lapangan.

"Kalau begitu, sebutkan nama kamu dan aku akan memberikanmu sebotol air mineral ini"

Alaika mendelik kesal pada sebotol air mineral tak bersalah yang melambai-lambai didepan matanya.

'Sial' rutuknya dalam hati. Ia haus bukan main namun entah mengapa seluruh organ dalam tubuhnya menolak air dari pria menyebalkan ini. Ditatapnya kesal pada pria yang masih berjalan santai disampingnya.

"Maaf, tapi kesukaan saya bukanlah air mineral dingin seperti itu" ucap Alaika berusaha menekan rasa kesalnya yang sudah terbakar hingga keubun-ubun. Alaika mempercepat larinya, ia lebih memilih mengeluarkan semua sisa tenaganya dari pada harus berada disamping pria yang membuatnya kesal setengah mati dipagi hari yang tidak indah ini. Alaika menghela nafas lega ketika melihat pria menyebalkan itu menepi dari lapangan.

"Aishhh" rutuk Alaika kesal saat ia harus menaikan rok yang ia pakai hingga ke pinggang agar ujung rok tersebut tidak tertinjak olehnya. Jangan sampai ia mempermalukan dirinya untuk kesekian kalinya dengan terjatuh karena rok hitamnya ini.

"Aishhh...ini OSPEK kok udah kayak seleksi militer sih" omelnya ketika ia merasakan sakit pada tumitnya.

Dengan susah payah, Alaika berhasil menyelesaikan 10 putaran. Baru saja ia hendak mengambil posisi push up seseorang memberinya perintah dengan nada tegas.

"Berdiri dan kembali ke barisan kamu"

Alaika berdiri dan melihat siapa yang memberinya perintah. Ternyata senior yang menyebalkan itu toh.

"Nggak perlu push up nih?" tanya Alaika memastikan.

Bukannya menjawab, senior tersebut malah melemparkan botol minuman yang tadi ia tawarkan. Untung saja reflek Alaika bagus. Ditangkapnya botol minuman tersebut dengan wajah bengong.

"Kelamaan. Airnya saja sampai nggak  dingin lagi" ucap senior itu lalu berbalik meninggalkan Alaika yang masih dikepung oleh panitia keamanan.

"Malah bengong! Kamu nggak dengar disuruh balik kebarisan? Atau mau disuruh keliling lapangan lagi?" ucap salah satu panitia keamanan yang wajahnya sangar minta ampun.

"Nggak Bang" ucap Alaika lalu ngacir ke barisannya.

"Dih...dasar senior-senior nggak waras" dumel Alaika selirih mungkin.

SAVE OUR LAST STORY (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang