DUA PULUH

2.2K 188 1
                                    

"La"

Alaika mempersilahkan Nisrina masuk kedalam kamarnya.

"Tadi Abram nyariin kamu banget. Heboh gitu gara-gara seorang Alaika menghilang" lapor Nisrina dengan menggebu-gebu. Alaika tergelak.

"Kelakuan Abram kan memang gitu, kalau aku nggak ada sehari doang, hebohnya bukan main. 'Ala mana Ala? Ala dimana?'. Pasti gitu kan?" tanya Alaika yang mulai hapal dengan teror Abram.

"Ho'oh" Nisrina menyetujui.

"Padahal tanpa aku juga itu kegiatan bakal tetap jalan. Ini kerja sama tim, kalau 1 orang hilang ya nggak masalah dong harusnya" ucap Alaika.

"Rindu kali dia ditinggal sehari. Tapi La, rapat emang ngebosanin sih tanpa kamu. Biasa kan ada aja yang kalian pertengkarkan tapi lucu" jawab Nisrina sambil tertawa mengingat-ngingat interaksi antara Alaika dan Abram.

"Biasa aja sih" timpal Alaika malas untuk menganalisis lebih jauh.

"Padahal tadi dia mau masukin nama kamu di bagian ketua koordinasi lagi tapi ditentang tuh sama Girin. Sampai debat panjang lebar loh tadi, tapi ujung-ujungnya nama kamu masuk ke anggota deh" cerita Nisrina.

"Gara-gara Abram nih aku jadi punya haters gara-gara mereka merasa Alaika dianak emaskan oleh ketum" ujar Alaika sambil tertawa.

"Kayaknya kegiatan kali ini aku nggak gabung deh Nis. Aku tuh bukan penganut 'Lebih baik terlambat daripada nggak sama sekali'. Aku tuh lebih suka 'Lebih baik nggak usah sama sekali daripada terlambat'. Terutama untuk hal-hal yang kayak gini" lanjut Alaika.

"Emang bakal diizinkan sama Abram?" tanya Nisrina.

"Ya jangan bilang-bilang dia juga. Ntar aku bolos sepanjang rapat"

"Eh La, kamu betul-betul nggak sadar ya sama perasaan Abram?" tanya Nisrina penasaran sambil menatap foto seseorang yang selalu terpajang dimeja kecil disamping tempat tidur Alaika.

"Hah? maksudnya?" tanya Alaika tidak paham.

"Abram tuh kayaknya suka deh sama kamu. Kelihatan juga dari gerak-geriknya. Emang sih dia suka cari masalah dan cari debat sama kamu, ya tapi Abram begitunya cuma sama kamu doang, sama yang lain nggak pernah. Dia keliatan banget nyaman sama kamu dan sebetulnya juga kamu keliatan nyaman sama dia, kamu bisa bebas jadi diri kamu apa adanya. Kalau sama Adam kan kamu selalu jaim. Dari cara Abram memperlakukan kamu tuh keliatan banget kalau dia ada rasa. Rasa suka loh ya, rasa cinta. Bukan rasa kesal yang selama ini kamu tuduhkan" jelas Nisrina.

Alaika tersenyum. "Nis, kan baru 'kayaknya'. Jujur aja ya aku tuh nggak suka kebaperan sama hal yang nggak pasti karena kecewa pada harapan yang kamu bangun sendiri itu sakit. Abram nggak pernah ngomong secara serius dan terang-terangan ke aku kalau dia cinta sama aku dan aku nggak akan membiarkan diriku jatuh pada gosip tentang perasaan Abram ke aku. Aku bukan tipe yang mudah termakan gosip. Aku tipe yang harus mendengar langsung sebuah pernyataan dari mulut orangnya langsung. Aku nggak mau ngebangun cinta aku diatas pondasi yang nggak jelas karena jatuh itu sakit dan akan selalu meninggalkan  luka"

Nisrina tersenyum. "Ala, ala...bahkan dalam hal cinta kamu tetap menggunakan otak kamu ya"

"Karena aku selalu belajar dari pengalaman" ucap Alaika bangga.

Nisrina kembali menoleh pada dua figura foto dimeja kecil Alaika. Mulutnya dari dulu selalu gatal ingin bertanya tentang sosok itu. "Apa karena dia? Dia pengalaman dan alasan hati kamu tertutup?"

Nisrina melihat tatapan Alaika meneduh dan tersirat kesedihan serta rindu saat menatap foto yang Nisrina maksud.

"Aku bahkan sekarang nggak punya hati, Nis. Dibawa sama dia" Alaika tersenyum atas candaannya yang serius.

"Siapa sih? Ganteng sih" Nisrina memperhatikan pria yang sedang tersenyum itu sambil memegang sedotan yang dibentuk menjadi bentuk hati. Senyum pria itu menawan hati siapapun yang melihatnya. Manis karena dihiasi dengan dua lesung pipit. Satu figura lainnya menampilkan siluet pria dan wanita yang sedang berpegangan tangan saling tatap dikala senja. Meskipun hanya siluet, Nisrina yakin itu adalah Alaika dan pria tersebut.

"Masih gantengan Adam tapi kan?" canda Alaika.

"Iya sih. Adam tuh gantengnya kebangetan. Tapi yang ini tuh punya aura tersendiri bahkan dar fotonya aja udah kelihatan. Lebih beraura daripada Adam" komentar Nisrina.

"Dia ketua OSIS waktu aku SMA. Dia cinta pertama aku. Dia pacar pertama aku dan dia mantan pertama aku juga dan dia satu-satunya yang bisa membuat jantungku berdebar" jelas Alaika.

"Gila ih, mainan kamu selalu pemimpin ya" komentar Nisrina. Alaika tergelak.

"Kebetulan aja. Aku juga sukanya sama dia sebelum tau bahwa dia ketua OSIS" jelas Alaika.

"Kenapa kalian putus?"

Alaika terdiam sebentar mengingat masa lalunya.

"Kami beda satu tingkat. Dia lulus dan mendapat beasiswa kedokteran di Luar Negeri. Kesempatan seperti itu tidak mungkin dilewatkan. Aku pun setuju dan mendukungnya. Aku sebenarnya rela menunggunya sampai kapanpun. Namun dia yang baik hati malah melepasku dengan mengatakan bahwa, 'Abang tidak akan menahan Ala pada jarak sejauh ini dan pada rentang waktu yang tak pasti. Ala boleh mencari pria yang lebih baik dari abang. Namun jika memang kita ditakdirkan, sejauh apapun dan selama apapun kita terpisah, benang takdir akan kembali terajut. Jika nanti saat abang kembali, Ala masih sendiri abang akan datang dengan menyematkan sebuah cincin dijari Ala. Namun jangan pernah menunggu karena kita tau hati adalah hal yang paling mudah goyah" ucap Alaika dengan pikiran menerawang jauh pada kejadian bertahun-tahun yang lalu.

"Padahal ia tidak menyuruhku untuk menunggunya tapi aku, jiwa dan ragaku selalu menunggunya. Selalu berharap padanya. Selalu menginginkan dia kembali kepadaku. Dia menyuruhku untuk mencari pria yang lebih baik darinya. Padahal bagiku, dia adalah pria terbaik yang pernah aku temui" Alaika tersenyum menutup ceritanya.

"Jadi memang mustahil bagi Abram jika Adam saja tidak bisa menggetarkan hati kamu cuma bisa menggetarkan mata kamu, apalagi Abram yang cuma bisa menggetarkan amarah kamu" komentar Nisrina yang membuat Alaika tertawa.

"Aku tidak tau. Aku selalu sadar bahwa setiap kemungkin selalu ada meskipun kecil selalu ada celah, peluang dan keajaiban. Lagipula hati manusia siapa yang bisa menebaknya. Seperti yang dia bilang bahwa hati manusia mudah goyah apalagi hati wanita" ucap Alaika berusaha bijak.

SAVE OUR LAST STORY (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang