TIGA PULUH TUJUH

2.2K 201 16
                                    

Alaika tersenyum menghadapi semester baru dalam perkuliahannya. Sekarang di HIMA sudah tanpa Abram! Betapa Alaika sangat ingin menabur beras kuning didepan basecamp HIMA nya yang sudah tidak dihuni sosok Abram!

Meskipun Alaika harus menerima kenyataan bahwa pria itu masih punya wewenang atas HIMA karena Abram secara otomatis langsung menjabat sebagai DPO (Dewan Penasehat Organisasi). Tapi tidak apa yang jelas Abram akan jarang muncul karena statusnya di BEM yang menjabat menjadi KETUA.

"Kak"

Alaika menoleh pada junior yang menyimpan rasanya padanya itu. Alaika tidak habis pikir kenapa juga adik tingkatnya ini menyukainya padahal teman seangkatan dan adik tingkat dibawahnya banyak yang mengerjar-ngerjarnya.

"Kenapa Ris?" tanya Alaika sambil menatap Aris.

"Ini laporan keuangan untuk kegiatan kali ini" Aris menyerahkan laptopnya ke Alaika dan duduk disamping Alaika. Alaika mengecek laporan keuangan yang dibuat Aris. Alaika yang menjabat sebagai bendahara umum HIMA memang bertanggung jawab atas alur masuk dan keluar keuangan HIMA.

"Bagus sih. Tapi nanti ini kamu pisah ya antara keuangan dari peserta dengan keuangan yang dicairkan pihak kampus. Lalu kebutuhan peserta dan panitia juga kamu pisahkan agar uang peserta nggak kepakai untuk kebutuhan panita dan kebutuhan umum juga kamu pisahkan, agar uang yang dicairkan kampus jelas dipakai untuk apa-apa aja" Alaika memberikan masukannya dan Aris mengangguk.

"Makasih kak"

Alaika mengangguk dan tersenyum. "Sama-sama"

"Kak nanti malam habis rapat mau nggak makan dulu? Aku yang traktir" ajak Aris dengan senyum mautnya.

Alaika tertawa kecil. "Memang rezeki boleh ditolak?"

Aris tersenyum mendengar ucapan Alaika.

"Kakak pulang dulu ya. Mau rapat internal soalnya nanti sore" ucap Alaika pamit.

Rapat internal yang diadakan hanyalah ke sesama pengurus inti dan Alaika yang biasanya rajin rebahan mau tidak mau hadir untuk melaksanakan tanggung jawabnya. Rapat itu diadakan habis magrib karena beberapa dari mereka harus menghadiri kuliah sore.

"Lo gimana, La?" tanya sang Ketua baru yang seangkatan dengannya.

"Ngikut ajalah. Tau sendiri aku malas banget protes" jawab Alaika yang memang tidak suka berdebat.

"Oke nih ya?"

"Sip" sahut yang lain dan Alaika menutup buku agendanya dan mereka mulai berbincang mengenai hal sederhana sebelum semua pengurus berkumpul.

"Kumpul diruang atas aja. Disini nggak akan muat untuk rapat seluruh pengurus" ajak Kabid Jarkom. Mereka semua mengikuti perintah dan menuju ruangan yang dimaksud.

Mata Alaika membulat ketika mendapati sosok Abram sudah duduk paling belakang membaur dengan peserta HIMA yang lain yang memang sudah akrab dengannya.

Alaika menghela napas dan berjalan mengambil bangku terdepan dan yang paling jauh dari Abram. Namun bukan Abram namanya jika membiarkan hidup Alaika sepi. Pria itu berjalan dan mengisi bangku kosong disebelah Alaika.

"Mohon maaf dalam rapat dilarang pacaran" ucap salah seorang dengan nada bercanda. Alaika mendesah. Rumor bahwa dia dan Abram berpacaran sudah berhembus kencang semenjak semester lalu. Parahnya setiap Alaika menepis kabar tersebut, tidak ada yang percaya padanya! Kan gila!

"Ngambek?" tanya Abram dan Alaika hanya melirik melalui ekor matanya.

"Ngapain?" tanya Alaika datar tanpa menatap Abram dengan dagu yang bertopang pada sebelah tangannya.

"Karena rindu" jawab Abram.

"Siapa yang rindu?" tanya Alaika kesal. Dia rindu? Hah!

"Abang dong yang rindu" jawab Abram dan menggemalah seisi ruang rapat. Wajah Alaika merona karena godaan terang-terangan Abram didepan umum.

"Rindu HIMA?" tanya Alaika berusaha meluruskan riuh ricuh gosip diantara dia dan Abram.

"Rindu kamu dong" tandas Abram yang membuat Alaika kehilangan kata-katanya.

Alaika berdiri dan memilih untuk meninggalkan Abram daripada dia darah tinggi meladeni Abram. Namun lagi-lagi Abram mengikuti.

"Kok ngikutin?!" tanya Alaika sambil menatap Abram dengan kesalnya. Kelakuan Abram telah menutup jalan percintaannya dengan pria manapun dikampus ini. Alhasil tidak ada satu pun yang berani mendekati Alaika gara-gara statusnya yang berpacaran dengan ketua BEM, kecuali Aris tapi Alaika yakin Aris juga sebentar lagi akan menyingkir.

"Soalnya abang tuh nggak bisa kalau nggak ada dek Alaika" gombal Abram dan Alaika mendengus.

"Kan kita masih satu ruangan" jawab Alaika kesal.

"Tapi abang mau nya nempel disisi dek Alaika" jawb Abram lagi dengan santainya. Alaika berusaha menyabarkan dirinya.

"Alaika, duduk didepan. Bendara, sekretaris dan para kabid harus duduk didepan" perintah Zidan, ketua HIMA yang baru.

Alaika mendengus dan kembali duduk didepan. Abram mengikuti dengan riang.

"La, kamu tau nggak kata-kata kalau jodoh nggak bakal lari kemana?" tanya Abram dan Alaika tetap diam.

"Kayak sekarang, kamu mau cari bangku sejauh apapun kalau takdir kamu disisi abang, kamu bakal kembali kebangku semula tepat disamping abang" gombal Abram yang berhasil membuat suasana kembali ricuh.

Alaika mendesah sambil menyabarkan diri. Sepanjang rapat, ia menulikan pendengarannya dari gangguan Abram.

Setelah rapat selesai Alaika buru-buru merapikan buku catatannya dan menghampiri Aris.

"Jadi kan?" tanya Alaika dan Aris melirik seseorang dibelakang Alaika.

"Memang Bang Abram setuju?" tanya Aris dan Alaika memejamkan matanya.

"Mau kemana sayang?" tanya Abram lembut namun sanggup membuat tengkuk Alaika merinding.

"Bang, jangan kesurupan ya, HIMA nggak ada anggaran lebih buat manggil orang untuk ngeruqyah abang!" tandas Alaika kesal.

"Sadar secara jasmani dan rohani kalau abang cinta sama dek Alaika" jawab Abram dan Alaika memutuskan untuk sebaiknya diam saja.

"Mau kemana kalian?"

Alaika bungkam dan Abram memandang tajam adik tingkat didepannya.

"Makan bang. Saya mau traktik Kak Ala" jawab Aris yang ciut dengan pandangan Abram.

"Sayang, jangan selingkuh gitu dong. Dan jangan malu-maluin. Kalau cuma ngasih kamu makan, abang juga bisa lagipula ngasih kamu makankan memang tanggung jawab abang buat nafkahin kamu" ucap Abram dan Alaika menatap kesal pada Abram. Namun pasrah saat Abram menggenggam tangannya dan membawanya keluar dari ruang rapat diiringi dengan riuh ricuh dan suit-suitan dari peserta rapat yang lain.



SAVE OUR LAST STORY (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang