Semester baru saja berganti namun Alaika merasakan firasat buruk saat ia melihat senior pendamping di kelompoknya adalah Abram.
"Gila" rutuk Alaika pelan saat melihat nama Abram tertera dipaling atas. Alaika berharap bahwa diangkatannya juga ada yang bernama sama dengannya, Alaika Azzahra. Namun tentu saja harapan itu sia-sia.
"Kok bisa sih ketum tapi jabatannya sehina ini?" ucapnya sarkas.
"Udah aku bilangkan jangan terlalu benci, dikutuk semestakan kamu jadinya" ledek Nisrina sambil tertawa puas. Alaika mendelik kesal pada Nisrina.
"Lihat dong kelompok aku, lihat ayo lihat siapa nama pendampingnya" pamer Nisrina.
Alaika mencari-cari nama Nisrina. Mata cantik Alaika membulat sempurna.
"Iiihhhhh.... Adam!" teriak Alaika dengan leluasa karena memang yang sedang berdiri dipapan pengumuman ini hanya mereka berdua.
"Curang ih. Tukar" rengek Alaika pada Nisrina.
"Mohon maaf itu diluar kuasa saya" ucap Nisrina masih cekikikan.
Alaika memasang ekspresi kesalnya.
"Ya udahlah. Nggak apa-apa dia sekarang jadi pendamping kelompok kamu. Yang penting ntar dia jadi pendamping hidup aku" hibur Alaika pada dirinya sendiri.
"Eh halu! Pendamping hidup kamu udah jelas-jelas tertera disini ya. Abram Rajaswara" ucap Nisrina sambil menunjuk-nunjuk nama Abram dengan bersemangat.
"Apaan sih, ogah. Amit-amit ihhh" ucap Alaika sambil bergidik.
"Kenapa sih kamu benci pakai banget? Abram tuh padahal populer dan banyak fansnya loh" tanya Nisrina.
"Kamu nggak liat apa cetakan mukanya aja udah ngeselin, kelakuannya apalagi" balas Alaika dengan kesal.
"Kalau Adam?" pancing Nisrina.
"Adam tuh lain, wajahnya aja buat adem, kelakuannya apalagi, buat hidup tentram" ucap Alaika dengan wajah bahagia sambil membayangkan wajah tampan Adam.
"Tapi mohon maaf ya La, mulai dari sekarang kamu harus menerima kenyataan kalau Abram itu takdir kamu bukan Adam. Soalnya kalau sama Abram kamu lebih hidup dan bisa jadi apa adanya bukan yang sok manis kalau sama Adam" ucap Nisrina.
Alaika melotot. "Aku tuh pengen jadi istri solehah ya. Kalau sama Abram bisa-bisa aku jadi bini durhaka. Bawaannya perang mulu sama laki"
"Bagus dong, biar rumah tangga kalian HOT terus" balas Nisrina.
"Ihhh...apaan sih. Pulang yuk. Siapa tau jodohku sudah duduk manis di teras kos" ucap Alaika dengan penuh harap.
"Abram?" goda Nisrina.
"Adam!" ralat Alaika dengan tidak santai.
Nisrina tertawa melihat kelakuaan Alaika. Mereka berdua kembali ke kos.
Alaika terheran-heran dengan Nisrina yang tadi sudah naik ke lantai dua tiba-tiba menuruni tangga dengan semangat.
"La...La" ucap Nisrina dengan bersemangat mendekati Alaika yang sedang memarkirkan motornya.
"Apa?" tanya Alaika heran.
"Ada jodoh kamu diatas. Panjang umur dia. Cepat-cepat. Ayo naik sebelum keburu dia turun kebawah" ucap Nisrina menggebu-gebu.
"Beneran?" ucap Alaika dengan berbinar-binar.
"Tapi Nis, kalaupun dia turun kan juga dia lewat tangga sini. Santai aja" lanjut Alaika.
"Siapa tau dia malas lewat tangga dan lebih memilih turun dengan cara instan. Loncat langsung dari lantai dua" balas Nisrina lalu tertawa merasa geli sendiri dengan candaannya.
"Sebentar...sebentar. Harus anggun tidak boleh terlihat terlalu girang" ucap Alaika menenangkan dirinya sendiri.
"Ayo Nis" ucap Alaika. Nisrina mengikuti Alaika dari jarak yang tidak begitu dekat namun juga tidak begitu jauh.
Sesampainya dilantai atas, mata Alaika mencari cari sosok Adam diantara orang-orang yang duduk diteras lantai atas. Kening Alaika mengernyit saat tak menemukan sosok Adam.
"Cari siapa?" sapa sebuah suara dibelakangnya.
Alaika berbalik. Mata cantiknya membulat terkejut menatap sosok Abram sudah berdiri didepannya sambil mengulum senyum jailnya.
"Hah?" ucap Alaika bingung. Tiba-tiba saja ia merasa otaknya kosong.
"Kamu ngekos disini?" tanya Abram.
"Nggak kok" Alaika secara refleks berbohong pada Abram.
"Ohh...Lalu kesini mau ngapain? Bukan mau ketemu sama aku kan?" ucap Bram sambil mengulum senyumnya melihat ekspresi Alaika.
"Nggak lah. Mana mungkin. Ala kesini mau..." jeda sesaat. Kening Alaika mengernyit.
"Mau nyari kos" ucap Alaika sambil sedikit tersenyum tidak enak. Tanpa basa-basi, Alaika langsung pamit dan balik badan hendak menuruni tangga namun langkahnya terhenti ketika salah satu penghuni kos menyapanya.
"Baru balik, La?" tanya Kak Gea sambil membawa buku-buku kuliahnya ke meja di teras kos.
Alaika menutup matanya sebentar. Lalu kembali membalikan badannya dan menatap Kak Gea.
"Iya kak" jawabnya dengan nada canggung.
"Lah dia penghuni kos sini, Ge?" tanya Bram pada Gea.
"Iya" jawab Gea singkat, padat dan jelas. Namun jawaban Gea membuat Alaika memutar otaknya secara otomatis untuk kembali berbohong demi menutupi kebohongannya yang sebelumnya.
Alaika memasang wajah tanpa dosanya ketika Bram menatapnya dengan senyum miring.
"Tadi katanya nggak ngekos disini?" tanya Bram dengan sebelah alis terangkat menikmati kebohongan Alaika terbongkar dalam waktu yang teramat singkat.
"Maksudnya malam ini nggak ngekos disini. Soalnya malam ini mau ngungsi ke tempat Bu De" jawab Alaika cepat. Bram mengangguk-angguk.
"Tadi, gue denger lo mau nyari kos. Betulan?" tanya Gea pada Alaika.
"Iya kak. Siapa tau besok Alaika bosan dan pengen nyari suasana baru. Bosan juga tiap pagi melihat rumput kering dari jendela. Sesekali pengen lihat semen basah" jawab Alaika asal. Gea terbengong-bengong mendengar jawaban Alaika sementara Bram mengulum senyumnya.
"Alaika masuk dulu ya Kak. Mau siap-siap ke tempat Bu De" pamit Alaika dan dengan buru-buru, ia mengganti pakaiannya.
"Duh...kenapa kos ini nggak ada jalan pintas sih? Malas banget lewat didepan Bram lagi" rutuk Alaika sambil menggembok pintu kamarnya.
Alaika hendak berjalan lurus-lurus tanpa menoleh pada Gea dan teman-temannya yang sedang mengerjakan tugas kelompok.
"Eh...eh...mau kemana hah? Jalan depan senior kok begitu, nggak ada sopan santunnya sama sekali"
Alaika menghentikan langkahnya dan menghela nafasnya, diaturnya emosinya.
"Kak Ge, Ala pergi dulu ya" ucap Alaika berbasa-basi.
"Hati-hati, La. Tuh pamit dulu sama Ketum. Pamit yang benar, kalau nggak ntar hidup lo di kampus bakal dipersulitnya" ucap Gea sambil cekikikan.
Alaika menampilkan senyum tidak tulus dan terpaksanya. "Ala pergi dulu bang" ucapnya ala kadarnya.
"Oke hati-hati. Jangan pulang malem-malem" balas Bram.
Dalam hati Alaika ia mengomeli Bram. 'Orang mau nginap juga ya mana bisa malam-malam pulang'.
"Iya, Bang. Ala pulangnya pagi kok" balas Alaika gondok. Alaika mengabaikan tawa Bram dan berjalan dengan cepat menuruni tangga.
"Kawan kampret emang lo" ucap Alaika kesal pada Nisrina yang sedang menikmati es cendol di teras kos lantai bawah. Nisrina malah tertawa mendengar kekesalan Alaika.
"Mau kemana La pakai bawa-bawa ransel segala?" tanya Nisrina.
"Mau kabur" jawab Alaika kesal dan bergegas menuju motornya.
"Jangan lama-lama ya kabur dari kenyataannya" balas Nisrina sementara wajah cantik Alaika sudah mencapai level cemberut maksimal.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAVE OUR LAST STORY (SELESAI)
RomanceTidak ada yang seabadi aksara dalam menyimpan sebuah cerita. Bahkan ketika ingatan mulai berkarat dihujani sang waktu... Bahkan ketika hati membeku setelah jutaan purnama berlalu... Kisah terakhir kita akan tersimpan dalam untaian kata. Kita kan sel...