"Anak gadis macam apa yang jam segini masih tidur" ucap seorang pria dengan nada cukup nyaring. Alaika mendengar ucapan pria itu, namun ia enggan membuka matanya. Kapan lagi ia bangun siang setiap hari kalau bukan pas liburan?!
"Pantas ya lo jomblo abadi dari lahir" cibir pria itu.
'Terserah' batin Alaika.
"Bangun nggak lo, antarin Nyonya ke pasar" ucap pria itu sambil menarik Alaika untuk bangun dari posisi terbaringnya.
Alaika mengucek-ngucek matanya.
"Kok lo nggak kerja sih? Bujang lapuk kok malas-malasan pantas lo nggak nikah-nikah" hardik Alaika kesal.
"Mulut lo minta digiles cabe seton ya nampaknya. Mentang-mentang libur lo sebulan ya jadi lupa kalau ini tuh hari minggu" omel pria itu.
"Lo sama abang sendiri, durhaka minta ampun. Yang bukan abang lo, lo panggil abang. Yang abang lo asli pakai lo-gue" rentetan omelan pria itu masih berlanjut.
"Siapa suruh lo jadi abang durjana minta ampun" kilah Alaika.
"Azka, suruh adek kamu cepat sedikit" teriak mama mereka dari lantai bawah.
"Tuh dengar tuh nyonya besar ngomong apa. Cepatan lo antarin nyonya kepasar"
Alaika menggerutu tanpa suara.
"Gue bukan pembantu ya, status gue masih anak dirumah ini. Heran gue, image lo diluaran cool minta ampun sekali dirumah cerewetnya melebih emak-emak. Kena penyakit kepribadian ganda ya lo Mas?" ucap Alaika kesal.
"Itu mulut kalau ngomong kok suka ngehoax sih?" balas Azka tak terima.
Alaika memilih mengabaikan abangnya. Kalau dengan abangnya ini tidak akan ada selesai-selesainya adu mulut diantara mereka. Selisih usia mereka memang jauh, 17 tahun namun karena dulu Azka terlalu memanjakan Alaika, Alaika jadi melupakan segala hormatnya pada Azka. Namun semenjak Alaika berkuliah di kota sebelah, rumah keluarga mereka jadi sepi karena biasa yang buat riuh, ricuh dan ribut memang perang mulut dan kelakuaan antara Azka dan Alaika.
"Gimana kuliah kamu, La?" tanya mamanya sambil memilih-milih ayam yang sudah mati dan sudah diwaxing. Gile ayam aja di waxing lah dirinya kagak pernah. Dih kalah dari ayam.
'Ini ayam kok porno-pornoan di pasar sih? Ngapain juga baring-baring begitu nggak pakai sehelai bulu pun. Ini baru namanya ayam bogel' Alaika cekikikan sendiri dengan pemikirannya.
"Ala? Ngapain senyum-senyum gak jelas gitu ngeliatin ayam? Kamu bahagia banget ya hari ini kita makan ayam? Rasanya mama dan papa ngirim uang jajan kamu dengan layak belum lagi biasa Mas kamu ikut nambahin, masa iya makan ayam doang kamu udah sesenang ini? Kamu selewengkan kemana uang jajan itu hah? Jangan aneh-aneh ya. Kuliah yang benar biar sukses kayak abang kamu itu, La" omel mamanya sambil menunggu ayam pesanannya sedang dipotong-potong oleh pedagangnya.
"Mama ih suka su'udzon deh. Ala kuliah yang benar ma. Buktinya IPK Ala sempurna tuh" ucap Alaika bangga.
"Ohhh...mama tau. Jangan-jangan uang jajan kamu itu kamu pakai buat nyogok dosen kan? Makanya IPK kamu sempurna"
Alaika melotot atas tuduhan mamanya.
"Astagfirullah Ma. Ngucap ma ngucap. Tobat Ma. Dosa loh nuduh anak kayak gitu"
Mamanya malah tertawa mendengar ucapan anaknya.
"Mama nih ya kebanyakan nonton sinetron terutama sinetron azab. Dosen dikampus Ala nggak sesinetron itu ma dan anak mama yang polos ini nggak selaknat itu. Jahat ih" ucap Ala sambil merajuk.
"Ini bu" ucap pedagang ayam sambil menyerahkan sekantong ayam yang sudah dipotong-potong. Mama Alaika menerima kantong tersebut dan menyerahkan sejumlah uang sesuai dengan harga ayamnya.
"Nih bawa. Jangan merajuk-rajuk gitu. Nanti nggak mama kasih makan" ancam mamanya.
