DUA PULUH SATU

2.1K 199 1
                                    

"La disuruh ikut pembubaran panitia tuh. Kita ke pantai. Kali ini pembubaran panitianya agak elitan. Gih cepat siap-siap. Aku tungguin deh" ajak Nisrina.

"Nggak ah ntar aku ditenggelemin dipantai pula" jawab Alaika asal.

"Nggak, mana ada yang berani ngebuang kamu dipantai yang penting selama di pantai kamu nempelnya sama Abram" timpal Nisrina.

"Gila aja, ikut rapat nggak pernah, selama kegiatan nggak muncul pas senang-senang pembubaran malah ikutan. Apa kata haters? Ngeri tau" tolak Alaika.

"Nggak apa-apa lagi. Haters kamu juga cuma sebiji itu. Abram udah acc tenang aja" ucap Nisrina.

"Tetap aja nggak bisa. Mau observasi ke sekolah ini buat tugas mata kuliah PPG (Perencanaan Pengajaran Geografi) sama mbak Irma. Kelompok kamu kapan mau turun tuh, minggu depan udah harus ngumpulin makalah loh"

"Ya Allah, lupa ih. Senin aja lah observasinya. Sehari habis dari mantai. Geografi mengabdi ikut kan?" tanya Nisrina.

"Emang bisa nolak?"

"Nggak" jawab Nisrina dan kemudian mereka tertawa bersama.

"Mau beli sarung ah" ucap Alaika.

"Kamu tuh mau mengabdi bukan mau ngeronda. Ngapain bawa-bawa sarung segala?" tanya Nisrina bingung.

"Kita kan kegiatannya di desa kan ya? Aku mau merasakan sensasi mandi sungai. Mau beli sarung yang motifnya bunga-bunga biar ntar pas mandi disungai kan bekemban tuh. Aduh pasti Alaika yang mempesona ini jadi mirip gadis kembang desa, secantik bunga desa"

Nisrina tertawa pada khayalan Alaika.

"Hati-hati hanyut loh ntar"

Alaika mendelik tidak suka pada Nisrina yang membuyarkan khayalannya.

"Eh..eh..beli selendang yuk. Biar kayak cerita didongeng-dongeng itu. Apa ya judulnya. Hmmm...lupa. Pokoknya gitu lah yang selendangnya dicuri itu yang dia jadinya gak bisa kembali kekayangan. Tapi akhirnya malah berjodoh sama pencuri selendangnya"

Nisrina menaikkan kedua alisnya tanda bahwa gadis itu tidak pernah mengerti kemana pikiran Alaika mengalir.

"Maaf-maaf aja ya, aku sih malas banget berjodoh dengan seorang pencuri" timpal Nisrina.

"Aku sih nggak masalah berjodoh dengan seorang pencuri apalagi satu-satunya yang dia curi adalah cintaku" ucap Alaika sambil tersenyum gak jelas.

"Dih...gak jelas. Mabok deh kayaknya ini anak"

"Sembarangan. Jangankan mabok, megang botol vodka aja seluruh tulang ini rasanya bergetar" kilah Alaika.

"Kita satu kelompok dengan mbak" lanjut Alaika.

"Kok bisa? Katanya acak" tanya Nisrina bingung.

Alaika tertawa sebelum menjawab pertanyaan Nisrina. "Aku minta sama Abram. Kalau nggak aku nggak mau ikut. Akal-akalan mereka aja itu sertifikat dipakai buat seminar design penelitian nanti. Mana ada, aku udah ngecek ya dibuku operasional kampus kalau sertifikat ini nggak dipakai untuk seminar dan sidang"

"Emang teliti dan rajin ya kamu La, pakai acara di cek segala. Nggak yakin sih kalau kamu minta baik-baik sama Abram. Pasti kamu ngancam Abram kan?" tuduh Nisrina.

"Nggak kok, nggak ngancam. Cuma bilang, kalau nggak satu kelompok sama kalian, aku nggak mau ikut" jawab Alaika enteng.

"Itu sih bagi Abram sebuah ancaman. Bayangin cuy seminggu nggak adu mulut sama kamu, bakal kaku tuh otot mulutnya. Bibirnya bisa kering, pecah-pecah dan hidupnya bakalan sepi karena nggak ada kawan rusuh" ucap Nisrina sambil tertawa puas. Alaika pun ikut tertawa mendengar ucapan Nisrina yang sedikit terdengar lebai.

"Tapi curang ih mengandalkan orang dalam. Sementara anak-anak yang lain terima nasib aja kalau sampai sekelompok sama musuhnya"

"Itu namanya bukan orang dalam tapi relasi. Makanya mumpung masih muda bangun relasi banyak-banyak. Zaman sekarang hidup bakalan lebih mudah kalau punya relasi para kaum elit dan petinggi" kilah Alaika.

Abram calling...

"Tuh dicariin. Yakin seratus persen dia pasti nyariin kamu dan maksa kamu ikut ke pantai" ucap Nisrina. Alaika tersenyum dan mengangkat telepon dari Abram.

"Selamat pagi abang Abram" sapa Alaika manis.

"Pagi. Udah bangun?" tanya Abram.

"Masih ngigau ini makanya tadi muji-muji abang" jawab Alaika kalem namun Nisrina mulai cekikikan tanpa suara. Ya kali orang tidur bisa jawab telepon.

"Lagi dimana?" tanya Abram mengabaikan jawaban Alaika.

"Di bangunan dalam sebuah gang" jawab Alaika lagi.

"Cepatan ke sini" titah Abram.

"Alaika nggak bisa kemana-mana. Apalagi kalau ke hati abang, Alaika nggak sanggup" balas Alaika dengan puitis. Nisrina mengucapkan kata 'dasar gila' tanpa suara.

"Sehat?" tanya Abram yang mulai bingung.

"Walafiat abang" balas Alaika girang.

"Sini ke pantai. Pembubaran panitia. Kumpul dulu di base camp tapi"

"Nggak ah, Ala bosan sama pantai. Kalau pas pulang ke Pontianak, Ala sering main kepantai yang dekat Singkawang itu"

"Beda lah Ala. Pantai disini dengan disana" ucap Abram berusaha membujuk Alaika.

"Sama aja bang. Isinya air asin dan pasir putih. Kecuali kalau abang ngajak pantai Bali atau ke Maldives baru beda level atau ke Raja Ampat" ucap Alaika.

"Kalau itu sih nanti nunggu kita bulan madu kita pergi kesana" ucap Abram dengan percaya diri.

"Kita? Bulan madu? Lo aja kali, gue ogah. Udah ah, Ala nggak bisa pergi soalnya udah janji mau observasi ke sekolahan mata kuliah Pak Hendrawan ini. Tau sendiri itu dosen killernya minta ampun. Dah abang, selamat bersenang-senang. Semoga pulang-pulang dapat bule bukan paklek. Maksimal pulang-pulang udah ngegandeng jodoh.Aamiin" ucap Alaika lalu langsung memutus sambungan telpon secara sepihak sebelum percakapan semakin panjang dan rumit.

SAVE OUR LAST STORY (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang