TUJUH

2.8K 212 0
                                    

"PING"

Alaika meraih handphonenya ketika notif dari aplikasi BBM berbunyi.

"Hah Tarzan?" ucapnya heran.

"Perasaan aku nggak punya teman namanya tarzan dan nggak pernah juga main-main kehutan lalu temanan sama tarzan" ucap Alaika bingung.

Alaika kembali memelototi tulisan tersebut dengan seksama.

"Oh....La tahzan toh. Artinya apa ya?" ucap Alaika bingung.

"Akun siapa lagi sih ini. Udahlah nggak ada fotonya, namanya juga nama samaran. Udah kayak penjahat di tv aja. Jangan-jangan emang penjahat lagi" ucap Alaika lalu bergidik ngeri.

"Tolak tolak tolak" Alaika menyentuh tulisan tolak.

"Semoga dukun nggak bertindak. Toh aku kan cuma nolak undangan BBM bukan nolak pernyataan cinta" ucap Alaika lalu tertawa merasa lucu sendiri dengan candaannya.

"Ada mbak dukun..jreng jreng jreng...sedang mengobati pasiennya. Konon katanya, sakitnya karena di guna-guna" Alaika malah menyanyikan lagu yang tak lekang oleh zaman.

"Makanya jadi orang tuh yang berguna biar gak diguna-guna. Apaan sih lo La, nggak nyambung" hardiknya pada dirinya sendiri.

"Udah ah...mending juga mandi lalu tidur"

~~~

Kala senja diwaktu itu, pada dimensi dan waktu yang tak akan sanggup kita terjemahkan. Jemari kita bertaut, tatap mata saling terkunci. Ketika cinta tidak memerlukan kata, ketika hati mengerti nama siapa yang telah terpatri. Alaika menatap pria didepannya dengan tatapan penuh cinta. Ia mencintai pria ini, sangat mencintai pria ini melebihi rasa cintanya pada siapapun dan pada apapun. Cinta yang terlalu dahsyat mengukir luka dan hanya perih yang terpahat.

Pria itu melepaskan genggaman tangan Alaika. Sosok itu meninggalkan Alaika dengan sebuah senyuman. Bukan senyuman bahagia. Namun senyum yang dipaksakan. Sebuah senyuman untuk menguatkan. Lalu ia berpaling, menjauh dan semakin menjauh.

Alaika hendak melangkah mengejar pria tercintanya. Namun lengannya dicekal oleh seseorang. Tatap mata yang putus asa dan terluka itu mengunci manik mata Alaika dan membeku langkah Alaika. Wanita itu perlahan lupa pada apa yang harus ia kejar. Sosok itu memeluk Alaika. Pelukan yang rapuh dan penuh kesedihan. Lambat namun pasti, Alaika membalas pelukan itu. Mereka memeluk luka dan kesedihan mereka masing-masing. Bersama bayang yang tak sanggup hilang meski dalam sudut tergelap sekalipun.

Alaika membuka matanya, paginya sendu. Ia tau bahwa sebuah bayang masih mengikutinya. Ia tau pasti bahwa ada bayangan yang sanggup ia lihat meski dalam kegelapan sekalipun namun yang ia tidak tau adalah kenapa harus Abram yang muncul dalam mimpinya. Mimpi buruk itu kian bertambah buruk dengan kemunculan Abram dan kenapa juga ia harus membalas pelukan Abram yang terasa begitu menyayat hati? Kenapa?! Abram?! Tidak mungkin! Ini GILA!


SAVE OUR LAST STORY (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang