LIMA BELAS

2.4K 189 0
                                    

Alaika masih memeluk gulingnya dan enggan untuk berangkat kekampus. Hari pertama disemester ke tiga dan ia sudah berniat membolos. Toh biasanya juga jarang sekali ada dosen yang masuk di hari pertama masuk. Kecuali dosen tersebut memang mendapat piala anugrah 'Dosen Terdisiplin'. Alaika mengecek jadwal perkuliahannya melalui handphonenya. Tekadnya untuk membolos kian besar saat melihat bahwa dosen-dosen yang mengajar hari ini adalah dosen yang manusiawi. Dua semester cukup bagi Alaika untuk mengenali karakter dosen-dosennya.

"PING"

Alaika hanya membaca pesan dari Abram, ia terlalu malas untuk sekedar mencari simbol '?'.

Kemudian layar hp Alaika menampilkan nama Abram. Alaika mengernyit, Abram tidak pernah menelponnya selama ini paling hanya menerornya lewat pesan diaplikasi BBM.

Alaika berdehem sebelum mengangkat panggilan Abram.

"Hallo" jawab Alaika malas dengan suara serak khas baru bangun tidur.

"Baru awal semester udah berani bolos ya?"

"Ntar nggak bolos-bolos lagi kok" kilah Alaika. Toh selama satu semester ia punya 3 hari untuk membolos. Lagipula kalau dosennya hari ini ikutan nggak masuk, nggak dihitung bolos dong kan?!

"Nggak ada yang tau dengan ntar-ntar, La. Nggak ada yang tau apa yang akan terjadi nanti" jawab Abram puitis yang membuat Alaika mengernyit.

"Dih...kok jadi baper?" ucap Alaika kesal.

"Ya udah karena kamu nggak ke kampus. Ke base camp HIMA sekarang" titah Abram yang membuat Alaika memanyunkan bibirnya kesal.

"Ngapain, nggak ada siapa-siapa juga. Abang juga pasti dikampus kan? Didepan pintu kelas Ala" tuding Alaika yang membuat Abram menatap sekelilingnya. Abram curiga temannya Alaika tadi berbohong mengatakan perempuan itu tidak masuk tapi sebenarnya beredar dikampus. Buktinya dia bisa tau posisi Abram sekarang sedang berdiri didepan pintu kelas Alaika bukan dipintu kelasnya.

"Jadi kamu kecewa karena di base camp nggak ada abang?" goda Abram. Lupakan kemungkinan Alaika berbohong, tidak ada yang lebih menarik selain menggoda perempuan yang pasti sedang kesal setengah mati ini.

"Iiihhh....yang ada Alaika malah sujud syukur lalu nabur garam disekitar base camp, biar abang nggak bisa masuk" ucap Alaika kesal.

"Apa nabur kembang? Kamu mau nabur kembang buat nyambut abang?" goda Abram pantang menyerah.

"Ihhh...tau ah nyebelin" Alaika semakin kesal dengan Abram.

"Apa? Kamu bilang tau ah cinta? Kamu cinta sama abang senior kece ini?" Abram kian menjadi. Alaika mendengus dan memutus pembicaraan secara sepihak. Sementara Abram tertawa puas meskipun Alaika memutus pembicaraan secara sepihak.Kalau sama Alaika ia sudah terbiasa diputus secara sepihak dan tiba-tiba begitu.

Alaika menggerutu, paginya yang indah terasa melelahkan hanya dengan berbicara beberapa menit dengan Abram melalui via telpon pula. Apalagi bicara langsung bisa habis seluruh cadangan tenaga yang Alaika punya.

Alaika berdiri memutuskan untuk mandi tapi tetap tidak menggubris perintah Abram. Ngapain juga dia ke base camp kalau nanti malam juga rapat di kampus dua. Jadi kampus Alaika ini ada dua bangunan. Kampus satu dikhususkan untuk pembelajaran dan beberapa fasilitas olahraga untuk praktik anak-anak prodi PENJAS atau bisa dijadikan tempat latihan anak-anak prodi lain jika fasilitas tersebut sedang tidak digunakan untuk untuk keperluan prodi PENJAS.

Kampus dua adalah bangunan yang tidak akan pernah sepi. Mau tengah malam sampai subuh pun akan selalu ada mahasiswa di kampus dua. Seluruh base camp HIMA dan Ekstrakurikuler adanya di kampus dua dan banyak ruang kosong yang dialih fungsikan sebagai tempat rapat anak-anak HIMA dan Ekstra. Dulunya perkuliahan berlangsung dikampus dua namun semenjak dibangun kampus satu, semua kegiatan perkuliahan dilaksanakan dikampus satu. Alhasil kampus dua dialihfungsikan untuk kegiatan pembelajaran nonformal. Dan dikampus dua ada satu gedung serbaguna yang menjadi primadona dan rebutan anak-anak HIMA untuk melangsungkan agenda kegiatan mereka.

SAVE OUR LAST STORY (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang