"Alaika?"
Hening...suasana diruangan itu hening dan beberapa mata mulai menyapa segala sisi dan sudut untuk mencari tahu sosok Alaika. Bahkan pria yang memanggil nama Alaika juga menyapukan pandangannya pada segala sisi dan sudut diruangan tersebut.
"Alaika?" ulangnya.
"Bang Abram, Ala bilang hari ini dia nggak bisa hadir soalnya dia ada latihan untuk lomba debat bahasa inggris" salah seorang dari teman sekelas serta teman sekelompok Alaika angkat bicara untuk menjelaskan alasan ketidakhadiran Alaika.
Bram mengangguk mengerti. Ia tau bahwa Alaika terkenal sebagai salah satu mahasiswi berprestasi di jurusannya, bahkan ia juga mendengar rumor IP sempurna yang diraih wanita itu jadi wajar saja jika wanita itu sibuk dengan perlombaan sana sini sebagai perwakilan kampus. Namun ia tak menyangka bahwa wanita itu multi talent, padahal jurusannya geografi namun ikut lomba debat bahasa inggris. Jangan-jangan Alaika juga berbakat dalam bahasa kalbu.
"Katakan pada Alaika bahwa dia secara khusus saya pilih sebagai ketua kelompok dan kamu sampaikan kepadanya tentang hasil rapat kita" titah Bram tanpa ada yang berani menginterupsi karena yang memberi titah secara langsung adalah Ketum mereka yang merangkap jadi senior pendamping kelompok mereka.
"Baik bang" jawab Neta.
"Ah...dan sampaikan pada Alaika, jika ada yang kurang jelas atau yang ingin dia tanyakan, bisa tanyakan ke saya" tambah Bram. Neta mengangguk mengerti.
"Kalian boleh pulang" ucap Bram lalu berjalan meninggalkan ruang rapat.
Sementara itu di aula rektorat yang dipakai untuk latihan debat....
Alaika memasuki ruangan dengan canggung, pasalnya tidak ada teman sekelasnya yang ikut dalam kompetisi ini dan ia juga bukan tipe anak yang senang bergaul.
"Ala" panggil salah seorang dari peserta yang sejujurnya Alaika pun tidak mengenalnya. Alaika tidak tau bahwa ia populer di angkatannya karena keberhasilannya yang selalu mendapatkan juara satu dalam lomba presentasi yang selalu diadakan oleh kampusnya.
Alaika mendekat dan tersenyum sopan pada wanita yang memanggil namanya dengan ramah.
"Nisa" ucap wanita itu sambil mengenalkan dirinya.
"Alaika" jawab Alaika sambil menerima jabatan dari Nisa.
"Kita juga satu kelompok dengan Hasan" ucap Nisa dengan riang. Alaika merasa sangat lega bahwa teman satu kelompoknya memiliki sifat yang ramah dan periang. Ia juga tau Hasan. Hasan adalah salah satu mahasiswa berprestasi yang dimiliki kampus yang seangkatan dengannya. Alaika merasa tidak pernah bersaing dengan Hasan karena ia memang tidak pernah mengejar yang namanya posisi satu atau posisi apapun namun banyak teman-teman seangkatannya yang sepertinya membandingkan antara dirinya dan Hasan, terutama karena mereka sama-sama pintar dan selalu dijadikan kambing hitam dikelasnya masing-masing untuk mengikuti perlombaan.
"Hai" sapa Hasan yang baru saja bergabung mereka.
"Senang melihat Alaika bergabung di sini" ucap Hasan dengan ramah. Alaika tersenyum, ia tau bahwa Hasan adalah pria baik dan sama sepertinya, Hasan juga tidak pernah menganggap Alaika adalah saingannya.
"Adam belum datang?" tanya dosen pembimbing mereka.
Mendengar nama Adam, Alaika langsung mengalihkan pusat perhatiannya dari Hasan ke dosen pembimbingnya.
"Adam?" ulang batin Alaika. Alaika bertanya-tanya apakah Adam yang dimaksud adalah Adam yang ia kenal.
"Maaf pak saya terlambat" ucap seseorang yang baru saja datang.
Mata Alaika sedikit membulat terkejut melihat sosok yang baru saja datang.
"Saya tadi habis ada kegiatan organisasi" jelas pria yang bernama Adam.
Mata Alaika tidak lepas dari sosok Adam hingga pria itu duduk didepannya.
"Baiklah, karena sudah lengkap. Sekarang akan saya mulai. Pertama saya akan memaparkan segala hal yang berkaitan tentang lombanya. Kedua, saya akan tandingkan kedua kelompok untuk melihat dan mempelajari kelebihan dan kekurangan yang kalian punya dan sebagai latihan agar kalian tidak gugup saat lomba nanti"
Alaika menatap ngeri pada kelompok Adam setelah mendengar ucapan dosen pembimbingnya.
"Masa iya dia harus bertanding melawan kelompok Adam. Tau sih ini hanya latihan tapi kan tetap aja.....malu....." jerit batin Alaika.
Tepat pada saat itu, Adam menatapnya dengan senyum yang bikin hati Alaika menjadi adem dan tentram.
Alaika tersenyum menanggapi ucapan Nisa.
![](https://img.wattpad.com/cover/200089181-288-k25673.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SAVE OUR LAST STORY (SELESAI)
RomanceTidak ada yang seabadi aksara dalam menyimpan sebuah cerita. Bahkan ketika ingatan mulai berkarat dihujani sang waktu... Bahkan ketika hati membeku setelah jutaan purnama berlalu... Kisah terakhir kita akan tersimpan dalam untaian kata. Kita kan sel...