"Biarin, bisa minta makan sama papa atau sama Mas Azka" ucap Alaika ngeyel namun tetap mengambil dan menenteng belanjaan mamanya.
"Ayo Ma pulang, panas ini" ucap Ala ketika belanjaan mamanya sudah terasa berat dan belum ada tanda-tanda mamanya mengajaknya pulang.
"Ya panas, namanya juga di Indonesia kalau nggak hujan ya panas. Kalau kamu tinggal di Eropa baru beku ditimbun salju" jawab mamanya yang membuat bibir Alaika mengerucut kesal.
"Mama ih" ucap Alaika yang jalannya sekarang mulai dihentak-hentakkan.
~~~
Alaika memasuki rumahnya dengan kesal. Badannya sudah bau bercampur segala bau pasar dan bau matahari. Tangannya sudah terasa pegal membawa belanjaan mamanya.
"Lo nggak mau bantuin gue gitu?" ucap Alaika ketika melihat Azka hanya berjalan santai melewatinya.
"Ala, yang sopan sama Mas nya" tegur mamanya. Alaika meletakkan belanjaan mamanya dengan kesal di meja dapur. Azka meletakkan gelas yang isinya sudah ia teguk tadi. Pria yang beberapa bulan lagi menginjak angka 36 memeletkan lidahnya pada Alaika. Alaika menatapnya jijik.
"Apa lo melet-melet lidah. Ingat umur, udah lapuk juga" hardik Alaika mengabaikan teguran mamanya.
"Alaika" tegur mamanya dengan lebih keras sambil memukul lengan anak perempuan satu-satunya.
"Aduh sakit ma" Alaika mengelus ngelus lengan putihnya yang tadi dipukul mamanya.
"Eh, hati-hati kualat ya. Gue sumpahin jadi perawan tua baru tau rasa. Gue bujang lapuk mah bebas. Cowok nggak ada batasan umur untuk menikah. Sperma diproduksi hingga mati. Kaum pria tidak mengenal menopause"
Ebuset kenapa pagi-pagi begini dirinya mendapatkan pendidikan sistem reproduksi pria dari Azka.
"Azka" tegur mamanya.
"Terimakasih atas pendidikan seksualnya, dokter Azka" ucap Alaika sarkas.
"Sama-sama. Semoga berfaedah" balas Azka tanpa dosa.
Alaika berjalan dengan kesal meninggalkan Azka dan mamanya.
"Mau kemana lo?" tanya Azka.
"Mau mandi" jawab Alaika sinis.
"Mau Mas mandiin gak kayak waktu kamu masih ngompol?" iseng Azka.
"Ihhhh...mas tuh ya dokter saraf tapi nggak sadar kalau sarafnya sendiri konslet. Cek gih, siapa tau ada saraf mas yang kejepit atau putus gitu" omel Alaika kesal karena Azka sangat senang sekali menjahilinya.
Kenapa sih semua pria yang ia kenal suka sekali adu mulut dengannya?!
Note:
Hellooooo~~~ jadi disini akan ada Azka dari cerita 'Dokter Kutub'. Ini ceritanya Azka cuma muncul dikit-dikit doang sebagai abangnya Alaika. Dan ceritanya ini waktu Azka belum nikah. Berhubung ini di dunia tanpa dimensi waktu yang jelas jadi suka-suka penulisnya aja ya hahaha.Dan sesungguhnya saya lupa apakah pernah mengatakan Azka ini anak tunggal atau tidak di Dokter Kutub. Tapi semoga tidak pernah ya. Kayaknya si Dira deh ya yang saya bilang anak tunggal.
Intinya karena saya buruk dalam menemukan nama untuk tokoh-tokoh cerita yang saya buat jadi saya pikir kenapa nggak pakai nama tokoh yang udah ada. Lagian pas tuh Alaika-Azka. Abang Adek namanya mirip. Padahal gak ada aturan juga sih kalau Abang Adek namanya harus mirip. Ya udah sih ya. Jangan suka membesar-besarkan hal yang kecil. Kalau perlu kita harus mengecil-ngecilkan hal yang besar makanya banyak orang yang berdiet. Apa dah 🙄. Baiklah dari pada saya semakin tidak nyambung. Intinya selamat menikmati. Udah kayak tulisan di nasi kotak aja 😄
KAMU SEDANG MEMBACA
SAVE OUR LAST STORY (SELESAI)
Любовные романыTidak ada yang seabadi aksara dalam menyimpan sebuah cerita. Bahkan ketika ingatan mulai berkarat dihujani sang waktu... Bahkan ketika hati membeku setelah jutaan purnama berlalu... Kisah terakhir kita akan tersimpan dalam untaian kata. Kita kan sel...