DUA PULUH ENAM

2K 192 3
                                    

Seolah tenaga mereka tak terkuras oleh kegiatan OSPEK pengkaderan kabid HIMA, Alaika, Nisrina dan kedua teman perempuannya yang ikut sedang asik bercengkrama tertawa lepas didalam tenda. Alaika begitu bersemangat karena ini adalah pertama kalinya dalam sejarah kehidupannya ia bisa berkemah ditempat kesukaannya. Ya, Alaika begitu menyukai pantai.

"Nanti malam kabarnya kita jerit malam ya dikuburan itu?" tanya Karenina dengan perasaan was-was. Karenina adalah yang paling penakut diantara mereka.

"Tenang aja, nggak usah khawatir. Pasti dijagain sih sama mereka dari jauh dan dari tempat persembunyian mereka" jawab Alaika berusaha untuk menenangkan namun juga tidak berbohong.

Ingatan Alaika melayang ketika ia menginjak kelas 10 di salah satu sekolah menengah pertama negri terfavorit di daerah asalnya. Saat itu, ia mengikuti kemah pramuka yang wajib diikuti murid kelas 10. Alaika tersenyum tipis mengingat kenangan berharga itu bersama pria asing paling berharga yang pernah ia kenal.

"Nanti kalau ada tangan yang menggapai, tendang aja kalau perlu diinjak. Pasti itu senior yang rese, biar tau rasa dia sehebat dan sebarbar apa orang kalau lagi ketakutan" saran Alaika yang ditimpali oleh ke tiga temannya yang lain. Mereka kembali tertawa membayangkan menyiksa para senior jika sampai ada yang mengisengi mereka.

Alaika mengenakan sweater rajut yang terlihat kebesaran ditubuhnya. Sementara temannya yang lain menutupi tank top yang mereka pakai dengan jaket tebal sambil menghangatkan tubuh mereka dari dinginnya angin pantai yang terasa hingga ketulang mereka. Ditambah saat ini sedang musim penghujan, tadi saja mereka harus melewati beberapa pos menggunakan jas hujan karena hujan rintik-rintik mulai turun.

"Udah mau magrib jangan tertawa-tawa nanti ada yang ikutan tawa selain kalian" ucap suara diluar tenda mereka.

Karenina langsung bergidik. Alaika tertawa mendengar suara usil Abram yang sedang berpatroli.

"La, kok kamu nggak ngeluh sih nggak ada Adam? Biasa bawel dan sedih" bisik Nisrina ditelinga Alaika berusaha agar tak terdengar oleh yang lain.

"Nggak tau, udah terbiasa kali nggak ngeliat Adam kalau ada kegiatan gini. Kadang-kadang juga ketemu dikampus terutama pas ada lomba" bisik Alaika balik pada Nisrina.

"Kalau Abram yang hilang resah nggak rasanya?" pancing Nisrina masih berbisik pada Alaika.

"Nggak usah mulai deh" desis Alaika kesal.

Mereka sholat magrib bersama di musholla yang ada dipantai tersebut. Alaika mengernyit, pantai ini tidak ada pengunjungnya karena memang bukan pantai wisata namun ternyata ada musholla nya padahal ia tidak melihat ada satu orangpun sholat disana selain mereka dan mereka juga sholat diterasnya karena pintu musholla itu terkunci.

Setelah sholat, mereka makan malam bersama dengan menggunakan pelepah pisang dan menggunakan jari mereka sebagai alat makannya kalau kata Abram dan lainnya sih biar makin menambah suasana akrab gitu. Mereka berkumpul makan diteras basecamp panitia yang menumpang dirumah warga yang tidak dihuni dan tentu saja sudah izin mengingat para panitia itu bisa masuk kedalam rumah tersebut.

Setelah makan mereka beristirahat sebentar lalu kemudian sholat isya. Setelah sholat mereka berkumpul untuk berdiskusi. Alaika tau bahwa itu adalah ajang untuk menilai siapa yang layak untuk mendapatkan posisi Ketum. Berhubung Alaika tidak pernah tertarik pada posisi itu ia lebih memilih abai dan menikmat suasana sekitar dan semilir angin. Ia tak menyadari tatapan Abram yang tak pernah luput darinya.

"Alaika tidak ingin berkomentar?" tanya Abram yang berhasil mengembalikan perhatian Alaika pada kegiatan tersebut.

"Apa?" tanya Alaika bingung karena sedari tadi ia tidak mengikuti topik yang dibicarakan.

SAVE OUR LAST STORY (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang