Fakultas IPPS, Prodi Geografi, Lantai 4 ruang D.15.
Alaika yang biasa akrab dipanggil Ala oleh teman-teman sekelasnya sedang sibuk mempersiapkan power point untuk presentasi kegiatan OSPEK prodinya yang dilakukan selama satu tahun alias dua semester. Namun baru saja semester pertama, rasanya Alaika mulai jengah menghadapi OSPEK ini OSPEK itu, kegiatan ini kegiatan itu. Ia hanya ingin hidupnya selama masa perkuliahan tenang dan damai. Namun nampaknya keinginannya tidak akan terwujud dengan mudah ketika sesosok Abram yang akrab disapa Bram melintasi ruangan D.15. Langkah Bram terhenti ketika melihat seorang perempuan bernama Ala sedang tertawa bahagia bersama teman-temannya. Senyum manis dan tawa perempuan itu menghentikan langkahnya. Senyum perempuan itu menular pada Bram, pria itu tersenyum hanya dengan menatap senyum Ala.
"Kok bengong?" seseorang menepuk pundak Bram membuat Bram kaget dan refleks langsung melihat sosok yang menepuk pundaknya.
"Eh Pak Tulus" sapanya ramah pada dosennya.
"Bapak ngajar dikelas mana pak?" tanya Bram berbasa-basi.
"Ya kelas kamu toh, masa sama mata kuliah kelas sendiri lupa" jawab Pak Tulus sedikit kesal.
"He-he...maklum Pak, saya udah tua" jawab Bram sambil nyengir.
"Tuaan saya toh Bram, kamu masih muda begini" balas Pak Tulus.
"Anu Pak, maksud saya, saya mulai mengalami penuaan dini. Bapak lihat deh kerutan dijidat saya" ucap Bram sambil menunjukkan keningnya.
"Itu tanda bahwa kamu terlalu banyak mikir. Yang dipikirin HIMA terus-terusan, gimana nggak keriput itu jidat" ucap Pak Tulus.
"Mau gimana lagi Pak, kan saya ketuanya. Jadi HIMA memang tanggung jawab saya" kilah Bram.
"Satu tahun doang kan jabatan kamu di HIMA?"
"Iya Pak. Lepas dari HIMA saya mau masuk BEM" jawab Bram mantap.
"Bram...Bram...saya nggak tanggung loh kalau pas wisuda, wajah kamu jadi sekeriput wajah saya" ucap Pak Tulus. Bram tertawa mendengar guyonan Pak Tulus.
"Nggak apa-apa Pak, wajah Bapak tetap tampan walaupun keriputan. Mari Pak saya antar kekelas" ucap Bram sambil mempersilahkan Pak Tulus untuk berjalan didepannya. Sebelum pergi, Bram kembali mengintip kekelas D.15, perempuan itu sedang duduk menatap keluar, kearah jendela. Bram tersenyum sebelum meninggalkan sosok yang telah menghentikan langkahnya dan membuatnya tersenyum tanpa alasan di pagi hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAVE OUR LAST STORY (SELESAI)
Roman d'amourTidak ada yang seabadi aksara dalam menyimpan sebuah cerita. Bahkan ketika ingatan mulai berkarat dihujani sang waktu... Bahkan ketika hati membeku setelah jutaan purnama berlalu... Kisah terakhir kita akan tersimpan dalam untaian kata. Kita kan sel...